- ANTARA/Reno Esnir
"Seharusnya pengiriman soal tidak perlu dijaga ketat sampai pihak kepolisian menjaga. Kalau punya integritas dikirim lewat pos pun tidak akan khawatir akan kebocoran soal," ujar Nizam di Kemendikbud, Rabu 6 Mei 2015.
Dia mencontohkan negara Jepang yang mendistribusikan soal Ujian Nasional dengan hanya melalui pos. "Kita harus belajar banyak dari Jepang, di sana pelaksana UN tidak khawatir soal bocor walaupun dikirim hanya lewat pos," jelasnya.
Bahkan, menurut Nizam, ada orang Jepang bertanya mengenai sistem UN yang ada di Indonesia. "Saat saya bilang pengiriman soal di beberapa daerah dikawal ketat, orang Jepang itu kaget, nanya kenapa dijaga ketat," tambahnya.
Setelah diceritakan mengapa pengiriman soal UN dijaga ketat, Nizam mengatakan, "Dia bilang, tidak usah dijaga ketat. Ujian untuk diri sendiri, jadi kalau bocor yang rugi diri sendiri," ujarnya menirukan omongan orang Jepang tersebut.
Nizam juga mengatakan, tidak akan pernah bisa menghentikan praktik pembocoran soal UN karena praktik ini sudah terbentuk sejak dahulu dan saat ini tugasnya hanya meminimalisir sambil mensosialisasikan kepada siswa untuk tidak memakai kunci jawaban.
"Setiap tahun pasti ada bocornya, dari hulu kita selalu rapatkan, kita juga bangun kesadaran siswa agar tidak mau menerima bocoran. Otomotis kalau tidak ada permintaan praktik pembocoran soal lama-lama berkurang," jelas Nizam.
Formula tersebut dirasa Nizam cukup ampuh selain menghukum dengan berat oknum-oknum yang membuat, menyebarkan dan menjual kunci jawaban UN.