Ada Suara Mirip Letusan Meriam Sebelum Gempa Yogya 2006

Prasasti 10 tahun gempa Yogyakarta di Kabupaten Bantul, Kamis (26/5/2016). Gempa ini menewaskan 6.000 orang pada tahun 2006.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Budi (41), warga Dusun Pundong Desa Srihardono di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingat jelas bagaimana kejadian sebelum gempa dahsyat di daerahnya pada Sabtu 27 Mei 2006 atau sepuluh tahun silam.

Tunggakan BPJS di Bantul Capai 20 Miliar

Ia mengakui, sebelum gempa terjadi, terdengar suara besar seperti letusan meriam di dalam tanahnya. "Semakin keras suara mirip meriam, semakin besar gempanya terjadi," kata Budi, Jumat 27 Mei 2016.

Usai itu, terjadilah gempa. Waktu kala itu menunjukkan sekira pukul 09.59 dan beruntun diikuti oleh gempa susulan. Rumah-rumah pun roboh hingga rata dengan tanah.

Nikmatnya Sambel Belut Pak Sabar di Kabupaten Bantul

"Memang saat pertama gempa terjadi sudah banyak rumah yang roboh. Namun terjadinya gempa susulan yang kekuatan hampir sama dengan gempa pertama membuat rumah yang retak-retak menjadi roboh," katanya.

Akibat itu, warga pun ketakutan. Tidak ada warga yang akhirnya berani tinggal di rumah. Apalagi usai gempa beredar kabar akan ada gempa yang lebih besar lagi sehingga membuat suasana semakin mencekam.

Selama 2016, Setiap Bulan Terjadi 469 Kali Gempa

"Masyarakat tak berani tidur didalam rumah meski rumahnya masih utuh sampai berbulan-bulan. Mereka menjadi satu dengan warga yang rumahnya roboh," tambah Sarju, Kepala Dusun Pundong.

Menurut Sarju, suara dentuman seperti meriam dan disusul dengan gempa berlangsung hampir lima bulan. Kata pemerintah justru baik karena tidak akan ada lagi gempa dengan skala yang lebih besar.

"Meski itu pertanda baik tetap saja membuat warga semakin takut," katanya.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, menjelaskan di bawah permukaan bumi bagian kulit bumi yang saling bertemu. Didalam inti bumi ada bagian yang panas cair bergerak terus menerus.

"Seolah-olah kita berada di atas panci, kita berada di kulit kerak bumi di bawah puluhan kilometer ada inti bumi yang beregerak terus menerus sehingga terjadi gempa bumi," kata Tony.

Menurutnya, suara dentuman merupakan proses alamiah pelepasan energi dan membentuk keseimbangan baru dari bumi. "Proses alamiah pelepasan energi," lanjut dia.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya