Tol Terpanjang di Indonesia Siap Sambut Pemudik

Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Sumber :
  • Antara/Prasetyo Utomo

VIVA.co.id - Salah satu cara paling mudah untuk mengatasi kemacetan adalah dengan membangun ruas jalan baru. Meski hal ini hanya bersifat sementara, namun banyak keuntungan yang didapat, seperti memperlancar jalur transportasi barang dari kota besar ke kota-kota lain yang lebih kecil.

Korban Mini Bus di Cipali, Kuli Bangunan Ingin Tahun Baruan

Selain barang, kehadiran ruas jalan baru juga bisa bermanfaat bagi para pengguna jalan, di mana mereka bisa melakukan perjalanan dengan lebih cepat dan hemat waktu. Dan seperti yang kita ketahui bersama, waktu adalah faktor yang diutamakan oleh mereka yang hidup di perkotaan saat ini.

Salah satu jalan baru yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, 13 Juni 2015 lalu, adalah jalan bebas hambatan yang menghubungkan Cikopo, Purwakarta, dengan Palimanan, Cirebon, atau biasa dikenal dengan nama Tol Cipali. Jalan tol ini membentang sejauh 116,75 kilometer dan menjadi yang terpanjang di Indonesia saat ini.

Sopir Kecelakaan Maut Cipali Terbukti Lalai & Tak Punya SIM

Sesuai target awal PT Lintas Marga Sedaya (LMS) selaku pengembang, tol yang tadinya disebut dengan nama Tol Cikampek-Palimanan ini selesai dibangun dalam waktu 30 bulan, sejak pertama kali mulai dibangun pada akhir 2012 silam.

Dengan selesainya pembangunan tol Cipali, penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya yang hendak mudik Lebaran 2015 bisa menggunakan fasilitas ini. Tahun-tahun sebelumnya, para pemudik harus melintasi jalur Utara melalui beberapa kota seperti Pamanukan, Losarang, Lohbener, dan Indramayu.

11 Penumpang Tewas, Sopir Kecelakaan Maut Cipali Menangis

Jika diukur, jalur yang dikenal dengan nama Jalur Pantura (Pantai Utara) ini memiliki jarak tempuh lebih dari 160 kilometer, dari Cikampek hingga Cirebon. Meski jaraknya hanya terpaut sekitar 40 kilometer saja dengan Tol Cipali, namun waktu tempuh jika melewati Jalur Pantura bisa memakan waktu lebih dari lima jam.

Hal ini sangat kontras dengan waktu tempuh jika melewati Tol Cipali, jika kendaraan dipacu dengan kecepatan rata-rata 80 kilometer per jam, maka pemudik akan tiba di Palimanan dalam waktu kurang lebih 1,5 jam. Tentu saja hal ini hanya bisa didapat jika kondisi tol dalam keadaan normal tanpa ada kemacetan.

Selanjutnya....Tol Trans Jawa

Jalan Tol Trans Jawa

Jalan Tol Trans Jawa

Jalan Tol Cikopo Palimanan adalah bagian dari proyek Tol Trans Jawa yang dicanangkan pemerintah.

Awal mula ide proyek yang menyambungkan ujung Barat dengan ujung Timur Pulau Jawa ini adalah saat selesainya pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada 1988 silam. Jalan bebas hambatan ini menghubungkan Kota Cikampek dengan Merak, melalui jalur Tol Dalam Kota Jakarta dan Tol Jakarta-Merak.

Pengguna jalan yang melewati Jalur Pantura pada 1998 kembali mendapat kemudahan, berkata adanya Tol Palimanan-Kanci (Palikanci). Meski hanya memilik panjang 26,3 kilometer, namun akses ini dianggap bisa mengurai kemacetan di sepanjang Pantai Utara Jawa.

Pada 2010, Palikanci diperpanjang hingga menjelang Kota Brebes. Jalan tol ini diberi nama Cijagan, kependekan dari Kanci-Pejagan, dan memiliki panjang 35 kilometer. Tahun lalu, proyek pembangunan Tol Trans Jawa berikutnya yang menghubungkan Pejagan dengan Pemalang mulai dilakukan, dan saat ini statusnya masih dalam pembebasan lahan.

Selanjutnya....kondisi Cipali

Kondisi Tol Cipali

Infrastruktur Tol Cipali Terus Dikebut

Setelah resmi dibuka, operator Tol Cipali membebaskan masyarakat untuk melintas di jalur bebas hambatan tersebut selama dua minggu, dan sudah berakhir pada 26 Juni 2015 lalu. Sementara untuk tarif resmi, PT LMS mematok harga Rp96 ribu untuk kendaraan golongan I. Tarif ini berlaku untuk kendaraan yang masuk dari Gerbang Cikopo dan keluar di Gerbang Palimanan.

Dari hasil pantauan VIVA.co.id saat melintas di Tol Cipali dengan menggunakan Toyota Fortuner, sekitar 70 persen ruas Tol Cipali menggunakan bahan beton sebagai pelapis jalan. Jalan yang dilapisi aspal tersedia mulai dari titik keluar masuk Subang ke arah Palimanan.

Meski marka jalan dan rambu-rambu sudah banyak terpasang, namun pembatas jalan antara arus yang menuju ke Jawa Tengah dengan jalur sebaliknya hanya dipisahkan oleh sebuah parit rumput saja. Selain itu, penerangan jalan juga baru hanya ada di sekitar interchange atau pintu keluar masuk gerbang tol dan rest area.

"Ada beberapa ruas yang tidak dipasangi lampu (penerangan jalan). Karena memang seperti itu. Tapi di situ kami buat marka jalan lebih diperbanyak," ujar Kepala Unit Patroli Jalan Raya Tol Cipali, Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah Jawa Barat, AKP Mohamad Taufik.

Marka jalan yang diperbanyak di antaranya berupa rambu-rambu peringatan, pemberitahuan rest area, sampai rambu cat eye untuk memudahkan para pengendara mengetahui jalur dan jarak aman saat berkendara.

"Biasanya lampu penerangan itu wajibnya di tiga tempat, yaitu di tempat Interchange seperti gerbang tol. Lalu juga di rest area, dan tempat pemberhentian darurat," jelas Taufik.

Sementara untuk tempat beristirahat dan mengisi bahan bakar, PT LMS telah menyediakan delapan rest area, empat di antaranya dilengkapi dengan Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum atau SPBU.

Namun saat disinggahi beberapa hari lalu, baru ada sekitar empat rest area yang fasilitas umumnya sudah bisa digunakan. Dari empat tempat tersebut, hanya satu yang kondisinya 80 persen siap, yakni rest area di kilometer 102 arah ke Palimanan. Di tempat tersebut, sudah ada beberapa warung dan restoran yang menyajikan hidangan, toilet dan SPBU.

Sementara dua rest area lain yang sejalur pembangunannya baru selesai sekitar 50 persen, dan hanya menyediakan toilet, mushola serta minimarket. Untuk jalur yang mengarah ke Cikopo, belum ada tempat persinggahan yang cukup layak untuk dikunjungi.

Selanjutnya....bahaya di tol

Bahaya di sepanjang tol Cipali

KENDARAAN MENGALAMI KECELAKAAN DI TOL CIPALI

Secara umum, jalur Tol Cipali didominasi oleh bentuk jalan yang lurus. Andaikan ada belokan atau tikungan, sudutnya dibuat lebar, sehingga kendaraan tidak perlu banyak mengurangi kecepatan. Berdasarkan rambu-rambu kecepatan yang dipasang, kecepatan minimum yang disarankan adalah 60 kilometer per jam, sementara tertinggi yang diperbolehkan yaitu 100 kilometer per jam.

Meski demikian, jalur ini relatif cukup baik jika dilintasi dengan kecepatan hingga 120 kilometer per jam. Bahkan saat Toyota Fortuner dipacu hingga kecepatan 140 kilometer per jam, hanya sedikit guncangan yang terasa. Hanya saja, beberapa ruas jalan konturnya sedikit naik turun, sehingga membuat kestabilan mobil berkurang, terutama jika dipacu dengan kecepatan tinggi.

Berbeda dengan Tol Cipularang yang banyak kelokan, Tol Cipali relatif lurus dengan pemandangan hamparan sawah. Kelemahan dari jalur jenis ini adalah tidak adanya patokan seberapa cepat kendaraan melaju, sehingga pengemudi bisa saja memacu mobil terlalu cepat.

Karena lokasinya berada di tempat yang terbuka dan jauh dari bukit atau gunung, maka angin tidak terlalu memengaruhi performa mobil. Ada beberapa mobil jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) yang melintas dengan membawa barang di atas atap, terlihat berjalan mulus tanpa ada indikasi oleng.

Wilayah jalan tol yang dahulunya berupa hutan dan semak belukar ini ternyata belum sepenuhnya aman bagi para pengendara yang melintas di ruas Tol Cipali, terutama saat di malam hari.

Hal itu dikarenakan, hewan-hewan liar seperti babi hutan dan anjing masih sering melintasi ruas jalan Tol Cipali, akibatnya tak sedikit para pengendara yang menjadi korban.

"Saat ini (kecelakaan) sudah tercatat ada sekitar 30 kasus. Ada beberapa kasus menabrak hewan melintas. Di awal-awal kami dapatkan ada yang menabrak babi," ujar AKP Mohamad Taufik.

Selanjutnya....persiapan sebelum mudik

Persiapan sebelum melintas

Tol Cikopo-Palimanan (Cipali)

Bagi Anda yang akan mudik melewati Tol Cipali, ada baiknya melakukan beberapa persiapan sebelum keberangkatan. Menurut Pebalap Nasional, Rifat Sungkar, ada beberapa hal yang patut diperhatikan saat melintas di Tol Cipali agar tak terbuai dengan jalur 'mulus'-nya.

"Tol Cipali itu hasil penggabungan teknologi modern. Jalanannya seperti disetrika, taruh botol enggak akan jatuh. Tapi, konsekuensinya adalah kalau lari 80 kilometer jadi enggak berasa. Lari 140 km juga enggak berasa di sana, kayak lari 80 km. Ini yang bahaya, karena bisa terlena,” ujar Rifat.

Hal lain yang patut diperhatikan saat melintas ruas Tol Cipali adalah kondisi bahan bakar kendaraan yang jangan dibiarkan kosong atau pas-pasan. Sebab, meski ada titik rest area di sana, namun hanya baru tersedia satu titik, yakni di kilometer 102 menuju Palimanan.

“Hal yang paling mengganggu jika bensin setengah kurang di perjalanan. Kenapa? bukan masalah mogoknya, tapi mental, deg-degan. Kita tidak tahu kondisi di depan. Kalau Tol Cipali ada tabrakan, lalu macet tiga-empat jam lalu habis bensin, mau bagaimana,” kata Rifat.

Langkah lain untuk mengantisipasi kemacetan adalah dengan memantau kondisi tol melalui internet. Dari hasil pengujian VIVA.co.id, sinyal operator komunikasi maupun layanan datanya secara umum sudah baik di wilayah Cipali.

Sementara untuk mengantisipasi membeludaknya kendaraan yang keluar di Pejagan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuka tol Pejagan-Pemalang sepanjang 20 kilometer, tepatnya mulai pintu keluar tol Pejagan hingga Brebes Wetan.

Operasional ruas itu pun baru bersifat jalur alternatif untuk memecah kepadatan arus di pintu keluar tol Pejagan-Brebes, usai pembukaan Tol Cipali.

"Pembukaan tol darurat ini hanya untuk mobil. Jadi, kami ingatkan pemudik berhati-hati karena belum adanya penerangan jalan," ujar Kepala Bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Kabupaten Brebes, Johari.

Selain itu, di sepanjang Tol Cipali juga tersedia pintu keluar, seandainya pengguna jalan ingin mengambil jalur alternatif menuju Jawa Tengah di Selatan Jawa. Pintu-pintu tol yang disediakan adalah Kalijati (kilometer 106), Subang (kilometer 116), Cikedung (kilometer 148), dan Kertajati (kilometer 165).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya