Seri Walisanga: Kipas Bertuah dari Sunan Ampel

Ilustrasi Walisanga
Sumber :
  • Wikipedia
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Pada suatu ketika diberangkatkan utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel datang ke Majapahit. Kedatangan utusan tersebut disambut gembira oleh Raja Cempa, dan Raja Cempa bersedia mengirim cucunya ke Majapahit untuk meluaskan pengalaman.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta.
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia


Rombongan itu melalui Desa Krian, Wonokromo, terus memasuki Kembang Kuning. Selama dalam perjalanan, dia juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik.


Dia membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas-kipas ini dibagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimah syahadat.


Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas, akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata bisa menyembuhkan batuk dan demam.


Dengan cara itu, semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.


Cara itu terus dilakukan, sehingga rombongan memasuki Desa Kembang Kuning. Pada saat itu, kawasan Kembang Kuning belum seluas sekarang ini. Di sana sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa-rawa.


Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Tempat sembahyang itu sekarang diubah menjadi masjid yang cukup besar dan bagus dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Masjid Rahmat Kembang Kuning.


Di tempat itu pula Raden Rahmat bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.


Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu, maka semakin mudah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama.


Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri kepercayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.


Setelah sampai di tempat tujuan, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun masjid sebagai pusat kegiatan ibadah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya