10 Tahun Aceh Bangkit

Dari Kehilangan Anak Hingga Urus Ribuan Mayat

Azwar Abubakar, Calon MenPAN
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf

VIVAnews - Sepuluh tahun sudah bencana tsunami melanda pantai barat Aceh. Ratusan ribu warga Aceh, Nias, dan sekitarnya tewas tergulung ombak besar.

Momen ini pun mendorong Paguyuban masyarakat Aceh di Jakarta yang tergabung dalam Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda, menggelar acara Malam Renungan 10 tahun Tsunami Aceh, di Jakarta Golf Club, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu malam 20 Desember 2014.

Dalam acara tersebut, turut hadir mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Azwar Abubakar. Dia pun bercerita saat tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, dia menjadi korban namun tetap harus bertugas sebagai pelaksana tugas Gubernur Aceh.

Azwar pun pernah merasa bersalah. Karena kala menjabat, banyak warga Aceh yang meninggal. Azwar menyatakan tsunami yang menerpa Tanah Rencong itu telah menelan lebih dari 180 ribu korban jiwa.

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Yang lebih menyesal lagi, saat tsunami menerjang, dia sedang tidak di rumah. "Saat sampai rumah, dua anak saya hilang. Air mata metes, saya berdoa, Ya Allah jika anak saya masih hidup pertemukanlah, dan jika telah tiada mohon diperlihatkan jenazahnya," kata Azwar saat memberikan sambutan.

Azwar pun sangat terpukul. Meski telah kehilangan beberpa anggota keluarga, dia harus tetap tegar dan melaksanakan tugas melayani rakyat.

Tercampur Mayat


Menurut Azwar untuk melakukan evakuasi dan penangan korban Aceh dirinya serta masyarakat, mendapatkan berbagai bantuan baik di dalam dalam negeri maupun luar negeri. "Di hari pertama kami menyediakan tanah untuk kuburan masal untuk 4 ribu orang," katanya.

Azwar juga bercerita, usai bencana langsung meminta bantuan kepada kepala Dinas Sosial untuk mencari makanan, karena saat itu kekurangan.

"Kala itu masih pukul empat sore, bahkan saat sampai kembali pukul delapan malam, mereka belum makan. Bahan makanan sudah tidak ada karena telah bercampur dengan lumpur dan mayat," ujar Azwar.

Azwar yang mewakili rakyat Aceh berterima kasih atas segenap bantuan yang telah diberikan. Terlebih lagi bagi militer baik dalam negeri maupun luar negeri yang telah membantu, tak lupa PMI, lembaga masyarakat, serta masih banyak lainnya.

"Departemen Pekerjaan Umum dan lima Kodam membantu membuka jalan dari Aceh-Meulaboh. Bebera bulan kemudian Jepang membuat jalan yang panjang, lalu bantuan Amerika membuat jalan terbaik. Ini merupakan bantuan militer kepada Aceh. Bantuan non perang terbesar di dunia," ujar Azwar, mengungkapkan.

"Sedihnya ketika sekolah telah dibangun, dua pertiga teman-temannya sudah tidak ada. Tak hanya itu seperempat dari pegawai negeri juga meninggal. Jika tidak pegawainya, istri atau anaknya," tutur Azwar.

Azwa meminta kepada masyarakt agar tetap semangat dan menatap masa depan Aceh yang melebih maju dan sejahtera. "Aceh sudah luka. Sekarang kita berharap Aceh menjadi jaya dan sejahtera," katanya. (ren)

Sapi Albino Ko Muang Phet.

Thailand Prime Minister Welcomes Albino Buffalo to Government House

Thailand Prime Minister Srettha Thavisin welcomed an extraordinary visitor at his offices, an enormous white buffalo named Ko Muang Phet.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024