Misteri Hantu Tanpa kepala di Museum Wayang

Museum Wayang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Dulu zaman Hindia Belanda, museum Wayang di kawasan Kota Lama Jakarta  adalah bekas gereja, di belakangnya terdapat beberapa kuburan Gubernur Jenderal Belanda. Salah satunya adalah kuburan Jan Pieterzon Coen.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Beberapa tahun kemudian, kerangka Gubernur Jenderal pendiri kota Batavia ini dibawa keluarganya ke Belanda. Sedang kuburan Gubernur Jenderal yang lain dipindahkan ke makam Belanda di Tanah Abang.

Maka untuk mengenang pemakaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda tersebut, didirikan prasasti berisi nama-nama pejabat yang dikubur. Sampai kini prasasti itu masih dapat dilihat di dalam gedung museum Wayang. Mungkin karena bekas kuburan maka kesan angker masih terasa di gedung tua itu. Sehingga banyak peristiwa misterius yang melingkupinya. Selain penampakan hantu Jan Pieterzon Coen, ada juga cerita seram lain.

Kisahnya cukup menarik, salah satu pegawai pernah memakai kamar mandi. Dalam pendengarannya, dia merasa di kamar mandi sebelahnya ada orang mandi. Selain itu, dia melihat sekelebat bayangan masuk, juga mendengar suara air yang disiramkan ke badan. Namun ketika selesai mandi, dia terkejut tak alang kepalang karena kamar mandi itu kosong melompong. Bahkan tak terdapat tetesan air di lantainya.

“Tapi hantu-hantu itu begitu saja sekadar lewat, tak ada yang mengganggu,” ujar seorang petugas Museum.

Namun yang paling menyeramkan, menurutnya tentu saja Hantu Tanpa kepala Jan Pieterzon Coen. Konon katanya J.P.Coen atau biasa disebut dengan nama Murjangkung lehernya dipancung orang Betawi. Tapi cerita versi bertutur dari mulut ke mulut ini masih menjadi perdebatan.

Sedang menurut Adolf Heuken SJ, dalam bukunya, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, J. Coen meninggal karena sakit. Dia menuliskan, pada malam antara tanggal 21 dan 22 september 1629 sekitar pukul satu, gubernur jenderal Jan Pieterszon Coen meninggal tanpa disangka. Sejak beberapa waktu Coen sudah terlihat loyo dan mencret, tapi terus makan seperti biasa. Sore hari masih berada di teras rumah. Namun menjelang malam hari dia terjangkit penyakit. Maka, pada pukul 7, dia berbaring tanpa mengikuti doa malam bersama.

Sesudah berdoa, tuan van Diemen dan Raemburch masuk ke kamar Coen. Mereka menemukan Coen tampak kelelahan. Dokter Bontous diminta datang, setelah memeriksa Yang Mulia, dia menyimpulkan bahwa penyakitnya begitu parah. Sehingga Coen tak akan bertahan sampai pagi hari. Sebelum Coen meninggal, dia mengucapkan pesan kepada istrinya yang sudah satu jam duduk disamping suaminya.

Pada 25 september mayat tuan Jenderal Coen dimakamkan dengan hormat dan dikuburkan di dalam balai kota, karena gereja dibakar ketika serangan Sultan Agung Mataram (1628). Pada tanggal 24 bulan itu, tuan Jacques Specx diangkat sebagai pengganti Coen dalam pemerintahan.

Gereja yang yang dibakar terletak di bagian selatan kota Batavia yang dihancurkan Belanda sendiri. Tujuannya untuk memperoleh ruang tembak bagi meriam dan senapan. Jadi bukan gereja Belanda (kruiskerk) di sebelah barat halaman di mukan balai kota (kini museum sejarah Jakarta ) yang baru dibangun pada tahun 1632.

Mayat Coen dipindahkan ke gereja ini pada 1634, yakni lima tahun sesudah kematiannya. Tempat peringatan kematiannya di halaman museum wayang sekarang. Nama J.P Coen begitu melenda karena melekat dengan sejarah kota Batavia atau Sunda Kalapa.

![vivamore="Baca Juga :"]

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya