NU: Idul Fitri Tahun Ini Berpotensi Beda

Pemantauan hilal
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang

VIVA.co.id - Nahdlatul Ulama (NU) memperkirakan Idul Fitri tahun ini tidak bersamaan. Sebab, penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah dimungkinkan berbeda, karena hilal atau bulan sabit --sebagai tanda awal bulan baru-- tidak dapat terlihat atau teramati.

Berdasarkan hisab atau perhitungan astronomis, 29 Ramadhan bertepatan pada 16 Juli 2105, sehingga 1 Syawal atau Idul Fitri pada 17 Juli 2015. Tetapi, menurut metode rukyatul hilal atau pengamatan pada bulan sabit, kecil kemungkinan hilal terlihat pada 16 Juli 2105, sehingga usia bulan Ramadhan harus digenapkan menjadi 30 hari. Artinya, 1 Syawal diperkirakan ditetapkan pada 18 Juli 2015.

Dilansir dari laman resmi NU, Nu.or.id, posisi hilal atau bulan sabit pada 29 Ramadhan, saat diadakan rukyatul hilal, sangat tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat. Berdasarkan perhitungan astronomis NU, posisi hilal sangat tipis, yakni hanya 3 derajat atau terlalu rendah.

"Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu," kata Sekretaris Lajnah Falakiyah Pengurus Besar NU, Nahari Muslih, sebagaimana ditulis di laman itu.

Menurut Nahari, potensi perbedaan Idul Fitri tahun ini juga akibat ketidaksamaan standar hisab antarormas Islam, seperti NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan lain-lain. Ada yang menetapkan bulan sabit dapat dilihat pada posisi lebih 5 derajat dan ada pula yang menetapkan kurang 5 derajat.

Data dalam almanak NU yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah untuk markaz Jakarta menunjukkan, ijtima’ atau konjungsi sudah terjadi pada 16 Juli 2015 bertepatan dengan 29 Ramadhan 1436 H, pukul 08.25 WIB. Sementara itu, tinggi hilal saat Matahari terbenam pada tanggal itu adalah 3°1' derajat dan hilal akan berada di atas ufuk selama 13 menit 25 detik.

Data hisab itu telah memenuhi kriteria imkanur rukyat atau visibilitas pengamatan yang ditetapkan berdasarkan musyawarah menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Mabims), yakni saat Matahari terbenam ketinggian bulan di atas ufuk minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau pada saat bulan terbenam usia Bulan minimum 8 jam dihitung sejak ijtima’.

Namun, kriteria imkanur rukyat yang telah disepakati itu dinilai masih terlalu sulit. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sebelumnya menyatakan bahwa secara ilmiah, hilal baru akan bisa dilihat di atas ketinggian 5 derajat di atas ufuk.

Masa Lebaran 2015, Jumlah Kecelakaan Turun 21 Persen

Ormas Islam yang berpedoman pada hisab murni, seperti Muhammadiyah dan Persis, menetapkan standar berbeda-beda, sehingga tahun ini dimungkinkan ada perbedaan dalam penentuan awal Syawal.

Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar NU, KH A. Ghazalie Masroeri, dijadwalkan menggelar konferensi pers di kantor pusat NU di Jakarta pada Kamis siang, 2 Juli 2015. Dia akan menjelaskan ihwal potensi perbedaan penentuan Idul Fitri itu.

Perbedaan metode

Perbedaan penentuan awal Ramadhan atau pun Lebaran terjadi karena ketidaksamaan metode serta kriteria. NU menggunakan dua metode, yakni hisab (perhitungan matematis dan astronomis) dan rukyat (pengamatan pada bulan sabit atau hilal). Sementara itu, Muhammadiyah dan Persis menerapkan metode hisab saja.

Bagi NU, usia bulan telah dipastikan berdasarkan metode hisab. Tetapi, sesuai perintah Hadist, perhitungan berdasarkan hisab harus dibuktikan secara empirik, yakni melihat langsung penampakan Bulan. Sebab, Bulan bisa saja tak tampak karena terhalang, misalnya, awan atau pun masih terlalu rendah untuk dapat dilihat.

Muhammadiyah meyakini bahwa sesuai Hadist pula, awal Ramadhan atau pun Lebaran cukup ditentukan berdasarkan hisab, tak perlu rukyat. Karena itu, Muhammadiyah selalu lebih awal memastikan memulai dan mengakhiri berpuasa.

Selain perbedaan penggunaan metode itu, ada pula perbedaan kriteria dalam imkanur rukyat atau mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Imkanur rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin

Ini Syarat Jika Pemerintah Ingin Target Inflasi Tercapai

Lebaran pegang andil besar naiknya inflasi.

img_title
VIVA.co.id
1 Oktober 2015