Sumber :
VIVA.co.id
- Banyak pengamat mengatakan persatuan dan kesatuan Indonesia tidak akan bertahan lama. Pendapat itu didasarkan kenyataan bahwa Indonesia memiliki keberagaman yang sangat banyak. Apalagi kalau melihat nasib yang dialami Uni Soviet. Uni Soviet, yang memiliki banyak keragaman akhirnya terpecah, menjadi beberapa negara kecil.
Tapi orang lupa, Indonesia tidak sama dengan Uni Soviet. Sejak lama masyarakat Indonesia sangat toleran dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Pada 1908 misalnya, Indonesia memilih bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional, padahal 60 persen masyarakat Indonesia adalah masyarakat Jawa.
Baca Juga :
Soal Pilkada Kembali ke DPRD, Ini Kata Ketua MPR
Tapi orang lupa, Indonesia tidak sama dengan Uni Soviet. Sejak lama masyarakat Indonesia sangat toleran dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Pada 1908 misalnya, Indonesia memilih bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional, padahal 60 persen masyarakat Indonesia adalah masyarakat Jawa.
Pernyataan itu disampaikan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan ketika menjadi pembicara kunci pada dialog antar umat beragama untuk hidup dan perdamaian. Acara tersebut berlangsung di Gedung Nusantara V, kompleks MPR, DPR dan DPD, Sabtu 14 November 2015. Dialog antar umat beragama tersebut merupakan kerjasama antara Center For Dialogue And Cooperation Among Civilation (CDCC) dan sanidigio komunitas Italia.
Beberapa tokoh agama turut memberikan pemikirannya dalam acara tersebut. Mereka adalah, Prof. Dr. Syafiq A. Mughni (PP Muhammadiyah), Pdt. Dr Henriette Tabita Hutabarat Lebang (PGI), Mgr. Ignatius Suharyo (KWI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendaja (Walubi),Nyoman udayana Sangging (PHDI) dan Uung Sendana (Matakin).
Selain itu, menurut Zulkifli saat terjadi perdebatan menyangkut dasar negara, Indonesia juga bisa melaluinya dengan baik. Ketika itu, umat Islam yang jumlahnya mayoritas, ternyata mau menerima dan mengakui masyarakat non muslim di Indonesia bagian timur. Sehingga Pancasila seperti yang disampaikan Soekarno pada 1 Juni akhirnya diterima sebagai dasar dan ideologi bangsa.
"Kita adalah negara yang sangat toleran dan bisa menghormati antara satu dengan yang lain. Semoga itu bisa menjadi contoh dan model bagi negara-negara lain", kata Zulkifli.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Pernyataan itu disampaikan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan ketika menjadi pembicara kunci pada dialog antar umat beragama untuk hidup dan perdamaian. Acara tersebut berlangsung di Gedung Nusantara V, kompleks MPR, DPR dan DPD, Sabtu 14 November 2015. Dialog antar umat beragama tersebut merupakan kerjasama antara Center For Dialogue And Cooperation Among Civilation (CDCC) dan sanidigio komunitas Italia.