Takut Anaknya Putus Sekolah, Ibu-ibu Mengadu ke Anies-Sandi

Anies Baswedan saat kampanye di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Irwandi Arsyad.

VIVA.co.id – Suasana haru antara warga dengan Sandiaga Uno terlihat, saat calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor tiga itu melakukan kegiatan kampanye di Gang Kramat I, Jalan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa 17 Januari 2017.

Kirim Uang ke Luar Negeri Lewat BRImo, Memudahkan Lanjut S2 di Kampus Terbaik Dunia

Seorang ibu bernama Iyos (45 tahun), tiba-tiba menangis saat melakukan dialog dengan Sandiaga. Iyos menangis karena khawatir anak-anaknya tidak bisa melanjutkan sekolah.

"Saya meminta bantuan sekolah Pak," kata Iyos dengan wajah sedih dan tersedu-sedu sambil menggendong anaknya, Arifin (7).

Dimulai Sejak Dini, 4 Tips Memilih Asuransi Pendidikan untuk Anak

Iyos bercerita, anak sulungnya, Rendilah, telah lulus Sekolah Dasar. Anaknya mendapatkan bantuan berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP). Namun, saldonya telah habis untuk membeli berbagai keperluan.

"Demi menyekolahkan anak, saya harus utang sana-sini," ujarnya.

Cara Menghitung Biaya Pendidikan Anak di Masa Depan

Saat ini, Iyos kebingungan. Ijazah Rendilah tidak bisa diambil, lantaran ada biaya sekolah yang belum dilunasi. Sementara, ia tidak memiliki uang sama sekali untuk membayarnya.

Hal senada juga diungkapkan warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Yayat. Di depan calon Gubernur nomor urut tiga, Anies Baswedan, Yayat mengaku anak sulungnya harus putus sekolah.

"Anak saya yang pertama harus putus sekolah Pak, karena ngalah sama adiknya yang juga mau masuk sekolah," kata ibu berkerudung merah itu kepada Anies.

Anak pertama Yayat berencana hendak melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun karena keterbatasan kondisi ekonomi dan ditambah anaknya yang lain akan masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), anak sulung Yayat terpaksa mengalah.

Kondisi anak pertama Yayat itu diperparah, lantaran hingga kini ijazah SMP belum bisa diambil, lantaran menunggak iuran. "Katanya, (ijazah) baru dikasih kalau sudah bayar tunggakannya," ungkapnya.

Anies terlihat geram mendengar cerita Yayat. Sebab, pihak sekolah sepatutnya tak menahan ijazah peserta didik.

"Itu jelas sekolahnya melanggar, kalau sampai menahan ijazah. Nanti kami akan siapkan advokasi untuk ibu," kata Anies.

Mantan Ketua Dewan Etik KPK ini menilai, sekolah mungkin sedikit panik jika wali murid tidak membayar uang pendidikan. Karena pihak sekolah, khususnya sejumlah sekolah swasta, akan sedikit kesulitan untuk membiayai operasional dan penunjang di sekolah.

"Di sini perlu ada keseimbangan, agar biaya pendidikan di swasta tidak terlalu mahal dan dapat dijangkau oleh semua warga miskin," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya