Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar

Garuda Lebarkan Sayap ke Kota-kota Kecil

Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - PT Garuda Indonesia Tbk terus melebarkan sayapnya ke pelosok negeri. Selain menambah rute ke kota-kota besar di mancanegara, masih banyak daerah di nusantara yang dipandang Garuda memiliki prospek cerah dalam pasar penerbangan komersil. 

Penambahan armada pun giat ditempuh induk usaha PT Citilink Indonesia ini meski perseroan akan mengalami pergantian pucuk pimpinan dalam waktu dekat. Mengenai pergantian itu, baca di .

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Bahkan, perseroan pelat merah yang juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia ini tetap berniat melakukan ekspansi usaha ke bisnis pengelolaan bandara. Padahal situasi ekonomi saat ini kurang menguntungkan, di tengah terpuruknya kurs rupiah atas dolar AS.

Bagaimana siasat Garuda menghadapi kondisi itu, dan apa saja rencana maskapai BUMN ini ke depan? Berikut wawancara VIVAnews dengan Direktur Utama Garuda Indonesia, Emiryah Satar, Jumat 10 Oktober 2014 lalu.

Garuda masih ada rencana penambahan rute dan pesawat baru?
Aduh, banyak itu rute dan pesawat baru. Tetapi, saya sudah lupa. Terus terang, dulu lima tahun lalu saya hafal rutenya Garuda satu per satu. Sekarang ini tidak, karena sudah banyak rutenya. Ingatnya dulu, Garuda cuma punya 150 flight (penerbangan) per hari.

Sekarang ini, kita sudah 600 flight per hari. Jadi, kita seperti yang dikemukakan oleh ibu Mari Elka Pangestu (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Kita juga banyak (jelajahi) rute ke kota-kota kecil. Kota-kota yang mungkin Anda saja nggak tahu namanya gitu.

Tahu nggak, ada kota Bau Bau (di Sulawesi Tenggara), wangi-wangi. Nggak tahu kan? Nah, itu kita sudah masuk.

Bagaimana rencana Garuda Indonesia mengoperasikan bandara?
Ada, jadi kan ada 10 bandara. Aduh, lupa saya mana saja. Tetapi, saya ingat salah satunya adalah Kuala Namu (di Medan). Nah, tetapi kan, kita lagi menunggu dari Kementerian Perhubungan agar kita bisa ikut berpartisipasi dalam me-manage bandara itu.

Itu bagaimana peraturannya dalam mengelolanya?
Kita nggak tahu, tetapi kemungkinan ini kita buka karena di tempat-tempat lain sudah banyak airlines yang mau me-manage bandara ini.

Tempat lain itu bandara lain maksudnya?

Iya bandara lain.

Garuda sudah ajukan itu ke Kemenhub?
Bukan, karena ini juga kan belum di-launch. Makanya, kita mau duluan. Ini bandara yang kecil-kecil kok.

Pelaporan keuangan Garuda itu dalam rupiah atau dolar?
Dolar Amerika Serikat.

Nah, itu gimana, rupiah kan saat ini melemah. Ada tekanan tidak?

Yang pasti gini. Kita ini hampir setengah-setengah pendapatannya dalam dolar AS. Tetapi, biaya kita hampir 70 persen dalam dolar. Jadi, terus terang... kalau semua airlines di Indonesia, kalau rupiah melemah, itu semua akan sangat berpengaruh pada kinerja. Sebab, pendapatan kita itu tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan kita terhadap dolar AS.

Bagaimana siasat Garuda dalam menghadapi kondisi rupiah yang sedang melemah?

Jadi, tahun ini kan kita sudah umumkan bahwa depresiasi atas kurs rupiah itu hampir 23 persen year on year berdampak pada kinerja. Dan, yang susahnya itu, kita juga tidak bisa menaikkan harga tiket karena ada plafon (batas atas). Nah, ini baru kemarin secara lisan disetujui pemerintah. Sebab itu, kita bisa naikkan (harga tiket).

Dampak pelemahan rupiah ke kinerja apa saja?
Soal (pembelian) pesawat, pakai dolar. Aftur (bahan bakar) pakai dolar. Itu sudah komponen-komponen terbesar. Biaya aftur saja, itu hampir lebih dari 40 persen dari biaya operasional.

Terkait airport tax, kan Garuda saja yang minta dipisah, sedangkan pemerintah minta digabung. Apa itu akan terus dilanjutkan?
Dari dulu (sebetulnya) kita sudah gabung kok. Kita sudah tanda tangan agreement dengan PT Angkasa Pura, dengan kesepakatan dua tahun ini akan kita proses. Tetapi, kita juga inginkan akhirnya sistemnya semuanya (semua airlines) akan jadi dimasukkan. Jadi, secara industri.

Saat ini, karena sistemnya kurang sinkron untuk kita, kadang-kadang kita ini jadi rugi. Karena, kita nggak bisa tagih ke penumpang. Tetapi, kita harus bayar ke airport. Makanya, minta dipisah.

Yang kedua, yang kita inginkan adalah, kalau harga tiket kita sudah masuk ke airport. Tetapi, yang lain tidak masuk airport, terkesan kan kita mahal (harga tiketnya). Nah, ini kita mau benar-benar airlines lain juga diwajibkan (memasukkan airport tax ke dalam harga tiket).

Rencananya dirut mau diganti, apakah sudah ada calonnya?

Nah, itu tanya pemegang saham saja. Kalau mau tanya soal perusahaan, tanya saya. Tetapi, kalau tanya calon dirut Garuda, mending tanya pemegang saham. (ren)

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit
Sidang Lanjutan sengketa perselisihan hasil Pilpres 2024 di MK

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Kubu 01 dan 03 meminta izin ke MK agar bisa menghadirkan sejumlah menteri dalam persidangan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024