Atasi Konflik Perebutan Air, Jateng Gandeng TNI-Polri

Ilustrasi kekeringan
Sumber :
  • REUTERS

VIVA co.id - Bencana kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah menyebabkan sejumlah areal persawahan terancam gagal panen. Untuk antisipasi itu, pemerintah melibatkan jajaran TNI/Polri untuk mencegah konflik perebutan air warga di persawahan.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Mineral (PSDA) Jawa Tengah, Prasetyo Budi Yuwono, mengatakan, keterlibatan unsur TNI/ Polri di masa-masa musim kekeringan masuk dalam program Tim Kawal Air.

Ini Dampak Perubahan Iklim pada 690 Juta Anak di Dunia

Secara kinerja, Tim Kawal Air setiap musim kemarau selalu mengadakan rapat bersama yang melibatkan petugas pengairan, pertanian, penyuluh, petani, dan aparat keamanan seperti TNI/Polri.

"Tim selalu ada pertemuan setiap dua minggu sekali, utamanya di daerah irigasi yang rawan terjadi konflik air antar petani," kata Prasetyo di Semarang, Senin, 3 Agustus 2015.

Prasetyo menilai, pertemuan seluruh elemen dengan melibatkan unsur pemerintahan dan aparat keamanan itu penting, karena seringnya keributan antar petani di masa kekeringan. Di daerah tertentu, mereka sering berebut untuk mendapatkan aliran air di sawah mereka.

"Pada kenyataannya, meski sebelumnya pembagian air itu sudah diatur jadwalnya, tapi masih banyak warga yang berebut. Nah, tim ini yang akan berkomunikasi," ujar dia.

Prasetya mencatat, sejumlah daerah rawan konflik perebutan dan pencurian air di Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan sejumlah daerah utamanya di wilayah irigasi aliran sungai.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mudijadi, mengaku terus melakukan rencana strategis terkait bencana kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya, melalui gerakan hemat air melalui penyuluhan kepada petani air.

"Kami menjelaskan bagaimana memanfaatkan air secara efisien dan efektif  melalui gerakan hemat air dan meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan hidup," ujar dia.

Detailnya, mereka meminta petani mengurangi jaringan irigasi, sehingga air yang dialirkan melalui sistem bergilir, sehingga air tak terbuang percuma dan hemat.

"Volume waduk setiap pekan kami pantau, hasilnya dikirim ke Jakarta, sehingga bisa membuat alokasi air sesuai kondisi lokal," katanya.

Mudjiaji mengatakan, langkah-langkah itu dilakukan guna mengantisipasi gagal panen di lahan pertanian, karena kurangnya ketersediaan air di masa kekeringan saat ini. Seperti di wilayah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Krisis air bersih di Nusa Tenggara Timur

'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan

Air sudah menjadi barang langka.

img_title
VIVA.co.id
30 Januari 2016