Stress Test BI: Pasar Keuangan RI Kuat Hadapi Pembalikan Modal Asing

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida
VIVAnews
Heboh Aksi Pedagang Buang Puluhan Ton Buah Pepaya, Ternyata Ini Penyebabnya
- Bank Indonesia hari ini mengumumkan hasil uji ketahanan pasar keuangan Indonesia (
stress test
Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II
) dalam menghadapi ancaman pembalikan modal asing. Hal itu, dampak dari terus membaiknya perekonomian negara maju yang mulai pulih dari krisis, khususnya Amerika Serikat.
Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?

Hasilnya, seperti dikutip VIVAnews , 21 Oktober 2014, sistem keuangan Indonesia memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi ancaman tersebut.

Simulasi yang dilakukan dengan melihat dampak pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan harga aset terhadap ketahanan perbankan.

BI, dalam stress test itu juga memperluas cakupan dalam assesment
ketahanan sistem keuangan, antara lain dengan melibatkan ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga, sebagai sektor penerima pembiayaan dari perbankan.


Dari sisi permodalan bank, hasil
stress test
menunjukkan bahwa perbankan Indonesia relatif tidak memiliki masalah terhadap pelemahan kurs.


Beberapa bank bahkan mendapatkan
windfall
, atau diuntungkan karena posisi valas yang dimiliki lebih besar dari kewajiban valas (
long valas
).


Sementara itu, koreksi harga Surat Berharga Negara (SBN) dengan skenario terburuk, yaitu harga SBN turun 25 persen, menunjukkan penurunan rasio kecukupan modal (CAR) hanya sebesar 147 bps.


Penurunan CAR terbesar sebagai dampak penurunan harga SBN dialami bank BUKU 4 yang merupakan bank-bank dengan permodalan terbesar. "Hal ini disebabkan bank BUKU 4 (bank umum kegiatan usaha yang memiliki modal di atas Rp30 triliun) memiliki portofolio SBN yang cukup besar," tulis dokumen tersebut.


Lebih lanjut,
stress test
secara terintegrasi yang juga menggunakan indikator risiko pasar dan risiko kredit, juga menunjukkan bahwa CAR Industri dan tiap kelompok bank BUKU masih cukup kuat di atas delapan persen.


Kemudian, dari sisi ketahanan likuiditas bank, penurunan likuiditas yang lebih dalam tampaknya hanya akan dialami oleh beberapa bank dengan permodalan yang kecil.


Namun, kondisi ketersediaan likuiditas pada bank-bank tersebut masih dalam level yang memadai.


Dari sisi ketahanan korporasi, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada peningkatan kewajiban valas korporasi.


Hal tersebut, karena kenaikan yang tidak diikuti oleh peningkatan aset valas berpotensi menggerus permodalan korporasi, sebagaimana tercermin dalam rasio Posisi Devisa Neto (PDN) korporasi.


Terkait hal tersebut, BI juga telah melakukan
stress test
lanjutan pada korporasi yang memiliki Utang Luar Negeri (ULN) dan posisi Net Foreign Liabilities (NFL).


Hasil simulasi yang menggunakan 57 korporasi yang memiliki ULN dan posisi NFL dengan data per triwulan I 2014 menunjukan bahwa diperkirakan terdapat lima korporasi, atau 8,77 persen dari total korporasi yang diobservasi berpotensi insolvent (
equity negative
), apabila nilai tukar rupiah melemah di atas kurs Rp15.500 per dolar AS.


Rumah tangga masih mampu bayar utang


Sementara itu, dari sisi rumah tangga (RT), hasil
stress test
pasar tersebut menunjukkan tingkat
leverage
RT yang masih berada pada level aman. Artinya, utang RT masih dapat ditutup oleh pendapatan dan aset yang dimiliki.


Ketahanan RT terhadap
leverage
juga menunjukkan perbaikan. Hal ini, ditunjukkan dengan menurunnya tingkat utang, baik total utang, utang jangka panjang, khususnya utang dengan jatuh tempo di atas 12 bulan, serta utang kepada perbankan dibandingkan dengan pendapatannya (
disposable income
) dan aset.


Rasio total utang terhadap pendapatan pada 2010 mencapai 19,53 turun menjadi 15,54 pada akhir tahun 2013. Sementara itu, rasio total utang terhadap aset pada 2010 mencapai 4,06 turun menjadi 2,96 pada akhir tahun 2013.


Hal ini, mengindikasikan bahwa RT di Indonesia masih mampu untuk membayar seluruh utangnya dengan aset maupun menggunakan pendapatannya.


Meski demikian, peningkatan
rasio non performing loan
(NPL)
gross
kredit RT meningkat dari level 1,41 persen pada posisi akhir 2013 menjadi 1,72 persen pada Juni 2014 tetap perlu dicermati.


Meskipun hasil
stress test
menunjukkan hasil yang positif, BI senantiasa akan menjaga ketersediaan likuiditas di pasar keuangan dan mengedepankan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengeliminir dampak rambatannya terhadap stabilitas sistem keuangan.


BI juga akan terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan
supervisory action
dan mempercepat pendalaman pasar keuangan, termasuk penyempurnaan pasar repo untuk menjaga ketersediaan likuiditas melalui pasar uang yang lebih efisien. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya