- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan, bahwa pemerintah bisa saja menguatkan rupiah dengan melakukan intervensi pasar, yaitu mengeluarkan dana cadangan devisa. Namun, hal ini tidak dilakukan, karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada saat ini berdampak pada semua negara, bukan Indonesia saja.
"Beberapa negara melakukan intervensi di pasar. Kita tidak mau menghabiskan devisa cuma gara-gara itu. Dolar AS akan naik turun sampai The Fed menaikan bunganya," ujar Sofyan di Hotel Ritz Carlton, Sabtu 1 Agustus 2015.
Tercatat, cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2015 mencapai US$108,03 miliar, lebih rendah US$2,8 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2015 yang sebesar US$110,8 miliar.
Walau tidak melakukan intervensi di pasar uang, Sofyan menilai pemerintah bersama Bank Indonesia berupaya menahan pelemahan rupiah dengan memperbaiki sistem ekonomi dalam negeri.
"Kita dorong ekspor, birokrasi dikurangi, dan penegakan hukum. Ini pasti membuat ekonomi kita bersaing dan bisa menguatkan rupiah," ungkapnya.
Sofyan mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belakangan ini dikarenakan adanya isu kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
"Isu suku bunga (The Fed) ini berkembang, dan pelaku pasar spekulasi, ini akan mempengaruhi mata uang dunia, karena selama ini bergantung kepada dolar AS," ujar Sofyan. (ren)