Cerita Mbah Kholil Bangkalan Terima 'Harimau' Jadi Murid

Ilustrasi/Belajar di pesantren.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

VIVA.co.id – Syaikh Muhammad Kholil bin Abdul Latif al-Bankalany lahir pada 24 Januari 1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. 

Pemain Ini Cocok Gabung Man City, Kata Aguero

Banyak santri yang kemudian menjadi ulama besar berguru kepada ulama kharismatik itu. Santri pertamanya, adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Selain ulama, di masyarakat santri, Kiai Kholil juga dikenal sebagai waliyullah. Seperti cerita Wali Songo, banyak cerita kelebihan di luar akal atau karomah Mbah Kholil terkisah dari lisan ke lisan, terutama di lingkungan masyarakat Madura. 

Ungkapan Airlangga Hartarto Kalau Golkar Bangga Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024

Misalnya, cara Kiai Kholil mendidik santri-santrinya. Banyak cerita unik soal bagaimana kiai alim di bidang ilmu alat (gramatika bahasa Arab, dipakai untul membaca dan memaknai naskah Arab tanpa harakat), terutama nadzam Alfiyah, terkisah. Sayang, sedikit literatur yang mengisahkan soal itu.

Disarikan dari buku milik Yayasan Syaikhuna Muhammad Kholil, Biografi Syaikhuna Muhammad Muhammad Kholil: Surat kepada Anjing Hitam karangan Syaiful Rahman, dikisahkan beberapa cerita karomah Kiai Kholil. 

Sedang Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba, Ammar Zoni Ungkap Doa untuk Anak dan Kelurga

"Banyak cerita, Anda bisa baca di buku ini," kata KH. Muhammad Faishol Anwar, salah satu cicit Kiai Kholil, kepada VIVA.co.id, sembari memberikan buku itu.

Di antaranya kisah Kiai Kholil terima murid 'harimau'. Alkisah, suatu waktu Kiai Kholil mendadak memerintahkan kepada santri senior agar menyiagakan santri lain untuk memperketat penjagaan pesantren. 

Kiai bilang akan ada harimau datang ke pesantren. Waktu itu, banyak titik kawasan hutan di tanah Bangkalan.

Beberapa hari kemudian, seorang pemuda kurus muncul di halaman luar pesantren. Di pundaknya koper besi terpanggul. Melihat itu, Kiai Kholil keluar dari rumah dan berteriak, "Harimau datang, harimau datang." 

Para santri keluar dari asrama dan siaga. Tapi, mereka plonga-plongo karena yang ada bukan harimau, tapi sosok pemuda kurus membawa koper itu. 

"Pemuda itu harimaunya," kata Kiai Kholil. Para santri serempak hendak menyergap si pemuda. Ketakutan, dia lari dan sembunyi di hutan.

Karena tekat kuat ingin nyantri ke Kiai Kholil, malamnya si pemuda datang kembali ke pesantren. Belum juga sampai kaki dijejakkan di halaman, para santri mengejarnya lagi. Ia lari dan sembunyi kembali di hutan.

Si pemuda tak putus asa. Dini hari, dengan mengendap-endap dia masuk ke area pesantren. Karena kecapekan, ia tertidur di masjid pesantren, tepat di titik imam salat. 

Menjelang subuh, Kiai Kholil memergoki si pemuda yang tertidur kecapekan. Ia membangunkannya. 

Tanpa ditanya, Kiai Kholil menyatakan menerima pemuda itu sebagai santri. Si pemuda girang. Siapa pemuda harimau santri Kiai Kholil itu? Dia adalah KH Wahab Chasbullah, pendiri Ponpes Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang. 

Kelak Mbah Wachab dikenal sebagai intelektual dan konseptor Nahdlatul Ulama (NU) saat baru berdiri. Ia juga motor gerakan nasionalisme di lingkungan masyarakat santri. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya