Triwulan III, PLN Rugi Rp27 Triliun

pembnagkit listrik
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat rugi bersih Rp27,4 triliun pada kuartal III-2015. Meskipun selama periode itu, PLN mampu mencatat laba operasi Rp41,8 triliun, atau turun Rp1,6 triliun (3,63 persen) dibanding periode sama tahun lalu Rp43,6 triliun. Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi penyebab kerugian PLN.

34 Proyek Pembangkit Listrik Mangkrak, Negara Merugi
Pelaksana Tugas Satuan Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto, mengatakan, kerugian puluhan triliun itu disebabkan oleh rugi selisih kurs sebesar Rp45,7 triliun akibat turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs per 31 Desember 2014 sebesar Rp12.440 per dolar AS dan per 30 September 2015 sebesar Rp14.657 per dolar AS.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai 2012, sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
"Kondisi ini berdampak pada liabilitas/utang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas," kata Bambang di Jakarta, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu 28 Oktober 2015.

Dia mengatakan, perusahaan pelat merah ini mulai melakukan transaksi lindung nilai (hedging) atas sebagian kewajiban dan utang dalam valas yang akan jatuh tempo mulai April 2015. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi beban operasi akibat depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

Menurut data PLN, tercatat penjualan tenaga listrik PLN pada triwulan III-2015 sebesar Rp153,9 triliun dan naik Rp20,7 triliun dari periode sama 2014 sebesar Rp133,5 triliun.

Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh dari 146,8 terra watt hour (TWh) menjadi 149,7 TWh dan ada kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp910,61 per KWh menjadi Rp1.036,16 per KWh.

Sementara itu, jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir triwulan III-2015 mencapai 60,3 juta pelanggan atau naik 13,78 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 56,5 juta pelanggan.

Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional, yaitu dari 82,9 persen pada September 2014 menjadi 87,3 persen pada September 2015.

Efisiensi subsidi listrik 

Menurut Bambang, BUMN listrik ini melakukan efisiensi, sehingga subsidi listrik pada triwulan III-2015 turun sebesar Rp37,28 triliun menjadi Rp45,9 triliun dibandingkan triwulan III-2014 sebesar Rp83,35 triliun.

Meskipun, volume penjualan meningkat, beban usaha perusahaan turun sebesar Rp13,3 triliun atau 7,45 persen menjadi Rp164,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp177,9 triliun.

"Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batu bara/energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar, serta turunnya harga komoditas energi primer," kata dia.

Bambang melanjutkan, efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp28,46 triliun, sehingga pada triwulan III-2015 menjadi Rp27,4 triliun atau 50,93 persen dari triwulan III-2014 yang sebesar Rp55,9 trilliun.

Kemudian, total aset perseroan bertambah Rp21,9 triliun dalam 9 bulan pada 2015, sehingga menjadi Rp632,9 triliun per 30 September 2015, atau naik 3,59 persen dibanding 31 Desember 2014 sebesar Rp611,1 triliun.

Kenaikan total aset ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan aset operasional ketenagalistrikan sebesar Rp12,7 triliun atau 5,68 persen, sehingga menjadi Rp549,5 triliun, sejalan dengan adanya investasi terutama pada proyek pembangkit dan transmisi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya