Penderita Penyakit Leptospirosis di Bandung Meninggal

Foto ilustrasi.
Sumber :
  • healthcarecompliance.us

VIVA.co.id – Tiga warga Kota Bandung terjangkit penyakit leptospirosis atau demam lumpur yang ditularkan melalui air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi  bakteri Leptospira sp. Satu di antaranya meninggal. 

Awas, Kencing Tikus Akibatkan Gagal Ginjal

Kepala Bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung Susatyo Triwilopo menjelaskan, dari awal tahun sampai saat ini, sudah tiga warga Kota Bandung terkena penyakit leptospirosis. 

Dua orang dari Puskesmas Citarip Kelurahan Kopo mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sementara, satu orang meninggal dunia di awal bulan April merupakan warga Sukahaji Kota Bandung. 

PLN Siagakan 47 SPKLU Layani Pengguna Mobil Listrik di Sepanjang Tol Jateng, Ada Unit Charger Mobile

"Ini terjadi dalam kurun waktu berturut - turut dari bulan Februari hingga April. Untuk yang meninggal, kumannya sudah ke arah ginjal dan hati," ungkap Susatyo, Sabtu, 30 April 2016.

Dia menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit bakteri yang disebabkan kuman leptospira yang hidup di tubuh tikus. Manusia bisa terkena kuman ini melalui air kencing dan darah tikus. 

Meriahkan Lebaran, KSAD Jenderal Maruli Hadiri Open House di Rumah Dinas Pangkostrad

"Misalkan kalau lagi mengejar tikus dipukul darahnya kena ke tubuh manusia. Lalu mengonsumsi makanan dan minuman yang ternyata sudah terkontaminasi dengan kencing tikus, kalau enggak dibersihin bisa kena," ujar Susatyo.

Susatyo mengatakan, manusia yang terkena oleh kuman leptospira akan mengalami gejala panas, demam dan nyeri otot. Dampak terberat terkena penyakit ini, menurutnya mampu mengakibatkan meninggal dunia terlebih bagi manusia yang memiliki komplikasi penyakit lainnya.  

"Dia masuk ke dalam sendi darah dan menyebar ke organ target atau sasaran dia. Kalau sudah terjadi, itu bisa menyerang ke ginjal dan hati. Menyebarnya cepat, bisa satu minggu setelah kuman masuk," terangnya. 

Menurutnya, penyakit ini mampu menyerang tanpa mengenal waktu. Terlebih, lanjut dia, di lingkungan kotor yang menyebabkan munculnya sarang tikus. 

"Kalau penyakit ini kan vektornya tikus, makanya antisipasi awal kesadaran masyarakat melindungi dirinya. Jaga lingkungan, jangan sampai ada makanan sisa yang mengundang tikus. Pengolahan sampah juga harus benar-benar," tegasnya.

Adanya kasus yang dirawat dan meninggal, ia mengimbau masyarakat tidak meremehkan penyakit ini. Jika tanda - tanda awal seperti demam dan nyeri dirasakan, dengan segera langsung ke puskesmas terdekat untuk penanganan awal. 

"Sekarang kan dokter mudah, puskesmas ada, ya berobat saja langsung. Kalau berat, nanti dirujuk ke rumah sakit. Ada saatnya mengobati sendiri, tapi kalau tidak yakin jangan," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya