- ANTARA/Adnan Muthalib
VIVA.co.id - Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahudin Wahid menyesalkan adanya intimidasi dalam suksesi Rois Aam dan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33. Diduga ada berbagai pihak yang sengaja menebar pengaruh dan bergerilya memaksakan pendapat.
"Siapa saja boleh datang ke muktamar, tetapi jangan memaksakan kepada pihak lain. Dengan, menyebut boleh datang asal dengan syarat tertentu, itu tidak boleh," ujar kyai yang akrab disapa Gus Sholah ini di sela acara muktamar, Jombang, Jawa Timur, Minggu, 2 Agustus 2015.
Ia mengingatkan warga nahdliyin jika NU didirikan oleh para kyai yang mumpuni di bidang keagamaan dan mengemban misi akhlakul karimah. Karenanya, siapapun tidak bisa mengotori Nahdlatul Ulama, apalagi dengan kekuatan politik tertentu.
"Ke depan harus diperbaiki, dengan perilaku yang lebih baik. Yang lalu biar berlalu, kita perbaiki untuk yang akan datang," katanya.
Kondisi tersebut bisa diperbaiki demi menuju Nahdlatul Ulama yang sesuai dengan fitrahnya. Terkait pendaftaran, Gus Sholah juga berharap agar ke depan tidak boleh ada paksaan, termasuk memperbaiki mekanisme pendaftaran.
"Peserta dari mana saja boleh datang ke muktamar, jangan ada paksaan. Berilah NU manfaat, jangan memanfaatkan NU."
Sebelumnya, pendaftaran peserta Muktamar NU pada Jumat malam, 31 Juli 2015 di Jombang ricuh. Peristiwa itu bermula saat rombongan calon peserta dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ribut dengan Banser yang menjaga meja pendaftaran. Seorang calon peserta tak terima saat kyainya ditarik Banser hingga surbannya jatuh dan pakaiannya terbuka. Namun akhirnya, sejumlah peserta dari NTT berhasil masuk untuk melanjutkan pendaftar.
(mus)