Suku Uighur Belajar Bom dari Santoso

Kelompok teroris pimpinan Santoso di hutan persembunyian mereka di Poso saat masih lengkap beberapa waktu silam.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Abdullah Hamann

VIVA.co.id - Suku Uighur yang bergabung dengan kelompok Santoso, alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah, mempunyai kekuatan yang cukup kuat.

Puasa Tak Halangi Tim Operasi Tinombala Buru Santoso

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi, suku Uighur punya kemampuan baik dalam membawa logistik makanan bagi anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Itu kemampuan fisik lebih tangguh. Membawa bekal logistik yang dibawa beras sekarung, dia kuat," kata Rudy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu 25 Mei 2016.

Bulan Ramadan Waktu yang Tepat Santoso Menyerah

Menurut Ketua Penanggung Jawab Kegiatan Operasi (PJKO) Tinombala 2016, suku Uighur juga banyak belajar dengan jaringan Santoso yang berada di Poso tersebut.

"Kemamampuan lain mereka, belajar di Indonesia bersama Santoso, membuat alat peledak," tuturnya.

Sulut Paling Rawan Jadi Jalur Eksodus Abu Sayyaf dan Santoso

Hingga kini, kata Rudy, suku Uighur yang bergabung bersama Santoso berjumlah enam orang. Empat orang berhasil ditembak mati, satu ditangkap hidup-hidup. Kemudian, hanya tinggal satu orang yang masih bersama Santoso.

Tak Bangga

Rudy Sufahriadi juga tidak merasa bangga menembak kelompok jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya hanya berpesan kepada masyarakat seluruh Indonesia bahwa saya sebagai PJKO tidak bangga menembak teroris. Kami di sana tidak bangga menembak teroris," tegas Rudy.

Rudy berharap, kelompok Santoso dapat menyerahkan diri kepada aparat keamanan. Jika mereka bersedia, Kepolisian siap menerima.

"Kalau tidak, kami akan lakukan langkah-langkah hukum sesuai prosedur yang berlaku. Inilah yang kami lakukan sampai saat ini," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, menambahkan bahwa pasukan operasi Tinombala TNI-Polri menginginkan cara-cara persuasif dalam menangkap kelompok Santoso.

"Apabila menyerahkan diri, maka tentu akan lain langkah-langkah tindakan yang dilakukan. Apabila, yang bersangkutan tetap melakukan perlawanan, tentu risiko yang harus dihadapi yang bersangkutan. Karena, upaya-upaya penegakan hukum akan terus berjalan," katanya.

Dengan demikian, Boy juga berharap, dalam kasus ini dapat diselesaikan secepatnya oleh petugas tim operasi Tinombala.

"Pada dasarnya, kegiatan operasi ini ingin dituntaskan. Jadi, kami ingin menuntaskan sesuai dengan instruksi dari bapak Kapolri dan Presiden kepada kami, agar secepatnya menuntaskan ancaman terorisme yang ada di negara kita," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya