Sururi dan Perpustakaan Keliling Berkuda Asal Purbalingga

Ganjar (kanan) bersama Sururi (tengah).
Sumber :
  • Foto: VIVA.co.id: Dwi Royanto.
VIVA.co.id
Kembangkan BUMDes, Menteri Eko Minta Saran Gubernur Ini
- Pagi masih teramat cerah. Seperti biasa, Ridwan Sururi mulai berkeliling membawa ratusan buku bacaan di sejumlah sekolah wilayah Purbalingga dan Banyumas. Namun, buku-buku itu tak diangkut menggunakan sepeda motor ataupun mobil, tapi di atas punggung kuda.

Ganjar Curigai Aksi 9 Perempuan Rembang Cor Kaki di Istana

Ya, sudah hampir satu tahun pria yang memiliki nama asli Ridwan Sururi itu menekuni perpustakaan kuda keliling. Meski menggunakan kuda, Sururi bahkan bisa menyulap sebuah perpustakaan unik yang mampu membuat ratusan pasang mata terbelalak melihatnya.
Borobudur akan Dikelola oleh Satu Badan


Dengan keahlian khusus, Sururi mengepak sedemikian rupa buku-buku seperti rak. Rak itu berbentuk seperti pelana yang bisa menampung macam-macam jenis buku. Lalu Sururi menata rapi di sisi kanan dan kiri punggung kuda miliknya.


Berbekal hobi berkuda dan membaca buku, pria yang hanya tamatan SMP di Purbalingga itu meminjamkan 500 buku koleksinya secara gratis. Buku-buku itu bahkan laris manis dipinjam warga, baik anak-anak sekolah maupun masyarakat umum.


"Respon masyarakat bagus, bahkan satu tempat saja, biasanya dipinjam mulai 40-50 buku bacaan, " ujar pria yang tinggal di Desa Serang, RT 02/03 Kecamatan Karangreja Purbalingga itu saat ditemui VIVA co.id.


Ide perpusatakaan kuda itu awalnya muncul saat Sururi memposting satu kuda miliknya di media sosial Facebook. Kebetulan, dirinya berteman dengan salah seorang penggemar kuda bernama Nirwan A Asuka. Setelah diskusi panjang, keduanya akhirnya sepakat untuk memanfaatkan hobi itu agar bisa lebih bermanfaat. Muncullah ide perpustakaan kuda keliling.


"Kuda yang digunakan mililik orang Purbalingga. Saya sebagai perawat lalu memanfaatkan untuk keliling," ujar bapak tiga anak itu.


Ada dua kuda yang selalu berjuang bersama Sururi lewat perpusatkaan kuda ini. Kuda-kuda itu berjenis kapai bernama Belang dan kuda bonsai bernama Luna. Untuk menawarkan buku di lokasi dekat sekitar Purbalingga, Sururi biasanya menggunakan satu kuda saja. Setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis, Sururi biasa menuntun kuda itu menyusuri desa dan kecamatan.


"Kalau jauh seperti di Banyumas dan Purwokerto saya pakai pakai dua. Kuda Belang saya naiki dan Luna yang bawa bukunya," imbuh dia.


Perjuangan Sururi menularkan ilmu dari buku bacaan miliknya melalui perpustakaan kuda bukanlah tanpa hambatan. Tiap kali datang musim hujan, ia selalu kewalahan saat berkeliling di sejumlah tempat. Tak jarang, Sururi memarkirkan kudanya di pinggir jalan yang teduh sambil menunggui hujan reda.


"Tapi saya menikmati aktivitas ini. Saya juga tak mengharap imbalan bayaran dari buku-buku yang saya pinjamkan. Semuanya gratis," ujar pria yang selalu mengenakan topi itu.


Seperti kata pepatah 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian'. Perjuangan dan doa Sururi bersama kuda dan bukunya mendapatkan apresiasi masyarakat. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat melakukan komunikasi bersama masyarakat Banyumas memberikan apresiasi lebih.


Orang nomor satu di Jawa Tengah itu bahkan mengaku bangga dan sempat belajar banyak dari perjuangan Sururi. Usai melihat satu persatu buku-buku koleksi Sururi, Ganjar pun menyumbang dua dus buku baru untuk menambah koleksi perpustakaan kuda milik Sururi.


“Pak, saya ikut nyumbang buku yang semoga dapat bermanfaat. Intinya kami bangga upaya meningkatkan minat baca masyarakat dengan cara unik ini. Kami dukung, kami bangga,” ujar suami Siti Atiqah itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya