Polisi: Din Minimi Berdusta Mengaku Tak Pernah Menculik

Penangkapan anak buah Din Minimi di Aceh Timur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ilham Zulfikar
VIVA.co.id - Kepolisian Daerah Aceh mengimbau masyarakat tak bersimpati kepada Nurdin Ismail alias Din Minimi, pemimpin kelompok bersenjata di wilayah itu. Soalnya Din Minimi dan anak buahnya lebih sering bertindak kriminal ketimbang berjuang bagi rakyat Aceh.
Bom Rakitan 10 Kg Sisa Konflik Aceh Ditemukan

Polisi menyebut Din Minimi telah berdusta dengan mengaku tak pernah melakukan kejahatan. Padahal sudah terbukti bahwa dia dan komplotannya menculik orang lalu meminta uang sebagai tebusan senilai satu miliar.
Partai Aceh: Bendera Bintang Bulan Tak Langgar Hukum

Polisi membeberkan pengakuan Syahril alias Buraq, salah satu anak buah Din Minimi yang ditangkap pada Selasa, 23 November 2015. Buraq berterus terang bahwa komplotan Din Minimi menculik Burhanuddin (47 tahun) dan istrinya, mereka adalah warga Geudong Pase, Kabupaten Aceh Utara.
Eks Petinggi GAM Kibarkan Bendera Bulan Bintang di Saudi

Din Minimi meminta uang tebusan sebesar satu miliar. Namun, uang tebusan itu baru dibayar Rp700 juta sehingga pasangan suami-istri itu belum dibebaskan.

Buraq mengaku belum sebulan bergabung dengan komplotan Din Minimi. Dia belum diizinkan menggunakan senjata api karena belum pernah berlatih. Dia selama ini ditugasi menjaga sandera Burhanuddin dan istrinya.

“Hari ini terungkap bahwa kelompok tersebut (komplotan Din Minimi) telah melakukan penculikan dengan meminta uang tebusan kepada keluarga korban,” kata Direktur Reserse Kriminal Polda Aceh, Komisaris Besar Polisi Nurfallah, dalam konferensi pers di Banda Aceh pada Rabu malam, 25 November 2015.

Buraq dalam kesempatan itu berterus terang juga bahwa ayahnya bergabung dengan komplotan Din Minimi. Ayahnya belum ditangkap dan masih bersama Din Minimi.

Buraq menyesal dan baru menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perbuatan sesat dan melanggar hukum. Dia meminta ayahnya menyerahkan diri kepada aparat. "Ayah, menyerahlah, mari kita kembali ke keluarga dan menjadi masyarakat biasa, sekarang sudah bukan zamannya perang lagi," katanya.


Ilham Zulfikar/Banda Aceh
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya