AS Tambah Pesawat Militer di Sebelah Selatan Indonesia

Kedatangan kloter pertama pasukan Marinir AS di Australia.
Sumber :
  • REUTERS/Australian Department of Defence/Handout

VIVA.co.id – Amerika Serikat akan mengirimkan pesawat militer tambahan untuk ditempatkan di Darwin, Australia. Penambahan pesawat tempur AS di sebelah selatan wilayah Indonesia itu semakin mempertegas kehadiran Paman Sam dekat perairan Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Pemkot Denpasar Jalin Kerjasama dengan Kota Darwin Pulihkan Ekonomi

Pesawat militer yang ditempatkan di Darwin ini antara lain empat unit MV-22 Osprey dan lima unit Helikopter AH-1W Super Cobra. Sementara untuk jumlah personel tidak berubah atau masih tetap 1.250 personel.

"Pengiriman personel dan pesawat militer ini berdasarkan pada skala prioritas," kata Juru Bicara Korps Marinis AS, Mayor Chris Logan, seperti dikutip situs Reuters, Rabu, 25 Januari 2017.

Pelabuhan Disewa China 99 Tahun, Australia Tinjau Ulang Kontrak

Ia mengatakan, penyebaran personel Marinir beserta peralatan militer lainnya di merupakan bagian dari strategi mantan Presiden Barack Obama untuk memperkuat posisi AS di Asia melalui 'pivot to Asia'.

Selain itu, langkah ini sejalan dengan kepentingan strategis jangka panjang negaranya dalam mendukung keterlibatan AS di kawasan dalam rangka mendukung keamanan dan stabilitas regional.

Gempa 7,4 SR Maluku Tenggara, Guncangannya Terasa di Darwin Australia

Kesepakatan penempatan pasukan AS di Australia ini dimulai sejak 2011. Langkah ini, menurut Logan, juga menandakan bahwa Australia merupakan sekutu setia AS di Asia.

AS akan menempatkan pasukannya di utara Australia sebanyak 2.500 personel hingga 2020. Pada Maret 2016, kedua negara membicarakan penempatan pesawat-pesawat bomber jarak jauh AS, B-1, di Darwin demi mendukung kehadiran militer AS lebih dekat lagi di Laut China Selatan.

Dengan demikian, kedua negara sepakat patungan untuk membiayai investasi infrastruktur militer AS di kawasan utara Australia itu sebesar AUS$2 miliar atau setara Rp1,9 triliun. Ini belum termasuk biaya-biaya lain yang terkait dengan penempatan militer AS di Australia yang berlangsung selama 25 tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya