Rupiah Anjlok, 18 Pabrik Tekstil di Indonesia Tutup

Ilustrasi pabrik tekstil
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Terpuruknya nilai tukar rupiah yang masih berada di kisaran Rp14.000 per dolar Amerika Serikat berdampak kepada sektor rill. Industri tekstil adalah salah satu sektor yang terpukul cukup keras.

63 Ribu Buruh Pabrik Tekstil Terancam PHK, Ini Kata Apindo

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan, bahwa akibat depresiasi rupiah belakangan ini, sebanyak 18 perusahaan industri tekstil tutup. Hal ini tentunya disebabkan karena industri tersebut mengalami kerugian cukup besar.

"Kerugian belum ada hitung-hitungannya berapa, tapi beberapa perusahaan sudah menutup pabriknya, yang saya terima laporan, yang tutup ada sebanyak 18 pabrik di seluruh Indonesia, itu yang menutup total, tapi kalau yang tutup setengah atau rugi itu sudah banyak sekali," ujar Ade kepada VIVA.co.id, Sabtu 29 Agustus 2015.

Ini Kunci Peningkatan Daya Saing Produk Tekstil Indonesia

Dijelaskannya, krisis industri tekstil ini dinilai akibat ketergantungan bahan baku impor. Ade menyebut, nilai impor pada sektor industri tekstil senilai US$8,5 miliar.

"Karena harga dolar yang naik. maka repot pasar dalam negerinya, karena daya beli masyarakat turun, dan pilihan masyarakatnya juga yang murah," ujarnya.

Sulap Kendal Jadi Kota Fesyen, Telan Investasi Rp20 Triliun

Dia menerangkan, bahwa industri tekstil memiliki dua kategori, yang pertama adalah industri yang berorientasi pasar domestik sedangkan yang kedua, berorientasi pasar ekspor. 

"Yang orientasi pasar ekspor enggak masalah, artinya bahan baku beli pakai dolar, jual juga pakai dolar, yang terpukul ini yang dalam negeri, karena daya beli masyarakat turun," katanya.

Sedangkan untuk harga pun, pengusaha tekstil menurutnya tengah resah karena perlu putar otak lebih keras agar bisa bertahan. "Harga pun tidak bisa disesuaikan, karena harga dolar yang naik, ini yang bikin repot pasar dalam negerinya," tutur dia.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya