Yenny Wahid: Keluarga Belum Tahu Gelar Pahlawan buat Gus Dur

Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, putri mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Sumber :
  • ANTARA/Saptono
VIVA.co.id - Pemerintah berencana memberi gelar Pahlawan Nasional kepada KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada 10 November 2015, bertepatan dengan Hari Pahlawan. 
Kenal Lebih Dekat dengan Pahlawan Wanita Indonesia

Putri kedua Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang biasa disapa Yenny Wahid mengatakan, keluarga belum pernah mendengar rencana itu. “Saya belum dengar tentang rencana pemberian gelar pahlawan untuk Gus Dur. Gelar pahlawan silakan saja. Kami sebagai keluarga menghargai dan menghormati pemberian gelar itu,” ujarnya saat ditemui VIVA.co.id di Universitas Hashim Asyari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Selasa, 4 Agustus 2015
Griya Gus Dur Akan Jadi 'Pangkalan' Aktivis Kebangsaan

Menurut Yenny, hal yang penting adalah masyarakat melanjutkan dan melaksanakan ajaran Gus Dur. “Mungkin lebih tepat Gus Dur itu pahlawan rakyat. Namanya akan terus hidup di masyarakat,” ujar Direktur The Wahid Institute ini.
Rizal Ramli Dukung Pemulihan Nama Gus Dur
 
Pemerintah berencana menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur. Menurut Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, pemberian gelar itu sudah melewati tahap Tim Pengkaji Peneliti Gelar Pusat (TP2GP).

Pengusulan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional telah selesai di tingkat Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Khofifah, saat meresmikan patung Gus Dur masa kecil di Taman Amir Hamzah, Pengangsaan, Jakarta Pusat, mengatakan proses terus berlanjut ke Dewan Gelar.

Jika sudah mendapat persetujuan dari Dewan Gelar, penganugerahan kepada Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional akan dilakukan 10 November 2015. Proses penganugerahan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional sudah dilakukan Menteri Sosial era Salim Segaf Al Jufri
 
Lambat

Mantan ajudan Gus Dur, Zastrouw Al Ngatawi, berpendapat tentang pemberian gelar pahlawan nasional pada Gus Dur yang terkesan lambat. Ia menyebut hal itu karena faktor politik dan pertimbangan menguntungkan atau tidak. Jika dinilai tidak menguntungkan, rencana itu tidak akan dilakukan.

Menurut Zastrouw, NU maupun keluarga Gus Dur tak perlu menanyakan perihal rencana pemberian gelar Pahlawan Nasional itu. Soalnya akan terkesan mengemis atau meminta-minta.

"Seharusnya, bangsa ini yang ingat. Sebab bangsa Indonesia yang berutang banyak kepada Gus Dur," katanya ditemui di tempat terpisah beberapa waktu lalu.

Gus Dur, katanya, telah memberikan sumbangsih yang tidak kecil kepada bangsa Indonesia dan bahkan dunia.

"Biarkan semuanya berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat. Kami tetap akan mengenang Gus Dur sebagai pahlawan besar, bahkan di atas nama pahlawan," ujarnya.

Ditekan rezim Orba

Zastrouw bercerita banyak mengenai kiprah Gus Dur dalam hal kecil sampai yang besar. Gus Dur selalu merelakan dan menghadapi semua dengan jiwa terbuka. "Jangankan dipuja, dihina pun Gus Dur tidak mempermasalahkannya.”

Saat rezim Orde Baru berkuasa dengan sewenang-wenang, banyak tokoh masyarakat yang diam. Namun Gus Dur berbicara lantang dan menghadapinya dengan tenang. Saat orang sibuk hanya bicara religiusitas, humanis dan lain-lain, Gus Dur sudah melakukannya jauh-jauh hari.

“Saya ingat, saat jadi aktivis, saya telah ke tokoh-tokoh untuk meminta dukungan dan perlindungan, mereka mengatakan tidak bersedia. Cuma Gus Dur yang berani menanggung risiko menyelamatkan kami para aktivis mahasiswa. Justru saat reformasi mereka yang dulu tiarap, berteriak paling lantang seakan-akan yang paling berjasa,” ujarnya.

Bagi Zatrouw, tak soal jika pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Gus Dur itu dibatalkan. “Bagi banyak orang, Gus Dur tetap sebagai pahlawan sejati.”

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya