Ilmuwan Indonesia Temukan Terapi Genetik Penyakit Jantung

Dr. Taruna Ikrar
Sumber :
  • Dok. Pribadi

VIVA.co.id - Seorang ilmuwan asal Indonesia berhasil menemukan terapi genetik baru untuk penderita kelainan jantung bawaan. Terapi ini mentransgenikkan asam amino mutan pada pasien ke arah asam amino normal.

Penyakit jantung merupakan salah satu yang paling mematikan di dunia, khususnya Aritmia yang menghinggapi jutaan warga di dunia.

Begini Rupa Api Jenis Baru

Penyakit jantung aritmia adalah gangguan irama dan denyut jantung, yang dalam dunia medis disebut 'ventrikular fibrilation', dan bisa berakibat fatal atau berakhir dengan kematian.

Meski ada obatnya, namun kadang efek sampingnya bisa memperburuk kondisi penderita. Bahkan penggunaan alat pacu jantung pun memiliki keterbatasan.

Para dokter ahli jantung pun mencoba metode terapi genetik dengan memodifikasi defisiensi deaminase adenosin. Ada juga yang mengembangkan alat pacu jantung biologis, berupa gen, dengan menggunakan vektor virus atau sel mesenchymal.

Awas, Risiko Penyakit Jantung Muncul sebelum Menopause

Terapi gen didefinisikan sebagai transfer asam nukleat sel somatik sebagai molekul terapi yang berguna untuk memperbaiki kecacatan genetik, yang menjadi faktor pencetus aritmia atau kegagalan jantung.

Penemuan tersebut merupakan hasil pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ahli Neuroscience, Dr. Taruna Ikrar dan timnya, yang telah lebih dahulu membuktikan bahwa KCNQ1 adalah gen utama yang menyandi fungsi jantung.

"Mutasi yang terjadi pada gen tersebut akan menyebabkan penyakit jantung bawaan pada ratusan ribu anak dan akan menimbulkan gangguan rhytm atau irama jantung dengan penderitaan seumur hidup. Kondisi ini pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung atau Cardiac suddent dan kematian," ujar Adjunct Professor di University of California, Amerika ini, kepada VIVA.co.id, Senin 4 Mei 2015.

Penemuan ini ditemukan oleh Dr. Ikrar dan Timnya di Cardiac Research Center, Niigata University Hospital, Jepang bekerjasama dengan Vanderbilt University, USA.

Ini dilakukan setelah melakukan uji pemindaian gen pada lebih dari 100 keluarga dengan penderita penyakit jantung bawaan. Penemuan ini dipublikasikan supplement of J Cardiovasc Electrophysiol

Dikatakan ilmuwan ahli otak, yang juga menjabat sebagai Director Brain Circulation Institute of Indonesia, Surya University, penyakit jantung bawaan ini dalam ilmu kedokteran disebut LQTS (Long QT Syndrome) karena mengalami perlambatan pacu jantung yang disertai dengan pemanjangan jarak QT interval pada Elektrokardigrafi Jantung.

Empat Penyebab Tak Terduga dari Serangan Jantung

Penyakit ini juga mempunyai ciri-ciri berupa sinkop, yaitu keadaan terjadinya kelemahan menyeluruh pada otot-otot tubuh sehingga tidak mampu mempertahankan sikap tegak yang disertai dengan hilangnnya kesadaran.

"Pada jantung normal, iramanya harus teratur, berdiri sendiri, dan otonom. Pengatur Jantung berdenyut secara otomatis ini dinamakan pacu jantung (Pace macker). Pacu jantung utama adalah di nodus sinus. Bradikardia atau perlambatan denyut jantung dapat terjadi oleh kerusakan dipusat pacu jantung utama yang di sebab oleh gangguan fungsi sinus atau gangguan rangsang jantung," kata ilmuwan yang pernah menemukan 'Rahasia Tidur Nyenyak' ini.

Gambar Pemanjangan QT Interval pada EKG pasien

Dijelaskannya, dalam penelitan ditemukan adanya mutasi genetik pada pasien yang menderita kelainan jantung bawaan. Tepatnya pada gen KCNQ1 dengan lokasi mutan-nya pada residue 313. Dan ternyata, residu I313K ini merupakan pusat dari kanal Potassium yang tentunya merupakan molekul utama yang sangat dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot jantung.

Jadi dengan terjadinya mutasi tersebut penderita penyakit ini akan mengalami gangguan kontraksi otot jantung.

Pengujian selanjutnya, pada sel-sel otot jantung secara invitro dengan menggunakan metode Patch Clamping Electrophysiology, Confocal imaging, dan analisa sequencing DNA pada pasien-pasien penderita penyakit herediter ini, membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna penurunan fungsi sel-sel mutant KCNQ1-I313K bila dibandingkan dengan sel-sel normal.

Untuk membuktikan lebih jauh lagi, profesor yang juga merupakan staf Badan POM Republik Indonesia ini, melanjutkan penelitiannya dengan mengganti asam amino pembentuk mutan tersebut dengan menggunakan metode mutagenesis secara invitro.

Caranya, dengan mengubah susunan asam amino residu I313 berdasarkan muatan listrik dari asam amino tersebut menjadi I313V (Valine) bersifat netral, I313G (Glycine) netral dan molekul kecil, I313K (Lysine) bermuatan positif, dan I313E (Glutamide) bermuatan listrik negatif.

Hasilnya menggambarkan bahwa asam amino netral yang tidak bermuatan listrik hasilnya sama dengan sel normal, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik jika dibandingkan dengan sel-sel normal.

Namun sebaliknya jika dibandingkan dengan fungsi sel-sel yang mengandung muatan listrik positif ataupun negatif akan menyebabkan gangguan fungsi sel yang sangat menurun bahkan sel-sel tersebut tidak berfungsi lagi.

"Hal yang menakjubkan terjadi pada sel-sel yang mengandung I313G asam amino dengan ukuran kecil, dan tidak bermuatan listrik atau netral, memperlihatkan fenomena sebaliknya. Bahkan mengalami kelebihan fungsi. Sehingga, dalam ilmu penyakit jantung, fenomena ini dapat menyebabkan penyakit yang berlawanan dari LQTS, yaitu Short QT syndrome (SQTS) atau pemendekan QT interval Elekrokadiografi jantung," katanya.

"Hasil penelitian ini menggambarkan sesuatu yang sangat baru dalam ilmu genetika kedokteran, bahwa mutasi gen KCNQ1 menjadi dasar timbulnya kelainan jantung bawaan LQTS, dan diturunkan secara dominan autosomal," Taruna Ikrar menambahkan.

Penemuan ini telah dipublikasikan di jurnal Biochemical and biophysical research communications. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya