Dirut PT Len Abraham Mose

Kita Harus Mandiri Secara Teknologi

Direktur Utama PT LEN Industri Abraham Mose
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Tak banyak orang yang mengetahui profil PT Len Industri. Padahal, perusahaan ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki peran penting dan strategis dalam sejumlah hal, salah satunya terkait persinyalan kereta api. Perusahaan pelat merah ini juga mengembangkan teknologi informasi (IT) dan memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Intip Kemampuan Perang Panser TNI Buatan Bandung

Perusahaan yang merupakan transformasi dari Lembaga Elektronika Nasional (LEN) ini juga mengembangkan teknologi pendukung untuk TV digital. Hasil besutan perusahaan ini tak hanya diperuntukkan untuk konsumsi dalam negeri, namun juga merambah ke negara tetangga. Timor Leste misalnya. Negara yang terkenal dengan sebutan Timor Loro Sae ini meminta PT Len untuk membantu program TV digital di negara bekas wilayah RI tersebut.

Direktur Utama PT Len, Abraham Mose, mengatakan, saat ini, perusahaan yang ia pimpin sedang membangun techno park di Subang, Jawa Barat. Ini dilakukan guna pengembangan perusahaan. Tak hanya unggul pada bidang pengembangan teknologi, BUMN ini juga terus mencatatkan keuntungan.

Ketua DPR Dorong Peremajaan Alutsista TNI

Berikut petikan wawancara VIVA.co.id dengan pria yang ramah ini di salah satu hotel di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Bisa dijelaskan profil PT Len?
Orang sering menyebut PT Len dengan Lembaga Elektronika Nasional. Dulu memang iya, pada tahun 1991. Pada era Pak Habibie, kami masuk industri strategis menjadi BUMN, sehingga trade mark-nya menjadi menjadi PT Len Industri.

Empat Super Tucano Tiba di Lanud Abdurahman Saleh Malang

Apa tugas utama BUMN ini?
Tugas utamanya adalah melakukan penelitian dan pengembangan, sehingga bisa dikatakan, core-nya di bidang pengembangan teknologi. Ini yang kami jual. Itu yang kami jadikan ikon dari PT Len.

Ada berapa unit bisnis di PT Len?
Ada pusat pengembangan teknologi, kami sebut Pustekin. Ada satu divisi khusus yang melakukan pengembangan pasar, kami sebut divisi pengembangan usaha bisnis dan ada satu lagi unit produksi.

Direktur Utama PT LEN Industri Abraham Mose

Apa strategi Anda untuk mengembangkan BUMN ini?
Pertama kami mengubah budaya, dari sekadar meneliti menjadi profit center. Awalnya sulit. Tapi, alhamdulillah pada akhirnya bisa berjalan. Jadi, masing-masing unit itu kami beri target profit. Jadi, selain menjadi pusat pengembangan teknologi, ada bisnis development dan pengembangan market.

Apakah PT Len memiliki anak perusahaan?
Kami punya tiga anak perusahaan. Satu, PT Len Railway System. Kami baru menyelesaikan, railway lintas Cirebon-Surabaya double track sejauh 471 kilometer, lebih dari 50 stasiun. Produk persinyalannya semua dari Len. Semua teknologi maupun implementasi teknologinya juga dari PT Len.

Kami juga punya anak perusahaan, PT Surya Energy Indotama. Ini bergerak di bidang Renewable Energy, solar cell. Anak perusahan berikutnya adalah PT El Trans  Indonesia. Ini bergerak di bidang sistem navigasi. Sistem navigasi di Bandara Hasanudin, Makassar, PT Len yang mengerjakan. Selain itu, PT Eltrans Indonesia juga melakukan diversifikasi bisnis. Sekarang mereka sudah bermain di oil dan gas untuk memonitor distribusi gas.

Selain itu?
Ada unit transportasi dan energi, ada unit ICT dan ada unit elektronika pertahanan. Untuk unit bisnis elektronika dan pertahanan, core-nya adalah pertahanan, yakni Kemenhan, Polri, TNI AU, AL, AD. Di TNI AD kami ada tactical communication. Combat management system untuk AL. Dan di AU ada alat yang bisa membantu membaca radar. Sementara itu, di Polri kami bikin sistem pemantauan kepadatan lalu lintas.

Jadi apa sebenarnya bisnis inti PT Len?
Ada tiga, renewable energy, transportation dan energy. Sisanya penugasan untuk dikembangkan, seperti pertahanan dan ICT.

Produk apa saja yang sudah dikeluarkan PT Len?
Bidang ICT, kami ada kerja sama dengan Telkom, yaitu proyek trade in trade off. Jadi, kami mengganti kabel tembaga, menjadi fiber optic sehingga bisa broadband akses semuanya. Kemudian kami yang memproduksi wimax, tapi sekarang wimax cenderung sudah menurun, sehingga akan masuk ke LTE 4G. Kemudian TV digital, sehingga meminta pada saat program pemerintah untuk migrasi dari analog ke digital, Len bisa berperan.

Selain itu?

Produk lain dari PT Len adalah adalah pembaca KTP elektronik, yaitu KTP electronic reader. Saya pikir ini sangat bermanfaat, mempermudah proses, pelayanan jadi cepat, dan mencegah terjadinya pemalsuan.

Terkait alutsista itu memang produk utama atau merupakan penugasan?
Kalau bicara mengenai pertahanan agak spesifik. Kemenhan menyebut kami bukan BUMN, tapi BUMNIK, Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan. Jadi, Len itu menjadi satu unit khusus yang mendapat penugasan pemerintah untuk mengembangkan electronic system guna mendukung pertahanan.

Produk alutsista ini hanya untuk memenuhi kebutuhan TNI atau juga komersial?

Sementara kami hanya memenuhi kebutuhan TNI, baik laut, darat  atau udara. Melayani untuk komersial atau swasta saat ini belum.

Direktur Utama PT LEN Industri Abraham Mose

Bagaimana koordinasi dengan BUMN lain yang juga memproduksi alutsista?
Kami selalu koordinasi agar ada sinergi antarBUMN atau BUMNIK. Intinya, kalau ada penugasan dari PT PAL untuk kapal perang, maka platform PAL, tapi combat system Len, platform pesawat PT DI, tapi elektronikanya Len, begitu juga dengan PT Pindad, kami bisa saling mendukung.

Selain KAI, siapa yang memanfaatkan teknik persinyalan dari PT Len?
Di transportasi khususnya railway khususnya persinyalan, kami punya kerja sama investasi untuk mengembangkan AMS yakni Automatic Moving System, antara Adhi Karya, Angkasa Pura, dan PT Inka. Kemudian kami ikut dalam konsorsium BUMN untuk monorel, Len, Adhi Karya dan PT Inka. Saat ini, kami juga coba melakukan pembicaraan dengan calon-calon pemenang tender dari Japan yang untuk MRT.

Apa strategi Anda agar Len lebih dikenal publik?
Kami akan fokus, sehingga jika bicara Len, orang akan tahu itu adalah elektronik sarana dan prasana. Misalnya, begitu bicara electronic signaling, orang sudah pasti tahu PT Len, sehingga kalau ada tender Dishub pasti PT Len. Kemudian di bidang renewable energy hanya PT Len, BUMN yang bergerak di renewable energy yang memproduksi solar cell.

Apa terobosan Anda untuk mengembangkan perusahaan?
Kami sedang membangun techno park di Subang. Tahun ini sudah mulai untuk membangun solar modul industri, industri pertahanan, industri transportasi, dan fasilitas produksi yang lain.

Bagaimana rencana merger dengan PT Inti?
Rencana merger saat ini sudah tidak dibicarakan lagi.

Apa sebenarnya pertimbangan merger tersebut?
Terjadi beberapa irisan antara yang dikerjakan PT Len dan PT Inti.

Apa kelebihan PT Len dibanding BUMN sejenis?
Saya melihat PT Len ini unggul, punya value dan kemampuan melakukan pengembangan teknologi. Sehingga yang jadi ikon kami adalah kemampuan pengembangan teknologi yang berdaya saing. Sumber daya manusia kami dari kampus atau institut teknologi terkemuka di Bandung. Kami juga sangat selektif dalam menerima pegawai. 10-20 lulusan terbaik yang kami ambil.

Apakah ada permintaan khusus dari Presiden Jokowi?
Pak Jokowi meminta Len fokus di bidang renewable energy, pengembangan transportasi dan pertahanan.

Bagaimana dengan pendanaan?
Kami sudah diminta untuk menyusun alokasi dana. Usulan kami Rp2,5 triliun. Kami berharap dapat segitu. Minimal dapat Rp1 triliun atau Rp1,5 triliun untuk membangun industri energi, industri pertahanan dan transportasi.

Direktur Utama PT LEN Industri Abraham Mose

Apa target Anda selama memimpin Len?
Saya selalu punya mimpi, masyarakat Indonesia kenal PT Len. Kalau PT Len merupakan kumpulan ahli elektronika. Kedua memiliki industri yang bermain di pasar global. Tahun ini kami sudah menempatkan wakil di Arab Saudi dan Singapura, untuk mulai mengenalkan produk Len. Namun masih terkendala di sertifikasi internasional.

Bagaimana perkembangan profit PT Len?
Alhamdulillah, 5 tahun sebagai direktur marketing, kurang lebih 10 tahun kami tidak pernah rugi. Traffict-nya naik, yang dulu bermain di ratusan miliar, sekarang sale-nya sampai Rp3 triliun. Profit pernah Rp70 miliar. Tahun kemarin Rp46 miliar.

Apa strategi Anda untuk menggenjot profit?
PT Len unggul dalam SDM, harus selektif, harus punya militansi untuk menghasilkan produk-produk unggulan dan inovatif yang bisa dijual. Kalau tidak bisa menguntungkan perusahaan buat apa dibiayai, sehingga setiap tahun, di awal tahun kami kasih target ke masing-masing unit bisnis, jadi masing-masing unit punya Rencana Kerja Anggaran Perusahaan.

Bagaimana jika ada yang tak memenuhi target?
Setiap enam bulan atau satu tahun ada rolling jika tak mencapai target. Saya tak segan-segan memutasi pegawai. Tahun kemarin dua kali, besok Februari rombak lagi. Perombakan dinamis, posisi tidak ada batas waktu. Jadi, jika pengangkatan pejabat di BUMN lain biasanya ditulis sampai bulan sekian, kalau di PT Len kami punya target. Kami tidak bisa tidur, kalau tidak sesuai target, kinerjanya turun, kami tidak digaji.

Apakah ada perbedaan antara dipimpin Dahlan Iskan dengan Rini Suwandi?
Saya melihat tipikalnya sama. Mungkin Bu Menteri yang baru masih melakukan pembenahan internal. Zaman Pak Dahlan beliau biasa kontak dirut langsung. Kadang kontak saya langsung, kadang kirim email malam-malam.

Selama ini, BUMN identik dengan sapi perah. Bagaimana dengan Len?
Saya pernah ditanya Pak Dahlan soal itu, karena waktu itu beberapa dirut BUMN dipanggil DPR karena isunya ada pemerasan BUMN. Tapi saya menolak hadir karena saya merasa tidak harus saya yang ke sana.

Pernah diperas parpol?
Tidak ada pemerasan dari parpol. Lebih merdeka sekarang sejak zaman Pak Dahlan.

Menurut Anda, bagaimana caranya agar kita mandiri secara teknologi?
Harus ada kemauan politik dari pemerintah. Karena kalau hambatan SDM tidak ada, teknologinya kita bisa. (art) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya