Di Zona Mati Aneh Ini, Kehidupan Tak Akan Bertahan

Contoh pusaran arus di laut
Sumber :
  • www.rt.com/NASA
VIVA.co.id
Yamaha Aerox 2024 Makin Sporty dan Elegan dengan Warna Barunya
- Peneliti biologi kelautan Jerman dan Kanada kaget dengan temuan zona mati aneh di Samudera Atlantik. Zona tersebut dinamakan zona mati, karena hampir tidak ada oksigen, sehingga tidak ada kehidupan dalam area tersebut.

Kembangkan Produk Urea dan Amonia, Pupuk Indonesia Gandeng BUMN Brunei BFI

Dikutip dari
Diduga Sindir Chandrika Chika, Jefri Nichol Disenggol Netizen Soal Kasus Narkobanya Sendiri
RT.com, Senin 4 Mei 2015, temuan zona mati memang bukan pertama kalinya. Sebelumnya, zona mati ditemukan di perairan yang dangkal, seperti di sepanjang wilayah pesisir lepas pantai timur dan selatan Amerika Serikat dan Laut Baltik.


Nah,
untuk kasus zona mati temuan peneliti Jerman dan Kanada, adalah zona mati pertama yang berada di laut terbuka.


Peneliti mengatakan, mereka menemukan kantong rendah oksigen di perairan Samudera Atlantik. Zona ini dinamis, bisa bergerak dan berjalan terus-menerus. Untuk luas zona mati ini, peneliti mencatat kadang luas zona ini 100 mil persegi.


Dijelaskan peneliti, zona mati menyamar sebagai pusaran mirip awan siklon yang berada di lautan. Dengan penyamaran tersebut, jika diamati dari udara akan tidak terlalu terlihat, zona mati layaknya awan.


Putaran pusaran zona mati ini menciptakan dinding di inti pusaran. Proses putaran ini kemudian dengan cepat menguras oksigen hingga lahirlah zona mati.


"Rotasi cepat pusaran membuat zona sangat sulit bertukar oksigen dengan laut di sekitarnya. Selain itu, sirkulasi itu menciptakan lapisan yang sangat dangkal (puluhan meter) di atas air yang berputar-putar," ujar Johannes Karstensen, peneliti Universitas Bremen yang merupakan penulis studi.


Peneliti awalnya menduga, masih ada tingkat oksigen pada zona mati itu, seperti pada zona mati sebelumnya. Peneliti menduga tingkat oksigennya yang terlarut yaitu 1 milimeter per liter air laut. Tapi setelah dicek, tim menemukan hanya 0,3 milimeter per liter.


Peneliti mengatakan, intensitas penampakan zona mati itu tergantung pada kecepatan pusaran arus, konsentrasi bahan kimia, pola cuaca dan rotasi Bumi.


Kemunculan zona mati di Atlantik itu memunculkan kekhawatiran peneliti. Zona itu bisa berdampak pada penduduk yang hidup di daratan, terutama di Cape Verde.


Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal
Biogeosciences
dan
Eropa Geosciences Union (EGU).
(art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya