Berkedok Bimbel, Pasutri Tipu Miliaran Rupiah

Puluhan orang tua laporkan penipuan berkedok bimbel.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Bayu Nugraha

VIVA.co.id - Puluhan orang melaporkan pasangan suami istri (pasutri) pelaku penipuan berkedok bimbingan belajar (bimbel) ke Mapolda Metro Jaya. Pasutri Riswanda dan Ayu sudah lima tahun terakhir menjalani bisnis tipu-tipu itu di Jakarta Barat dan Tangerang.

Kasusnya Mengemuka, Wanita Emas Terganggu

Menurut penuturan para korban, sejak Januari pasutri tersebut kabur dengan membawa uang miliaran rupiah milik konsumen bimbelnya. Puluhan korban pasutri itu mendatangi SPK Polda Metro Jaya, Rabu 27 Mei 2015 sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka melaporkan pasutri tersebut dan seorang marketingnya bernama Bobby Ray. "Ini laporan ketiga kami, laporan pertama dan kedua tidak digubris polisi," ujar salah satu korban.

Saat dimintai keterangan, para korban tampak emosi menceritakan aksi pasutri yang membawa kabur uang mereka. Dengan membawa poster dan foto tiga orang pelaku, para korban meminta polisi bisa menangkap para penipu tersebut.

Tipu Teman Sendiri, Wanita Ini Dibekuk Polisi

"Saya merasa ditipu, saya sudah bayar Rp6,6 juta untuk mengkursuskan anak saya bahasa Jepang, saya harap polisi dapat menangkap penipu tersebut," ujar salah satu orang tua korban bernama Hetty Santoso warga Daan Mogot.

Sebenarnya, Hetty sudah mendaftar sejak Agustus 2014. Namun, dari bimbel mempunyai banyak alasan seperti renovasi dan lainnya sehingga baru bisa belajar Januari 2015 yang seharusnya November. Tetapi, baru 10 kali pertemuan, proses belajar macet. "Gurunya ternyata tidak digaji, jadi tidak masuk mengajar," kata Hetty.

Pelaku Penipuan Acara Kemenpan-RB Jerat Korban Lewat Email

Bahkan, menurut Hetty, setelah hal tersebut terjadi, ada pemberitahuan proses belajarnya dipindahkan ke Daan Mogot. Sampai akhirnya 13 Mei lalu, tempat bimbel benar-benar tutup. Dia pun bingung dan baru tahu pemiliknya kabur dan tidak bertanggung jawab. "Uang sudah masuk, belajar malah gak jadi," ujarnya kesal.

Dia juga pernah berusaha membatalkan kursus dengan meminta uangnya kembali. Tetapi bimbel tidak bisa mengembalikan.

Lain lagi dengan Riko (28). Karyawan asal Kemanggisan mendaftar sejak Maret lalu. Dia belajar bahasa Inggris di Daan Mogot. Dia baru bayar Rp3,4 juta dari total Rp5 juta. "Hanya 8 kali belajar setelah itu bubar," ujarnya.

Lain lagi cerita Lusi (32). Warga Jakarta Barat itu ambil paket kursus 7 bahasa. Namun, baru seminggu sudah tutup. Padahal dia sudah bayar Rp8,5 juta. Dalam modusnya, pelaku menerapkan harga murah dengan membayar di awal. Harga itu bisa lebih mahal jika dibayar dalam sistem cicilan. "Jadi, saya tertarik dan melunasi semuanya. Ternyata kayak begini," ujarnya.

Saat ini, polisi masih mendalami laporan para korban dan akan menindaklanjutinya. Para korban pasutri tersebut jumlahnya ada hampir ribuan. Sedikitnya, di bimbel yang di Palem ada 300 korban, Daan Mogot 420 orang, dan Tangerang City 200 orang. Jika dirata-rata Rp4 juta, total kerugian sampai miliaran rupiah.

Bimbel bernama "Global Bahasa: international language center" itu sudah buka sejak 2011. Dari tahun 2011, menurut kesaksian para korban, tempat bimbel itu buka tutup dan selalu berganti nama terus. Pada 2014, pelaku membuka di Jalan Daan Mogot, Palem, dan Tangerang City. Mereka menawarkan harga murah belajar tujuh bahasa. Yakni Inggris, Jepang, Korea, Mandarin, Prancis, Jerman, dan Indonesia.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya