Wakil PM: Tiongkok Bukan Ancaman Dunia

Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Liu Yandong
Sumber :
  • REUTERS/China Daily CHINA OUT

VIVA.co.id - Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Liu Yandong, menegaskan bahwa negaranya bukan ancaman bagi Asia dan dunia. Hal ini untuk menepis anggapan beberapa negara yang khawatir dengan perkembangan Tiongkok yang demikian pesat, khususnya dalam bidang ekonomi.

Demikian disampaikan Liu ketika memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) pada Rabu, 27 Mei 2015. Liu mengakui selama 66 tahun berdiri Republik Rakyat Tiongkok, Negeri Tirai Bambu itu mencapai kemajuan yang besar.

"Antara 1978-2014, GDP Tiongkok meningkat 28,3 kali lipat, volume total ekspor-impor meningkat 203 kali lipat, GDP per kapita meningkat 19,8 kali lipat, lebih dari 600 juta orang dibebaskan dari kemiskinan dan taraf penghidupan rakyat mengalami peningkatan besar," kata salah satu anggota biro polit Partai Komunis Tiongkok.

Kendati sudah mengalami perkembangan pesat di bidang ekonomi, Liu menyebut Pemerintah Tiongkok terus berupaya agar memakmurkan 1,3 miliar rakyat mereka. Maka tak heran, jika pembangunan selalu difokuskan di bidang ekonomi.

"Kami selalu mengutamakan peningkatan kualitas dan efisiensi perkembangan ekonomi, mengubah pola perkembangan ekonomi, melaksanakan strategi pembangunan  yang digerakkan inovasi dan mendorong majunya perekonomian yang berorientasi ke taraf tinggi dan menengah," ujar Liu.

Negeri Tirai Bambu, Liu menambahkan, bermimpi untuk bisa bekerja sama dengan berbagai negara dan saling menguntungkan.

"Oleh sebab itu, pembangunan Tiongkok merupakan pembesaran kekuatan damai bagi dunia, yang merupakan peluang dan bukan ancaman bagi Asia dan dunia," Liu menjelaskan.

Dia pun menyambut baik meningkatnya hubungan bilateral kedua negara. Liu berpendapat kedua negara memiliki banyak kesamaan.

Tiongkok dan Indonesia, kata Liu, sama-sama merupakan negara multi etnis.

"Jika Tiongkok selalu berpegang teguh pada prinsip 'menghargai perdamaian, hidup berdampingan secara damai dan berbagai negara hidup secara damai', sedangkan Indonesia menjunjung prinsip 'musyawarah, Bhinneka Tunggal Ika dan gotong-royong'. Semua itu menjadi dasar kokoh bagi kedua negara dalam berkomunikasi dan bersahabat," ujar Liu.

Eratnya persahabatan kedua negara juga ditunjukkan dari aksi saling bantu ketika Tiongkok dan Indonesia dilanda bencana. Ketika Aceh dan Nias dilanda gempa bumi dan tsunami tahun 2004, Liu menyebut Tiongkok ikut mengulurkan tangan.

Sebaliknya, giliran provinsi Wenchuan diguncang gempa hebat berkekuatan 7,9 skala richter di tahun 2008 lalu, Indonesia turut membantu.

Saat Indonesia baru merdeka 65 tahun lalu, Liu mengatakan, Tiongkok merupakan salah satu negara yang diajak untuk menjalin hubungan diplomatik. Sementara, dua pemimpin negara terhitung masing-masing sudah dua kali saling kunjung.

Presiden Joko Widodo dua kali berkunjung ke Beijing dalam waktu lima bulan terakhir. Sementara, Presiden Xi Jinping menjejakkan kaki ke Indonesia dalam dua tahun terakhir.

Ini merupakan kunjungan kali pertama Liu ke Indonesia. Total,

Tiongkok Bangun Hanggar Pesawat di Laut China Selatan

Dalam kunjungannya, Liu berencana untuk meluncurkan mekanisme pertukaran antar warga kedua negara.

Salah satu wilayah sengketa di Laut China Selatan.

Vietnam Kirim Peluncur Roket ke Laut China Selatan

"Kepulauan Spratly adalah hak sah kami untuk mempertahankannya".

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016