4 Perbedaan Hilangnya AirAsia QZ8501 & Malaysia Airlines MH370

Industri Penerbangan - Air Asia
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Maskapai asal Malaysia kembali dirundung masalah jelang penutup tahun 2014. Setelah pada awal Maret lalu, pesawat Malaysia Airlines MH370 dinyatakan hilang dari radar, kini AirAsia QZ8501 juga mengalami kasus serupa. 
Terbongkar! Atlet e-Sport Terlibat Kasus Narkoba Liquid Ganja Bareng Chandrika Chika

Stasiun berita CNN edisi Minggu, 28 Desember 2014, menganalisa dua kejadian yang sepintas terlihat mirip itu. Namun, menurut analis penerbangan CNN, Paul Goelz, dua kejadian tersebut sangat berbeda. Goelz berpendapat, ada empat hal yang membedakan dua insiden pesawat itu. 
Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba, Chandrika Chika Ternyata Positif Metafetamin Juga

1. Tidak ada intrik
Menilik Bayang-bayang Masa Depan Indonesia dalam Ramalan Jayabaya

Ketika MH370 menghilang, transponder yang berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan pesawat terlihat seperti sengaja dimatikan. Kedua pilot berhenti melakukan transmisi radio dan maskapai itu membuat sebuah putaran misterius dan melenceng dari rute yang seharusnya. Diduga pesawat masih terus terbang hingga jejaknya lenyap. 

Kekhawatiran bahwa pesawat dibajak dan munculnya tindakan teror tidak bisa dihindari.Namun, dalam kasus AirAsia, hal tersebut tidak ada. 

"Otoritas yang berwenang dapat melakukan komunikasi normal dengan pilot sebelum dinyatakan menghilang dari radar. Di saat cuaca terlihat begitu buruk, pilot kemudian meminta izin untuk menaikkan ketinggian agar bisa keluar dari situasi itu," ungkap Goelz. 

2. Wilayah perairan dangkal

Area perairan di mana MH370 tenggelam merupakan wilayah perairan dalam dan terkesan misterius. Dasar laut di wilayah itu tidak pernah dipetakan di beberapa tempat, sehingga sulit membuat perbaikan pada ping pesawat. 

Sementara, dalam kasus AirAsia, jika pesawat jatuh di perairan, maka kemungkinan besar puing hanya tenggelam di wilayah lautan yang tidak terlalu dalam. Sehingga, lebih mudah untuk menemukan puing pesawat. 

3. Belajar dari kejadian MH370

Beberapa jam usai pesawat jet Malaysia Airlines menghilang pada Maret lalu, semua pihak bingung. Bahkan, kebingungan kian bertambah, saat para pejabat berwenang menyampaikan pernyataan. Informasi yang mereka sampaikan ke publik saling bertolak belakang atau membingungkan. 

Keluarga penumpang dan kru juga mengeluh mengenai cara perlakuan mereka. Sementara, dalam kasus AirAsia, baik pemerintah dan pejabat maskapai terlihat menggunakan pendekatan yang lebih sesuai. 

Keluarga penumpang AirAsia terus diberikan dukungan agar bisa melalui mimpi buruk ini. Sementara, CEO AirAsia, Tony Fernandes, berkicau di akun Twitternya, yang saat ini menjadi prioritas dia hanya para penumpang dan kru pesawat. Dia pun berjanji akan melakukan apa pun untuk menemukan pesawat. 

Menurut analis penerbangan, Will Ripley, cara Fernandes mengatasi krisis ini benar-benar meyakinkan. 

"Dalam kasus ini, terlihat baik otoritas dan maskapai saling berkoordinasi dengan baik. Mereka juga menempatkan keluarga penumpang sebagai prioritas utama dalam situasi yang buruk ini," kata Ripley. 

Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, juga menuliskan dukungannya: "Saya akan ada di sana bersama kalian".

Awal mula pencarian pun, tulis CNN, dilakukan secara efisien. Pejabat berwenang Indonesia secara cepat langsung memetakan sebuah rencana pencarian, mengerahkan kapal-kapal milik Angkatan Laut, juga menerima bantuan dari Pemerintah Malaysia, Australia dan Singapura.   

4. Pencarian tidak berlangsung lama

CNN memprediksi keberadaan pesawat segera diketahui dalam 12 jam mendatang, sebab lokasi pesawat kehilangan kontak lebih akurat dibandingkan yang dialami Malaysia Airlines. Selain itu, wilayah area pencarian lebih sempit dan dangkal, sehingga memungkinkan proses pencarian lebih mudah. 

"Kita tidak akan melihat upaya proses pencarian seperti yang terjadi dalam kasus Malaysia Airlines MH370. Bahkan, tidak terlalu mengejutkan bagi saya, jika pesawat akan ditemukan dalam 12 jam mendatang, sebab kedalaman perairan sekitar 150 kaki. Bandingkan dengan 10 ribu atau 20 ribu kaki di Samudera Hindia," papar mantan Direktur Kantor Administrasi Penerbangan Federal untuk Penyelidikan Kecelakaan, Steven Wallace. 

Sementara, kendati telah memakan waktu selama 10 bulan, puing MH370 hingga kini belum ditemukan. (one)

Baca juga: 


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya