Pengamat: Pidato Jokowi di KAA Seperti Pepesan Kosong

Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • ANTARA/Ismar Patrizki

VIVA.co.id – Pakar dan Pengamat Hubungan Internasional Asrudin Azhar mengatakan, ada kesalahan strategi yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke 60.

RI Terima 200 Permintaan Bantuan Negara Lain

Menurut dia, penting bagi Jokowi untuk mendorong negara Asia-Afrika meningkatkan kerja sama antarnegara tersebut di bidang ekonomi terlebih dulu sebelum menyasar ke ranah politik.

Hal ini disampaikan Asrudin menyinggung pidato Jokowi yang lantang mengkritik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Asian Development Bank (ADB).

Sambangi RI, Sekjen OKI Bahas Upaya Pemberantasan Terorisme

Asrudin mengatakan, faktanya saat ini kekuatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di kebanyakan negara Asia-Afrika tak sebagus negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Karena itu, penting untuk mencontoh strategi Uni Eropa kala itu untuk memperat hubungan dan kerja sama antaranegara yakni melalui bidang ekonomi.

Tak hanya itu, dari data yang ia peroleh, saat ini ekspor negara di kawasan Asia ke Afrika  tak lebih dari 20 persen. Sebaliknya, ekspor negara di kawasan Afrika ke luar benua tersebut lebih rendah, tak lebih dari 10 persen. “Harusnya ekonomi yang menjadi konsen Jokowi, setelah itu baru ke ranah lainnya. Ya seperti memerdekakan Palestina,” ujar Asrudin di kawasan Kuningan, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis, 23 April 2015.

Absen Dari Paripurna, SBY Berkegiatan di Yogya

Ia mengatakan, Jokowi berbeda dengan Soekarno. Menurut dia, Soekarno bisa membaca arah politik luar internasional. Sementara Jokowi tidak mempunyai kapasitas sejauh itu. Isu yang diangkat Jokowi dalam pidatonya adalah isu lama yang sejak era mantan Presiden Gus Dur, Megawati dan SBY sudah diangkat ke event pertemuan internasional KAA pada 2005 lalu.

“Jokowi tidak menyentuh ke sana seperti Soekarno. Harusnya sadar bahwa soal ekonomi ini penting. Kalau saja itu dibawa dan berhasil menstimulus kerja sama dan mengerek pertumbuhan ekonomi negara Asia-Afrika, 10-20 tahun lagi kita bisa jadi Macan Asia,” kata Asrudin.

Selain itu, ia tak setuju dengan pandangan bahwa Jokowi adalah titisan Soekarno atau Soekarno Indonesia abad-21 seperti yang dielu-elukan banyak orang. Walaupun semangat Jokowi dalam pidatonya sama seperti semangat Soekarno yang dibawa pada perhelatan KAA pertama kali tahun 1995. “Balik lagi, ini isu lama yang diangkat. Jokowi hanya ingin show up sebagai tuan rumah, tapi saya yakin implementasi pidatonya tidak akan mudah. Ya mohon maaf saya bilang seperti pepesan kosong.”

Sebelumnya, dalam pidatonya yang menggunakan Bahasa Indonesia, Jokowi menekankan adanya ketidakadilan global yang kini masih terjadi di dunia. PBB yang diharapkan sebagai organisasi yang dapat menjembatani itu, kata Jokowi, justru tidak berdaya. "Oleh karena itu, kami sebagai negara Asia Afrika mendorong agar PBB direformasi. Agar bisa berfungsi secara optimal dan memberikan keadilan bagi kita semua," kata Jokowi. [Baca selengkapnya ]

Jokowi juga mengatakan, negara-negara Asia dan Afrika wajib membentuk tatanan ekonomi baru bagi negara- negara berkembang. Hal tersebut, kata Jokowi, agar nasib perekonomian dunia tidak hanya bergantung pada Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Asian Development Bank (ADB). Menurut Jokowi, pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan melalui ketiga lembaga keuangan global itu adalah pandangan keliru dan harus diubah.

(mus)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya