Iklan 'Junk Food' di TV Akan Dilarang

VIVAnews - Sejumlah ahli kesehatan mengkhawatirkan maraknya iklan junk food di televisi, yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit obesitas pada anak-anak. Hasil investigasi internasional terbaru terhadap iklan yang berbau makanan, dengan sampel dari 11 negara, menemukan bahwa hampir 67 persen dari iklan tersebut adalah junk food.

Pada sebuah riset sebelumnya, diketahui bahwa sekitar 90 persen iklan makanan di Jerman dan Amerika Serikat dikuasai oleh junk food. Ironisnya, iklan tersebut ditayangkan pada kurun waktu di mana anak-anak sedang menonton televisi. Riset itu seperti yang disiarkan Softpedia, Sabtu 9 Mei 2009.

Para peneliti mengimplikasikan bahwa hal ini menjadi isu besar penyebab pesatnya peningkatan obesitas di kalangan anak-anak dan remaja. Beberapa tahun belakangan, epidemik ini telah melahirkan angka yang cukup besar penderita obesitas, terutama di wilayah Barat, terutama di negara-negara maju.

Di samping itu, para peneliti tersebut mengimbau kepada seluruh stasiun televisi agar ruang iklan untuk iklan junk food atau sejenisnya dipersempit. Solusi ini ditawarkan sebagai sebuah larangan halus kepada para pengiklan, terutama untuk produk-produk yang dinilai kurang sehat, karena dinilai berisiko bagi anak-anak.

"Secara internasional, ditemukan bahwa anak-anak memiliki volume yang tinggi dalam mengonsumsi makanan tidak sehat yang dilihat mereka dari iklan di televisi. Membatasi promosi mereka merupakan strategi pencegahan yang penting untuk mengurangi tingkat obesitas anak," ujar Bridget Kelly, seorang peneliti dari Australia Cancer Council NSW di sela European Congress on Obesity di Amsterdam.

"Begitu banyak iklan seputar makanan yang tidak sehat di televisi, dan tak sedikit pemerintahan yang segan untuk mengatur regulasinya. Dari sampel penelitian kami, lebih dari 50 persen negara yang tidak memiliki regulasi tentang ini. Anak-anak menonton sekitar 4.000 hingga 6.000 iklan makanan di televisi per tahunnya, yang mana 2.000 sampai 4.000 di antaranya iklan makanan tidak sehat," jelas Kelly.

Di samping risiko obesitas, para peneliti juga memperhitungkan terjangkitnya diabetes dan serangan jantung pada remaja. Seperti diketahui, dua penyakit ini dapat memicu munculnya komplikasi, seperti kebutaan, kulit borok, serangan jantung, gagal jantung, bahkan kematian.

"Ini cukup memprihatinkan, mengingat remaja dewasa ini memiliki karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung kurang aktif dan lebih suka menghabiskan waktu di depan TV, komputer, dan mengonsumsi makanan berkalori tinggi.

Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga
Pertemuan Presiden Jokowi CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson. (foto ilustrasi)

Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Indonesian President Joko Widodo (Jokowi) received a visit from officials of mining company Freeport McMoran at the Merdeka Palace, Jakarta, on Thursday.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024