Konsistensi Pantur Silaban dan Teori Fisika

Freedom Institute didukung oleh Bakrie Untuk Negeri memberikan Penghargaan Achmad Bakrie 2009 kepada lima anak bangsa berprestasi karena ketekunan dan sumbangan luar biasa bagi masing-masing bidang.

Mereka adalah Sajogyo bidang pemikiran social, Ag Soemantri bidang kedokteran, Pantur Silaban bidang Sains, Warsito P Taruna bidang teknologi, dan Danarto bidang kesustraan. Berikut profil Pantur Silaban, peraih penghargaan bidang sains.

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Hingga awal dasawarsa 1970-an di Indonesia hanya terdapat empat fisikawan yang mengambil spesialisasi sampai tingkat Ph.D. dalam bidang fisika teori. Pantur Silaban adalah satu-satunya dari keempat fisikawan teori angkatan pertama itu yang konsisten hingga hari ini bertungkus lumus dalam bidang fisika teori, yang meliputi Teori Relativitas Umum, Teori Medan Kuantum, Fisika Partikel Elementer, Kosmologi, dan Fisika Matematika.

Tiga rekannya belasan tahun setelah menyelesaikan Ph.D menempuh jalur lain. Meski integritas dan intelektualitasnya tak diragukan sebagai fisikawan teori terkemuka hingga akhir hayatnya, Prof. Achmad Baiquni, Ph.D. (1923-1998) di kemudian hari menduduki jabatan administrasi baik di pemerintahan (menjadi direktur jenderal Badan Tenaga Atom Nasional dan duta besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Swedia) maupun di perguruan tinggi (rektor Universitas Nasional, Jakarta). Sama-sama mengajar dan meneliti di Departemen Fisika ITB, Prof. Moehammad Barmawi, Ph.D. dan Prof. Tjia May On, Ph.D. kemudian memilih jalur Fisika Material yang mencakup semikonduktor dan superkonduktor sebagai bidang riset mereka dengan hasil penelitian-penelitian yang diakui komunitas fisikawan material internasional.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng


Silaban menyelesaikan pendidikan tingkat sarjananya di Departemen Fisika ITB pada 1964. Begitu mendapat kesempatan melanjutkan studi di Amerika Serikat pada 1967, Silaban hanya punya satu tujuan: belajar Relativitas Umum di Universitas Syracuse, New York.


Universitas Syracuse sejak pertengahan dasawarsa 1940-an sampai 1960-an merupakan satu dari hanya lima tempat di permukaan Bumi ini yang menjadi pusat studi Relativitas Umum Einstein. Tokoh utamanya adalah Peter G. Bergmann, yang berguru pada Philip Frank di Praha, kemudian hijrah ke Amerika Serikat dan menjadi asisten Albert Einstein. Empat situs lain sebagai pusat studi Relativitas Umum Einstein itu berada di Universitas Princeton dipimpin oleh John Wheeler; Kings College, London di bawah Hermann Bondi; Universitas Hamburg pimpinan Pascual Jordan; dan Universitas Warsawa dengan tokoh utama Leopold Infeld. Albert Einstein (1879-1955) sebagai pencipta Teori Relativitas Umum tentu saja masih sempat berhubungan langsung semasa hidupnya dengan kelima pusat studi itu, termasuk dengan kelima tokoh masing-masing dari kelima pusat studi tersebut.

9 Menu Buka Puasa Unik dari Berbagai Negara, Bikin Ngiler dan Penasaran!


Semua tokoh yang memimpin pusat-pusat studi Relativitas Umum itu adalah nama-nama raksasa dalam jagat fisika yang telah melahirkan teori masing-masing dalam telaah Relativitas Umum. Fisikawan Ezra T. Newman dalam makalahnya (30 Juli 2002), “A Biased and Personal Description of GR at Syracuse University, 1951-61” mengenai Pusat Studi Relativitas Umum, Universitas Syracuse menggambarkan betapa erat hubungan personal satu sama lain para fisikawan yang menggumuli Relativitas Umum di kelima pusat studi itu. Menyebar mengajar dan meneliti di perguruan-perguruan tinggi Amerika Serikat, Eropa, Kanada, dan Israel, menurut Ezra T. Newman, mereka tetap berkiblat pada kelima pusat studi itu—terutama Syracuse dan Princeton—sebagai “pusat gravitasi” Relativitas Umum dan segala aspeknya.


Tak banyak anggota komunitas Relativitas Umum yang menyebar ke seluruh penjuru Bumi. Selain karena bidang sulit ini mensyaratkan inteligensi yang tinggi, tak banyak perguruan tinggi di dunia yang mampu atau punya minat membangun pusat studi yang khusus menelaah Relativitas Umum itu. Sempat pula studi Relativitas Umum memasuki masa stagnan di dunia, terutama di akhir 1940-an hingga pertengahan 1950-an. Maka, dapat dipahami bila di kemudian hari, bahkan hingga saat ini, komunitas fisikawan yang mendalami Relativitas Umum menjadi kelompok yang sangat elitis pada skala global.


Joshua N. Goldberg dari angkatan 1940-an yang belajar lalu menetap sebagai pengajar dan peneliti di Syracuse, serta Roger Penrose (lawan debat Stephen Hawking) dari angkatan 1950-an yang pernah berguru di Syracuse dan dikenal dewasa ini sebagai pengajar dan peneliti di Universitas Oxford, adalah fisikawan besar yang berperan dalam mengupayakan revitalisasi telaah Relativitas Umum sejak akhir 1950-an hingga pertengahan 1960-an. Pantur Silaban memasuki pusat studi Relativitas Umum di Universitas Syracuse sebagai mahasiswa program doktor pada tahun 1967 dalam masa-masa awal kebangkitan kembali Relativitas Umum.


Langsung di bawah bimbingan Joshua N. Goldberg dan Peter G. Bergmann, Pantur Silaban merupakan fisikawan Indonesia pertama yang belajar formal Relativitas Umum Einstein sampai tingkat doktor. Terlalu banyak yang berbicara tentang relativitas Einstein di negeri ini dari berbagai latar dengan menulis di media atau mengarang cerita dalam bentuk novel lalu kemudian mereka dikenal seluas-luasnya oleh publik, namun yang pasti, jurubicara yang sah di negeri ini mengenai Einstein dan relativitasnya pastilah Pantur Silaban.

Dia mendapat doktor dalam Relativitas Umum Einstein langsung dari asisten Einstein bernama Peter G. Bergmann dan murid Einstein bernama Joshua N. Goldberg. Menurut Jorga Ibrahim, peraih Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sains tahun 2007, diterima menjadi murid Bergmann dan Goldberg adalah sebuah indikasi yang jelas mengenai kedudukan Pantur Silaban sebagai seorang fisikawan terpandang.

Dia berhasil menembus tembok kukuh pusat studi Relativitas Umum di Syracuse yang memprasyaratkan pencapaian akademis yang tinggi serta etos belajar yang tandas hingga memperoleh Ph.D. tahun 1971 dengan disertasi, “Null Tetrad Formulation of the Equation of Motion in General Relativity”.

Dalam disertasi itu, Silaban berhasil membangun persamaan-per¬samaan gerak relativistik untuk partikel-partikel titik. Pekerjaan ini kemudian ia kembangkan bersama Goldberg hingga diterbitkan pada jurnal yang sangat prestisius dalam studi gravitasi dan Relativitas Umum, Journal of General Relativity and Gravitation Volume 7 Tahun 1976 di bawah judul “Equations of Motion in the Null Formalism”.


Signifikansi pekerjaan Silaban ini dalam keperluan praktis mene¬mukan aktualisasinya ketika akhir-akhir ini diterapkan fisikawan yang datang kemudian untuk mempelajari gerak partikel-partikel di sekitar lubang hitam dan bintang neutron. Dalam surat elektroniknya kepada kami, Joshua Goldberg mengatakan sebagian besar usaha yang sekarang dikerjakan “Menggunakan kalkulasi numerik, yang sama sekali tidak Silaban dan saya lakukan waktu itu.”


Dengan kata lain, Pantur Silaban melalui pekerjaannya merumuskan persamaan gerak relativistik untuk partikel titik telah membuka jalan bagi usaha mempelajari gerakan-gerakan benda antariksa di sekitar lubang hitam dan bintang neutron, dan pada orde tertentu dapat meng¬¬ungkap sebagian perilaku lubang hitam dan bintang neutron.

Di pihak lain, perhitungan astrofisika memperlihatkan bahwa dalam tahap akhir evolusi sebuah bintang, saat ia menjadi tiga kali lebih massif daripada Matahari, bintang akan mengalami runtuh gravitasi: seluruh energi nuklirnya habis dan tidak lagi memancarkan radiasi. Bintang yang mengalami runtuh gravitasi disebut sebagai lubang hitam. Saat ini diperkirakan satu miliar bintang telah berevolusi menjadi lubang hitam. Penyingkapan perilaku lubang hitam tentu saja membuka jalan bagi setiap upaya untuk mendapatkan gambaran kira-kira bagaimana skenario nasib atau masa depan Alam Semesta. Pada titik ini dengan jelas terlihat bahwa Pantur Silaban bekerja pada ranah yang amat fundamental dalam fisika: meliputi sejarah asal-usul Alam Semesta hingga masa depan Alam Semesta.


Tingginya tingkat kesulitan mempelajari Relativitas Umum ini bisa terlihat dari kenyataan bahwa Pantur Silaban sangat selektif dalam memberikan topik ini kepada mahasiswanya di Departemen Fisika ITB yang memilih bidang keahlian fisika teori sebagai tugas akhir mereka. Hanya kepada mahasiswa dengan indeks prestasi yang sangat tinggi, topik Relativitas Umum ini diberikan. Yang berhasil memasuki bidang ini di antara mahasiswa bimbingannya adalah Basuki Djati Utomo yang pada tahun 1984 lulus dengan predikat cum laude dan skripsinya terpilih sebagai yang terbaik di ITB pada masa itu.


Selain bekerja dalam Relativitas Umum, Pantur Silaban sebagai perintis Kelompok Bidang Keahlian Fisika Teori di Departemen Fisika ITB pada awal 1980-an juga intens mengembangkan metode fisika matematika untuk melacak berbagai konsep simetri dalam fisika. Dengan mengetahui konsep simetri dalam suatu sistem fisika, kita akan mengetahui hukum-hukum kekekalan (konservasi) apa saja yang berlaku dalam sistem fisika tersebut. Salah satu metode fisika yang khas dalam pekerjaan Pantur Silaban sehubungan dengan pelacakan konsep simetri dalam fisika itu menggunakan Teori Grup.

Grup dalam aljabar modern adalah struktur aljabar dengan sifat matematika tertentu yang salah satu aspeknya, generator, instrumental untuk melacak konsep simetri dalam berbagai sistem fisika: fisika klasik, Teori Medan Kuantum, dan Teori Relativitas Umum. Pantur Silaban dengan mahasiswanya yang tergabung dalam Kelompok Bidang Keahlian Fisika Teori di ITB intens mengembangkan metode fisika matematika dengan rute menerapkan Teori Grup dalam fisika dalam ikhtiar melacak simetri dalam fisika. Salah satu aspek pembelajaran dalam ikhtiar tersebut adalah terjembataninya fisika klasik yang serba deterministik itu dengan Teori Medan Kuantum yang serba statistik dan diliputi ketidakpastian itu.


Di Departemen Fisika ITB, Prof. Pantur Silaban, Ph.D. mendirikan Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Fisika Teori tempat mahasiswa-mahasiswa Departemen Fisika maupun Departemen Astronomi yang memilih kajian Fisika Teori dan Kosmologi bertemu dengan para dosen dengan keahlian Fisika Teori maupun Kosmologi, bertukar pikiran, membagi pengalaman, dan bekerja bersama menggeledah rahasia Alam Semesta. Suasana pertukaran pikiran dalam semangat persaudaraan komunitas ilmu di KBK Fisika Teori tampaknya dia bangun berdasarkan pengalamannya berada dan mengada di Pusat Studi Relativitas Umum Universitas Syracuse yang termasyhur itu.


Atas kepeloporannya merintis KBK Fisika Teori di ITB yang bertahan hingga kini dengan densitas yang tinggi, Program Studi Fisika ITB masih memberikan tempat bagi Pantur Silaban, dalam masa pensiunnya (sejak November 2002) untuk tetap berkiprah di Fisika ITB sampai hari ini.


Dengan konsistensinya dalam bidang Fisika teori selama 38 tahun, Pantur Silaban telah ikut berikhtiar secara konkret membuka jalan bagi (1) pemahaman akan skenario masa depan Alam Semesta melalui upayanya membangun persamaan gerak relativistik partikel titik dan (2) perintisan pengembangan metode-metode matematika fisika dalam melacak konsep simetri dalam fisika yang salah satu manifestasinya dapat menjembatani fisika klasik yang serba deterministik dengan teori medan kuantum yang serba statistik dan diliputi ketidakpastian itu. Untuk itulah Penghargaan Achmad Bakrie untuk bidang Sains tahun 2009 dianugerahkan kepadanya.

PROFIL

Pantur Silaban lahir di Sidikalang, Sumatra Utara, pada 11 November 1937 dari pasangan Israel Silaban dan Regina br. Lumbantoruan. Keingintahuannya pada fisika bermula ketika guru ilmu alamnya di SMP Sidikalang menerangkan bahwa sinar yang masuk ke dalam air selalu dibelokkan. Mengapa? “Tak ada jawaban yang memadai.” Hukum Snellius mengenai pembiasan itu merupakan pintu masuk bagi Pantur Silaban mencintai fisika. Karena tak ada jawaban jitu dari sang guru, ia pun bernazar akan menggeledah rahasia Alam Semesta melalui studi fisika di kemudian hari.


Di tengah jalan, antara SMP dan SMA, meluap pula minatnya belajar teologi. Hendak menjadi pendeta rupanya keinginannya. Meninggalkan Sumatra selepas SMA, Pantur Silaban singgah di Jakarta dengan maksud belajar teologi di STT Proklamasi. Selama mempersiapkan ujian masuk ke STT, anehnya, dia sakit di Jakarta dan tak kunjung sembuh. Perjalanan diteruskan ke Bandung. Tujuannya satu: kuliah di Fisika ITB. Diterima di sana, Pantur Silaban menyelesaikan studinya hingga menjadi sarjana fisika pada tahun 1964 dan langsung diterima sebagai anggota staf pengajar di Departemen Fisika ITB.


Pada masa kuliah di ITB, kecenderungannya pada fisika teori mulai terbentuk. Ia menggandrungi matematika murni dan kuliah-kuliah di jalur fisika teori, seperti mekanika klasik, teori medan elektromagnetik, mekanika kuantum, teori relativitas Einstein.

Maka, ketika ada tawaran belajar lanjut di Amerika Serikat pada pertengahan 1960an, dia membidik Universitas Syracuse, New York untuk mempelajari Teori Relativitas Umum Einstein. Di perguruan tinggi yang dosen dan mahasiswanya dominan orang Yahudi itu tegak sebuah Pusat Studi Relativitas Umum sebagai yang paling prestisius di dunia, satu dari lima pusat studi Relativitas Umum yang ada di muka Bumi ini.
Pantur Silaban diterima di Universitas Syracuse pada tahun 1967 dan dibimbing langsung oleh Joshua N. Goldberg, murid Albert Einstein, dan Peter G. Bergmann, asisten Albert Einstein. Disertasinya dalam Teori Relativitas Umum Einstein rampung pada tahun 1971 dan menjadikan Pantur Silaban sebagai fisikawan pertama Indonesia yang belajar Teori Relativitas Umum hingga tingkat Ph.D.


Pada 1972 ia kembali di Bandung dan mengajar di almamaternya sambil melakukan penelitian teoretis fundamental dalam fisika. Dua hasil risetnya di tahun itu, Foundation of Group Theory in Physics dan Lorentz Covariant Conservation Laws tersua di dalam prosiding ITB.
Indonesia mengajar Malaysia. Ini terjadi dalam kurun awal sampai pertengahan 1970an.

Pantur Silaban terlibat dalam rombongan “Indonesia mengajar Malaysia” sebagai pengajar di National University of Malaysia, Kualalumpur (1973-1976). Di tahun penghujung tugasnya mengajar di Malaysia itu, Pantur Silaban berhasil menembus jurnal ilmiah tingkat dunia khusus mengenai gravitasi dan relativitas ketika risetnya diterbitkan di Journal of General Relativity and Gravitation Vol 7, 1976 di bawah judul “Equations of Motion in the Null Formalism”.


Anggota beberapa organisasi fisikawan tingkat internasional seperti American Physical Society; Gravity Research Foundation, di Amerika Serikat; South East Asian Mathematical Society, Pantur Silaban kerap diundang berceramah di luar negeri. Di International Centre for Theoretical Physics yang didirikan antara lain oleh pemenang Nobel Fisika asal Pakistan, Abdus Salam, dan bermarkas di Trieste, Italia, Pantur Silaban beberapa kali mempresentasikan hasil penelitiannya. Antara lain, “Graded Lie Algebra in Classical General Relativity,” pada April 1986.

ada 1995 dia diundang berbicara di Pusat Studi Relativitas Umum Universitas Syracuse saat perayaan 70 tahun pembimbingnya, Joshua N. Goldberg, bersama raksasa-raksasa Relativitas Umum yang menyebar di berbagai tempat di Amerika Serikat, Eropa, dan Kanada.
Pada September 1998 Pantur Silaban diminta berbicara tentang model elektrolemah yang diperluas dalam Kongres Nasional Australian Institute of Physics di Freemantle, Australia.


Guru Besar Fisika Teori ITB per Januari 1995 itu menerbitkan tiga buku teks fisika: Tensor dan Simetri (Penerbit Binacipta, 1979), Teori Grup dalam Fisika (Penebrit Angkasa, Bandung, 1981), dan Dasar-Dasar Fisika Teori (Penerbit Angkasa, Bandung, 1982).


Pada awal dasawarsa 1980-an Pantur Silaban mendirikan sekaligus memimpin Kelompok Bidang Keahlian Fisika Teori, suatu tempat yang menyenangkan bagi dosen-dosen dan mahasiswa Jurusan Fisika dan Jurusan Astronomi yang menggumuli fisika partikel, kosmologi, dan fisika matematika.


Pantur Silaban, memasuki masa pensiun pada November 2002, tepat di usianya yang keenam puluh lima. Sebagai ikram kepada ikon dalam jagad fisika teori di Indonesia itu, mantan mahasiswa dan koleganya di Departemen Fisika dan Departemen Astronomi ITB pada 20 Februari 2003 mengadakan Seminar Sehari A Tribute to Prof. P. Silaban di Ruang 1201 Departemen Fisika ITB yang bersejarah bagi mahasiswa ITB dari segala jurusan (kecuali Seni Rupa) yang pernah kuliah Fisika Dasar.


Menikah dengan Rugun br. Lumbantoruan, Pantur Silaban dianu¬gerahi empat putri: Anna, Ruth, Sarah, dan Mary. Kecuali si bungsu, ketiganya sudah menikah dan memberinya empat cucu.

Sumber: Buku Penghargaan Achmad Bakrie 2009

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya