Kader Muda Pertanyakan Manfaat Golkar Dukung Ahok

Ahmad Doli Kurnia dalam sesi kader muda Partai Golkar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Irwandi

VIVA.co.id – Dukungan yang diberikan Partai Golkar kepada Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, dinilai menambah kekhawatiran bagi kalangan keluarga besar Golkar. Alasan pertama, adalah berbagai kebijakan kontroversial yang dilakukan Ahok.

Komisi II DPR Gelar Rapat Bareng KPU-Bawaslu hingga DKPP Bahas Evaluasi Pemilu 2024

"Kedua, sejak awal pencalonannya, Ahok dan pendukungnya berkali-kali menunjukkan sikap anti partai politik. Bahkan, pernyataan dan sikapnya cenderung merendahkan dan mengerdilkan keberadaan parpol," kata politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia lewat pesan singkatnya, Rabu 28 September 2016.

Doli mengingatkan, Ahok pernah sampai mengatakan bahwa dia akan lebih memilih tidak maju sebagai gubernur, apabila harus meninggalkan Teman Ahok dan diusung parpol.

KPU Umumkan Hasil Pemilu, DPR Persilakan Ajukan Sengketa ke MK

"Namun yang ketiga, kemudian tiba-tiba berubah 180 derajat, seakan sekarang yang paling merasa dianggap dan diperebutkan sebagai kader parpol, setidaknya Partai Golkar dan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)," ujar Doli.

Karena itu, ia mempertanyakan, apa indikator bahwa Partai Golkar akan mendapat manfaat dari dukungannya terhadap Ahok. Dia mempertanyakan, apakah dari dukungan itu Ahok kemudian akan membesarkan Partai Golkar.

Perlu Ada Tim Transisi dari Pemerintahan Jokowi ke Prabowo? Politisi Golkar Bilang Begini

"Apa Ahok juga tidak menjanjikan hal yang sama dengan PDIP dalam kontrak politiknya? Atau, dengan Nasdem dan Hanura juga sebelumnya?" Ujar Doli.

"Yang mungkin terjadi kemudian nanti adalah, bila dilihat kebiasaan Ahok yang suka omong kosong dan umbar janji adalah kalau tidak PDIP yang dibohongin, ya Golkarlah yang kena sialnya," tambahnya.

Doli mengatakan, yang lebih menyakitkan lagi, Nusron Wahid, yang selama ini berkorban mengambil risiko jabatannya demi mendukung Ahok dan mewakili simbol Partai Golkar, justru tidak pernah diakui Ahok sebagai ketua tim. Nusron malah katanya hendak digusur oleh PDIP.

"Kalaupun ada yang menggugat saudara Nusron karena pejabat publik, seharusnya yang menggantikannya tetap adalah kader atau pengurus Golkar, bukan kader partai lain," kata Doli. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya