Dua Kunci Sukses Pengelola Gerai Kopi Dunia

CEO Starbucks, Howard Schultz
Sumber :
  • theweek

VIVA.co.id – Kopi Starbucks telah menjadi kopi paling populer di dunia. Bisnisnya menjamur di seluruh dunia.

Sepuluh Miliarder Termuda di Dunia

Dilansir Forbes, Selasa 3 Mei 2016, ada dua kunci utama gerai Starbucks sukses menarik perhatian pelanggan dan dipertahankan oleh Chief Executive Officer (CEO) Starbucks, Howard Schultz.  

Kunci pertama adalah membuka gerai Starbucks paling mewah di dunia. The Roastery ini memiliki luas bangunan 1.400 meter persegi dan terletak di Capitol Hill, Seattle, Amerika Serikat. Gerai ini menyajikan kopi langsung dari tempat pemanggangan dan membuat suasana restoran seperti pabrik cokelat Willy Wonka.

Delapan Ciri Umum Miliarder Dunia

Kunci utama kedua bisnisnya adalah toko kecil di tepi pantai Seattle, tempat pertama Starbucks dibuka pada 1971. Toko tersebut tetap dipertahankan hingga kini dengan counter yang mendefinisikan merek Starbucks pada saat era Perang Vietnam. Tidak ada seorang pun pernah memodernisasi tempat itu.

"Saya pergi ke sana pada pukul 04.15, kadang hanya saya sendiri. Ini tempat yang tepat setiap kali saya perlu berpusat," katanya.

Definisi Sukses Menurut Miliarder Richard Branson

Sejak mengambil alih Starbucks pada 1980-an, Schultz telah berhasil mengubah Starbucks dari perusahaan kopi lokal menjadi merek kopi paling terkenal dunia. Cabang toko Starbucks menjamur di seluruh dunia dengan lebih dari 24 ribu toko di 70 negara.   

Kopi dan makanan yang lezat ditunjang oleh suasana yang nyaman telah membuat gerai Starbucks tempat favorit untuk bertemu teman, mengerjakan tugas kuliah, atau bahkan menjalin hubungan romantis. Penjualan Starbucks mencapai US$19 miliar pada 2015.

Schultz telah meraup kekayaan hampir US$3 miliar dari Starbucks, menjadikannya orang terkaya nomor 595 dunia dan nomor 222 di Amerika Serikat. Meski demikian, gaya hidupnya tetap sederhana seperti sebelum dia menjadi miliarder.

"Saya masih seperti anak dari Brooklyn yang ingin mencari jalan keluar. Saya tidak pergi ke sekolah elite, saya tidak pergi ke sekolah bisnis," katanya.

Schultz pernah mengalami masa-masa susah ketika masih kecil. Dia hidup bersama ayahnya yang terluka dan tidak memiliki pekerjaan di rumah subsidi.

Sama seperti orang biasa lainnya, Schultz yang lulusan sarjana komunikasi melamar pekerjaan di Starbucks sebagai direktur pemasaran. Dia kemudian berhasil membeli Starbucks senilai US$3,8 juta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya