Dubes India untuk Indonesia Gurjit Singh

Pasar Indonesia Sulit Dijangkau

Duta Besar Dubes India untuk Indonesia Gurjit Singh
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang

VIVA.co.id - Hubungan Indonesia dan India tak bisa dinilai baru. Dua negara yang sama-sama berada di kawasan Benua Asia ini terikat hubungan dagang sejak belasan abad yang silam.

Selfie di Depan Singa, Denda Rp3 Juta

Pedagang asal Gujarat, India, telah malang melintang di Indonesia, menjalin kerja sama perdagangan. Hingga saat ini, hubungan Indonesia dan India terbilang mulus dan lancar.

Latar belakang budaya yang memiliki banyak kemiripan membuat hubungan kedua negara nyaris tanpa pergolakan sengit. Namun, tetap menarik untuk mencermati, bagaimana kedua negara terus menjalin relasi.

Belum Bayar Utang Rp30 Ribu, Suami Istri Dibunuh

Berikut wawancara VIVA.co.id dengan Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh, di Kedubes India, Kuningan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.


Korban Ledakan di India Jadi 100 Orang
Beberapa pekan lalu, Wapres India berkunjung ke Indonesia. Apa saja yang menjadi agenda utama?
Hubungan India dan Indonesia sangat baik dan kuat, kami sudah menjadi mitra kerja sama sejak 2005. Pada 2013, kami memutuskan untuk mengadakan annual summit antarpemimpin, dan selalu mengadakan pertemuan setiap tahunnya sejak saat itu. Tetapi kadang kala kami butuh pertemuan tingkat tinggi lainnya, karena itu untuk melengkapi momentum PM India yang baru dan Presiden Jokowi, kami memutuskan untuk mengadakan kunjungan khusus Wapres India atas undangan dari Wapres JK. 

Pertemuan kedua Wapres difokuskan pada hal apa?
Hal ini pada dasarnya dilakukan untuk saling memberikan fokus terhadap apa yang kedua negara lakukan. Ini kunjungan ekonomi, politik, dan strategis yang sangat penting saat kedua negara memiliki pemimpinnya yang baru setelah satu tahun.

Apa saja yang berhasil disepakati?
Kami tanda tangani tiga MoU. Satu soal energi terbarukan, kerja sama dalam bidang air, dan satu lagi soal mempromosikan Ayurveda di Universitas Udayana Bali. 

Seperti apa kerja sama dalam hal energi terbarukan?
India adalah pembeli terbesar batu bara Indonesia, kedua negara sama-sama tertarik dengan isu perubahan iklim, karena itu kami ingin mempromosikan energi terbarukan untuk mengurangi emisi. Di India kami punya target 175 giga watt dari energi terbarukan antara 2015 dan 2020, sedangkan di Indonesia sebesar 35 giga watt.

Karena itulah MoU ini sangat penting untuk memfokuskan kepada energi terbarukan dan juga bagaimana kami bisa saling berbagi pengalaman dan teknologi. Hal ini juga penting pada konferensi perubahan iklim di Paris. Indonesia adalah negara dengan tenaga solar yang besar, karena itu kami mengundang Indonesia untuk bergabung. 

Bagaimana dalam hubungan budaya antara India dan Indonesia?
Program pertukaran budaya juga sangat penting karena seperti yang kita tahu, tahun ini kami punya Sahabat India, sebuah festival India-Indonesia. Kami mengundang beberapa grup kebudayaan Indonesia ke India. Hal ini akan semakin mempererat hubungan dan kerja sama kedua negara dalam bidang pertukaran kebudayaan. 

Tentang Ayurveda, kerja sama seperti apa yang akan dikuatkan?
MoU terakhir dilakukan di Bali, Universitas Udayana. Nota kesepakatan ini kami capai  untuk mempromosikan bahan-bahan tradisional seperti Indonesia memiliki jamu dan di India kami memiliki Ayurveda. Jadi, kedua negara melakukan riset dan mencari apa yang bisa kami lakukan dengan bahan-bahan tradisional dan alamiah tersebut. 

Seberapa banyak mahasiswa India di Indonesia ?
Tidak banyak, tapi kami memiliki program pertukaran yang baik. Kami harap MOU ini akan memperluas hubungan di bidang pendidikan pula. Pelajar Indonesia di India tidak terlalu tinggi, kami memberikan 120 beasiswa setiap tahunnya. Sulit untuk memenuhi kuota ini, tapi tiga tahun terakhir kami melakukan kampanye besar dari universitas-universitas kami di Indonesia. Sekarang kami memiliki respons yang lebih baik

Apa kerja sama terbesar antara kedua negara ?
Dari bidang ekonomi, nilai kerja sama mencapai US$20 miliar. Keberagaman perdagangan tidak terlalu tinggi, India beli banyak batu bara, minyak kelapa sawit, tapi sayangnya itu bukan karena promosi dari Indonesia, namun sepenuhnya karena permintaan dari India langsung. Indonesia harus berusaha menjual hal lain ke India.

Dari India banyak sekali barang yang bisa dijual, mulai dari elektronik sampai ke sereal. Kami lakukan banyak promosi dengan membawa 15 delegasi bisnis setiap tahunnya. Pada sebuah eksibisi kemarin, ada 40 delegasi bisnis yang kami datangkan. Jadi kami selalu melakukan usaha untuk mempromosikan ekspor kami, tetapi pasar Indonesia tidak mudah untuk dijangkau. Saya pikir seharusnya perusahaan Indonesia dapat melihat bahwa perusahaan India dapat menghasilkan barang-barang yang bagus dengan harga yang kompetitif.

Apa yang menjadi kendala?
Salah satu masalahnya adalah karena masing-masing delegasi bisnis jarang bertemu. Kami bawa banyak delegasi kami ke sini, tapi tidak ada delegasi Indonesia yang datang ke India. Tahun ini kami undang 17 grup ke India untuk melihat India dan apa yang bisa kami lakukan. 

Apa yang paling mungkin untuk menjadi kesempatan bisnis bagi kedua negara?
Energi terbarukan, smart city, perkembangan infrastruktur, tapi kenapa kedua negara tidak saling bekerja sama. Padahal sama-sama tertarik dengan bidang tersebut? Mimpi saya adalah kedua perusahaan negara dapat bekerja sama membangun smart city, dengan menggabungkan perusahaan infrastruktur. Saya menantikan kerja sama bisnis dengan bisnis untuk sektor swasta, hal ini harus dikembangkan ke arah proyek besar daripada hanya perdagangan.

Walaupun kami memiliki defisit yang besar di perdagangan, kami tidak meminta untuk adanya perdagangan yang sama dan seimbang pada Indonesia. Kami ingin perluasan kerja sama ekonomi dan hubungan antarnegara. India berinvestasi sangat besar, kami menciptakan banyak lapangan pekerjaan di Indonesia. Banyak turis kami yang datang ke Indonesia tapi tidak sebaliknya. Banyak ketidakseimbangan yang terjadi, kedua negara harus perbaiki hal ini. 

Dubes India untuk Indonesia, Gurjit Singh, bersama alumni penerima beasiswa.

Dubes India untuk Indonesia, Gurjit Singh dan para penerima beasiswa.

Kenapa pasar Indonesia sulit untuk dijangkau India ?
Karena kekurangan minat dan pemahaman. Banyak perusahaan India datang ke sini sejak puluhan tahun lalu dan menjadi sangat sukses. Misalnya dalam perdagangan besi, tekstil, semen, dan lain lain. Kami perlu pemahaman yang lebih baik dari Indonesia. Indonesia harus mengembangkan kerja samanya dengan perusahaan india. Jika hal itu bisa dilakukan, perusahaan kedua negara akan sama-sama berhasil. Baik dilakukan di Indonesia, India, atau ASEAN.

India sudah bekerja sama dengan perusahaan Malaysia, Singapura, tapi tidak dengan Indonesia. Karena itu, di setiap kesempatan yang ada kami mengundang delegasi Indonesia ke India dan sebaliknya. Kami butuh respons yang baik karena sebenarnya India dan Indonesia itu mirip, kami perlu bekerja sama dan mengambil keuntungan masing-masing, dan juga saling berkompetisi bersama. 
Saya senang karena sekarang hal-hal kecil mulai terjadi, karena saya percaya kerja sama kedua negara dapat memberikan dampak yang baik bagi internasional. 

Apa yang bisa menarik minat pasar Indonesia ?
India menawarkan banyak sekali. Kami minta agar Indonesia mau melihat apa yang kami lihat dan kesempatan yang ada di India. Malaysia, Singapura, Thailand datang ke India membangun jalan, gedung, kota baru, tapi Indonesia belum. Itu sebabnya saya membuat buku. Di buku itu saya tawarkan kepada pengusaha Indonesia, investasi apa saja yang bisa mereka kembangkan di India. Hampir 60 persen Foreign Direct Investment (FDI) meningkat sejak dipromosikannya buku ini.

Anda sudah melalui dua periode kepemimpinan di Indonesia. Adakah perbedaan yang terasa pada kepemimpinan di masa pemerintahan Jokowi dan sebelumnya?
Pada November, sebulan setelah Jokowi terpilih, kami melakukan pertemuan pertama antara Jokowi dengan PM kami dan pertemuan itu memberikan momentum penting bagi kedua negara. PM mengatakan, dulu keduanya cuma memiliki rencana saja, tapi kini sudah dilakukan aksi dari rencana tersebut. 

Presiden Jokowi juga mengatakan hal yang sama kepada wapres kami kemarin bahwa ini adalah saatnya melakukan implementasi. Kedua negara sepakat untuk melihat isu-isu yang tertunda selama ini, dan sepakat untuk segera merealisasikannya, terutama di bidang ekonomi. Sejak kepemimpinan Jokowi, hubungan kedua negara semakin erat. Tahun ini, kami memiliki sejumlah pertemuan tingkat tinggi, banyak hal yang terjadi.

Jadi sekarang perjanjian yang tertunda sudah mulai direalisasikan?
Iya, kami mulai bekerja dan melakukan kesepakatan-kesepakatan yang sempat tertunda. 

India semakin terkenal dengan kemajuan teknologi informasinya. Bagaimana India bisa mencapai kemajuan tersebut?
Kami berinvestasi sangat besar di bidang pendidikan. Kami punya banyak sekali teknisi dan kami juga banyak berinvestasi pada aspek pendidikan bahasa Inggris. Pemerintah menciptakan infrastruktur untuk aspek software dan sukses pula oleh perusahaan swasta. Mereka meluaskan usahanya ke Indonesia juga tapi hanya melakukan medium kontrak. 

Banyak orang Indonesia yang meminta kepada saya untuk membantu mengembangkan teknologi di Indonesia. Anda butuh kecakapan berbahasa Inggris, science dan matematika yang bagus serta butuh kesediaan untuk datang kepada India, karena kami menyediakan banyak program pelatihan. Sudah mulai ada respons yang baik, ini proses yang perlahan karena warga Indonesia tidak terlalu fasih dalam berbahasa Inggris tapi saya percaya ini bisa dilakukan. 

Media internasional ramai memberitakan masalah sapi yang menjadi sumber pertentangan antara Muslim dan Hindu di India. Sebenarnya apa yang terjadi?
Kami tidak bisa membunuh sapi, karena mayoritas penduduk India beragama Hindu. Orang beragama Islam atau Kristen boleh dan diperbolehkan makan daging, tapi bukan daging sapi melainkan daging kerbau.

Mungkin Anda sering membaca mengenai kasus-kasus menyangkut soal membunuh sapi. Tetapi sebenarnya itu hanya isu lokal yang kemudian menjadi besar di media. Masalah itu sebenarnya tidak semua menyangkut daging tapi lebih kepada masalah penduduk lokal. India bahkan banyak melakukan impor daging, tapi  tentu saja bukan daging sapi melainkan kerbau. Kami melakukan impor daging kerbau dari Malaysia, Filipina, dan negara lainnya.

Penyelesaian masalah keberagaman agama di India ?
India dan Indonesia mirip. Indonesia adalah negara Islam terbesar tapi kalian memiliki lima agama yang diakui. India adalah negara dengan populasi pemeluk Hindu terbanyak tapi kami bukan negara Hindu. Kami juga mengakui agama lain. Jadi sebagai sesama negara dengan banyak agama Anda pasti mengerti, kami tidak akan memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu. Semua orang memiliki dan diberikan hak yang sama. Jadi jika ada berita soal konflik agama, itu hanya isu dan masalah lokal saja. Kami semua hidup dalam damai dan kebersamaan.

Jadi tidak setegang seperti yang diberitakan oleh media internasional?
Apa yang terjadi di dalam India, itu adalah masalah daerah atau masalah lokal. Bukan menjadi simbol keseluruhan negara terkait dengan masalah itu. Kami yakin konstitusi kami mempersilakan setiap orang memeluk agama masing-masing dengan bebas.

Saya yakin Indonesia pasti mengerti hal ini. Karena itulah kedua negara dekat karena sama-sama merupakan negara berkembang dengan banyak keberagaman. Keduanya negara demokrasi. Kami saling memahami satu sama lain. Kami berjalan di jalan yang sama

Selama menjadi Duta Besar, bagaimana Anda melihat Indonesia?
Selama di Indonesia saya sangat senang dan menikmati waktu saya dengan sangat baik di sini. Orang-orang Indonesia sangat ramah. Kalian selalu tersenyum, baik hati dan bertoleransi. Saya menikmati pertemuan saya dengan banyak orang di 21 provinsi. Saya sudah pernah ke Sulawesi, Kalimantan, dan tempat-tempat lain di Indonesia. Saya sangat menikmati menyelam di Bunaken. Dan saya menyukai keindahan alam Indonesia. 

Apa makanan khas Indonesia yang menjadi favorit Anda?
Sate ayam, nasi goreng, ikan bakar. Ikan bakar terenak yang pernah saya makan adalah di Bunaken. Saya juga selalu ingat garang asem di Kudus. Karena saya tidak bisa makan daging sapi, saya tidak bisa mencoba rendang, tapi saya sangat menikmati banyak jenis makanan di banyak daerah di Indonesia. Saya ingat waktu ke Makassar pergi ke sebuah resto seafood, amazing. Di Ambon, Bali, Semarang, Surabaya, Kudus, dan lainnya. Saya menikmati waktu saya di Indonesia baik dalam kuliner, budaya, juga pariwisata. 

Saya rasa kita bisa lakukan banyak hal untuk mempromosikan hal itu. Saya berharap sektor ekonomi dan human resource berkembang. Karena kita sama-sama negara baru dan berkembang, kita harus fokus kepada pendidikan dan SDM. 
Saya senang saat mengunjungi orang utan di Kalimantan, pulau-pulau lain di Indonesia, dan saya sangat menikmati Festival Bali, karena banyak sekali yang bisa saya lihat. Juga Festival Sentani di Papua.

Apa hal yang paling Anda suka dari Indonesia?
Hal yang paling saya suka dari Indonesia adalah orang-orangnya yang selalu tersenyum dan ramah.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya