Polisi Mengaku Tolong Fahreza Sebelum Tewas, Bukan Memukuli

Dua jersey Persija di Makam Fahreza, Minggu, 15 Mei 2016.
Sumber :
  • Path

VIVA.co.id – Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya menyatakan tidak menemukan fakta bahwa Muhammad Fahreza, salah satu suporter Persija, tewas karena tindak kekerasan petugas kepolisian. Dia tewas usai menonton pertandingan Persija melawan Persela Lamongan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta,

Mencari Hukuman yang Membuat Suporter Indonesia Jera

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan dan data dari intelijen kepolisian, diketahui, suporter Persija wilayah Jakarta Selatan itu tewas karena penyebab lain.

"Dalam artian, kejadian itu kita verifikasi kemudian kita dapatkan faktanya di RS KKO Cilandak bahwasanya terjadi perbedaan yang katanya infonya dipukul oleh polisi ternyata di RS KKO mereka korban kecelakaan," kata Awi Setiyono, Selasa 28 Juni 2016.

Nyawa Suporter Tak Sebanding dengan Gemerlap Industri

Menurut Awi, dalam kasus itu, kepolisian berharap semua pihak tidak mengkambinghitamkan petugas sebagai dalang kematian Fahreza. Bahkan, kata Awi, justru seharusnya semua pihak berterima kasih pada kepolisian.

Sebelum meninggal dunia, justru petugas kepolisian yang bertugas di SUGBK sempat menolong Fahreza ketika berjalan sempoyongan mendekati pintu II SUGBK.

Anies: Mesti Marah, Jakmania Harus Junjung Tinggi Penegakan Hukum

"Ada ketidakterbukaan, jangan sampai polisi jadi kambing hitam lagi karena fakta-fakta di lapangan tidak terjadi itu (pemukulan). Bahwasanya almarhum Fahreza itu ke gate dua sudah sempoyongan, akhirnya kita tolong. Malah polisi yang menolong, bukan polisi yang mukulin," katanya.

Pernyataan Awi itu bertolak belakang dengan kesaksian Soleh, kakak kandung Fahreza. Soleh mengaku melihat, korban dipukuli anggota kepolisian, bukan karena dipukuli suporter lain.

Soleh, kakak pertama almarhum, menceritakan detik-detik pemukulan hingga tewasnya Fahreza. Menurutnya, saat itu, Fahreza datang ke stadion yang menjadi kandang sementara Persija itu, bersama kakak keduanya Yatna.

Saat akan memasuki pintu menuju ke dalam stadion, Yatna tak menemukan adiknya itu. Memang, menurut Soleh, Fahreza berjalan di belakang Yatna. Yatna berusaha mencari sang adik, tapi, dari kejauhan, Yatna melihat adiknya sedang dipukuli petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya.

"Ya, jadi dia (Muhammad Fahreza), nonton sama adik saya yang kedua, pas mau masuk itu, dia ada di belakang, tiba- tiba hilang. Adik saya namanya Yatna, dia melihat ternyata adiknya sedang dipukuli polisi," ujar Soleh, Minggu, 15 Mei 2016.

Sementara itu, Awi mengakui, kepolisian sudah memperkirakan, keributan berpotensi terjadi di laga Persija melawan Sriwijaya FC, Jumat 24 Juni 2016. Dan, pemicunya diduga terkait rasa penasaran Jakmania atas kasus kematian Fahreza. "Sebenarnya perkiraan intelijen kita juga sudah mengetahui hal tersebut," kata Awi.

Seperti diketahui, kerusuhan yang terjadi di SUGBK akhir pekan lalu, bukanlah keributan yang melibatkan dua kelompok suporter, dua tim yang sedang bertanding.

Kerusuhan mulai pecah, saat ribuan Jakmania mengibarkan bendera kuning dan spanduk duka cita atas kematian Fahreza yang diduga disebabkan aksi pemukulan yang dilakukan petugas kepolisian.

Yel-yel yang menyebutkan polisi sebagai pembunuh menggema di GBK sebelum kerusuhan terjadi. Dan hingga akhirnya empat anggota kepolisian dilaporkan menderita luka-luka dalam bentrokan itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya