Sumber :
VIVA.co.id
- Pelaksanaan acara temu pakar dan tokoh daerah yang berlangsung di Medan, Kamis 27 Agustus 2015, dihujani bermacam kekhawatiran dari para peserta terkait kondisi bangsa Indonesia. Oleh karenanya implementasi terhadap Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Sistem Ketatanegaraan, tidak boleh ditunda.
Ketua PGI Sumut Dr. Jamiun Sirait misalnya, dia menyatakan ketakutannya melihat kondisi sosial yang makin lama semakin tidak mencerminkan keindonesiaan. Kebebasan dalam bergaul dan penyalahgunaan narkoba menurut Jamiun menjadi bukti betapa Pancasila semakin terpinggir.
Ketua PGI Sumut Dr. Jamiun Sirait misalnya, dia menyatakan ketakutannya melihat kondisi sosial yang makin lama semakin tidak mencerminkan keindonesiaan. Kebebasan dalam bergaul dan penyalahgunaan narkoba menurut Jamiun menjadi bukti betapa Pancasila semakin terpinggir.
Baca Juga :
Zaskia Gotik Jadi 'Duta Pancasila,' Kok Bisa?
Ini terjadi karena nilai-nilai kearifan lokal sudah terlupakan oleh masyarakat, terutama generasi muda. Pranata sosiali yang dulu dihormati dan dipatuhi sudah tidak ditemukan lagi. Sebagai ganti masyarakat menggunakan nilai-nilai asing, yang belum pasti sesuai dengan kaidah bangsa Indonesia.
Sementara Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pangabudi Dr. Kasim Siyo M. Si, Phd mengatakan reformasi telah berjalan melampaui batas. Sehingga banyak aturan yang malah mengobrak-abrik Pancasila dan UUD 1945.
Bukti ditinggalkannya Pancasila oleh bangsa Indonesia adalah sengketa yang menimpa Partai Politik. Penyelesaian yang tak berkesudahan pada sengketa Golkar dan PPP jelas tidak sesuai dengan Pancasila. Apalagi Pancasila secara tegas mengajarkan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
"Ribut dalam pilkada juga contoh pelanggaran terhadap Pancasila, termasuk kerusuhan sosial dan tawuran pelajar yang makin kerap ditemukan, semua itu bertentangan dengan Pancasila,” kata Kasim Siyo menambahkan.
Menanggapi dinamika yang berkembang dalam diskusi, Anggota MPR Fraksi PDI Perjuangan Dr. Junimart Girsang SH, MBA, MH mengakui adanya pergesaran dalam masyarakat terkait penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Sayangnya media massa yang seharusnya bisa membantu menjaga keutuhan Pancasila malah tidak melakukan, misalnya saja mereka tidak mau menyiarkan kekayaan budaya lokal, juga tidak memutar lagu-lagu kebangsaan dalam siarannya,”ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Ini terjadi karena nilai-nilai kearifan lokal sudah terlupakan oleh masyarakat, terutama generasi muda. Pranata sosiali yang dulu dihormati dan dipatuhi sudah tidak ditemukan lagi. Sebagai ganti masyarakat menggunakan nilai-nilai asing, yang belum pasti sesuai dengan kaidah bangsa Indonesia.