Pasar Negara Berkembang Ubah Tren Perdagangan Dunia

Bendera negara peserta Konferensi Asia Afrika
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
VIVA.co.id
RI Dorong Qatar Investasi di Sektor Energi
- Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, menilai bahwa saat ini merupakan momen yang sangat penting untuk merealisasikan peningkatan kerja sama perdagangan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.

Menlu: Ekonomi Jadi Prioritas Diplomasi RI

Sebab, dia menjelaskan, telah terjadi perubahan konselerasi perdagangan dunia, yakni dari negara maju ke pasar negara berkembang (
Mendag: RI Tertinggal Jauh dalam Perdagangan Internasional
emerging market ).


Dia memaparkan, pada dekade 1990-an, yang berkembang adalah perdagangan intra negara maju. Tapi sekarang, dengan adanya
emerging market
yang ada di negara Asia, antara lain China dan India, pusat perdagangan mulai bergeser di antara negara Selatan-selatan, atau negara berkembang.


"Dahulu, 60 persen perdagangan adalah dengan negara maju, sekarang sudah turun. Sekarang perdagangan dengan negara maju turun menjadi 52 persen, sisanya negara berkembang, dan diperkirakan porsi negara berkembang akan semakin meningkat," ujar Bachrul, di Jakarta Convention Center, Selasa 21 Arpil 2015.


Menurutnya, selama ini, kawasan Asia dan Afrika belum memanfaatkan peluang kerja sama dengan optimal. Afrika tidak memahami perkembangan ekonomi Asia yang pesat, Asia juga tidak memahami perkembangan ekonomi negara-negara Afrika.


"Kekurangan informasi inilah yang menyebabkan Indonesia kurang melirik ke Afrika. Padahal, di Afrika masih banyak negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi 7-8 persen, seperti Nigeria, Afrika Selatan," ungkapnya.


Dia berharap, melalui Asian African Business Forum (AABS), para pelaku usaha bisa memperkenalkan potensi masing-masing.


Selain itu, ungkapnya, Kemendag berharap akan terbentuk sinergi antara kamar dagang-kamar dagang di Asia dengan di Afrika.


Dia menambahkan, sebenarnya sudah ada beberapa pengusaha Indonesia yang sudah sukses menjalankan usahanya di kawasan Afrika. Bahkan, produknya sudah menjadi produk lokal yang terkenal di Afrika.


"Contohnya produk Indofood dan Wings di Nigeria. Banyak produk konsumsi Indonesia yang sudah diterima dengan baik di sana," paparnya.


Lebih lanjut, dia menuturkan, dilihat berdasarkan sejarah, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika sudah bergeser, dari orientasi politik menjadi ekonomi.


"Pada periode 1960-an orientasinya masih politik, ekonomi tak tersentuh dengan baik. Sekarang, urusan politik dianggap sudah selesai dan bergeser ke ekonomi, perdagangan, dan investasi," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya