Dugaan Malapraktik Berujung Penyegelan

Klinik Metropole di Kawasan Mangga Besar
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Garis polisi berwarna kuning membentang di bangunan berpelang nama Klinik Metropole. Berlokasi di Jalan Pintu Besar Selatan, Taman Sari, Jakarta Barat, klinik itu kini disegel. Tidak ada lagi aktivitas perawatan, sepi dari pasien. 

Penyegelan terkait laporan pasien bernama Elda Deviana. Dia diduga menjadi korban malapraktik dokter yang berada di klinik tersebut. Elda melaporkan Klinik Metropole ke Polda Metro Jaya pada Sabtu 20 September 2014.

Penyegelan itu dipimpin langsung Kanit Krimsus Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Viktor Inkiriwang. Jika terbukti bersalah, para dokter di klinik itu melanggar undang-undang kesehatan dan UU praktik kedokteran dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara. Polisi menyakini ada pasien lainnya yang menjadi korban.

Setelah mengambil langkah tegas berupa penyegelan, dalam waktu dekat, penyidik juga akan melakukan pemeriksaan terhadap empat dokter dan pengelola klinik. Ini dilakukan untuk mengungkap keganjilan yang dirasakan Elda.

"Nanti penyidik akan segera memanggil empat dokter yang membuka praktik di klinik tersebut. Kami akan lakukan pemeriksaan," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto.

Menurut Rikwanto, berdasarkan keterangan korban, selain diduga melakukan malapraktik, pihak klinik juga diduga telah melakukan pemerasan dengan modus pengobatan dan diagnosa penyakit yang bermacam-macam. Elda diperkirakan mengalami kerugian materi sebesar Rp25 juta.

"Saat pemeriksaan, kami akan lihat siapa dokter tersebut, apa dokter beneran atau dokter ahli pengobatan alternatif dan bagaimana izin praktik mereka. Secara pidana mereka harus tanggung jawab meski klinik sudah ditutup. Dengan ditutupnya klinik itu bisa makin menguatkan adanya dugaan malapraktik," kata Rikwanto.

Kasus ini mencuat berkat testimoni seorang pasien yang diunggah ke sebuah forum di media sosial. Dengan menggunakan akun Singlebreath, pasien tersebut menjabarkan pelayanan-pelayanan Klinik Metropole yang mencurigakan hingga dugaan malapraktik yang dialaminya.

Pengemudi Fortuner Arogan yang Ngaku Adik Jenderal Buang Pelat TNI Palsu di Bandung

Singlebreath memulai ceritanya dengan keluhan kesehatan wanita yang dialaminya. Iklan Klinik Metropole yang beredar luas di internet, termasuk media sosial Facebook, membuat ia tertarik untuk memeriksakan kesehatannya ke sana. Baca cerita lengkapnya .

Berdasarkan catatan kepolisian, sudah ada dua korban baru dugaan malapraktrik di klinik tersebut yang lapor ke kantor polisi.

Ada Apa dengan Lolly? Ungkapan Capek dan Keinginan Hidup Tenang Jadi Sorotan

Langsung ditutup

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emawati mengatakan, operasional klinik Metropole sudah resmi ditutup sejak akhir Agustus 2014.

"Pada bulan Juni, pihak klinik minta izin praktik sebagai Klinik Pratama ke Sudin Kesehatan Jakarta Barat. Namun, seiring perjalanannya, malah melanggar perizinan dan keluar dari kesepakatan," kata Dien kepada VIVAnews.

Dien menjelaskan, izin klinik pratama hanya boleh ada praktik dokter umum dan dokter gigi umum, tidak boleh ada praktik dokter spesialis, apalagi ada aktivitas
operasi.

"Namun di perjalanannya, mereka merekrut dokter tenaga asing yang tidak punya izin dan tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris. Lalu, klinik itu juga melakukan rawat inap bagi pasien dan juga operasi. Atas alasan itu kemudian kami beri teguran keras sebanyak dua kali," paparnya.

Setelah dikomunikasikan, kata Dien, pemilik sepakat menutup Klinik Metropole karena telah melanggar izin.

"Harusnya sudah tidak boleh praktik. Saya juga sudah bicarakan masalah ini dengan pak wagub, saya minta kalau masih praktik tolong terjunkan Satpol PP saja ke sana, karena itu sudah kriminal, saya juga terima banyak keluhan," ujar dia.

Bongkar malapraktik

Dinas Kesehatan DKI Jakarta punya cara sendiri untuk mengungkap pelanggaran izin yang dilakukan Klinik Metropole. Dien Emmawati mengatakan, saat menerima banyak laporan dan keluhan terkait klinik di kawasan Jakarta Barat ini, ia langsung memerintahkan anak buahnya menyamar.

"Dia menyamar jadi pasien di sana. Lalu, ternyata benar saja, ada ruang rawat inap, tim medisnya melakukan operasi juga. Padahal izinnya praktiknya tidak seperti itu," kata Dien kepada VIVAnews.

Setelah menerima laporan dari hasil penyamaran itu, Dinkes DKI langsung memberikan peringatan keras. Peringatan pertama diberikan pada Juni 2014. "Peringatan kedua kami layangkan juga Agustus 2014. Tidak juga jera, kami tutup kliniknya akhir Agustus 2014," terangnya.

Dien mengingatkan, para pengelola klinik maupun rumah sakit di DKI Jakarta, untuk tidak main-main dengan izin praktik. Sebab, Dinkes DKI akan terus mengawasi.

"Ada orang-orang Dinkes yang akan selalu mengawasi pelayanan kesehatan, salah satu caranya ya seperti tadi yang saya sebut itu," ujar dia.

Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR Okky Asokawati mengatakan, dugaan malapraktik di Klinik Metropole yang telah berlangsung lama, menunjukkan lemahnya sistem pengawasan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta terhadap klinik atau balai pengobatan.

Kesan yang muncul, lanjut dia, dinas kesehatan hanya bertugas memberi izin praktik. Namun, setelah itu tidak ada pengawasan operasionalnya, apakah sesuai izin atau menyimpang dari izin.

"Penutupan operasional Klinik Metropole oleh Dinkes DKI setelah menerima banyaknya protes dari pasien jelas membuktikan sistem pengawasan lemah bahkan diduga cenderung tidak ada pengawasan," jelasnya. (art)

5 Fakta Menarik Jelang Timnas Indonesia vs Australia di Piala Asia U-23
Ibunda Angger Dimas meninggal dunia

Kabar Duka, Ibunda Angger Dimas Meninggal Dunia

Kabar duka itu disampaikan langsung oleh Angger Dimas dalam unggahan di Instagram pribadinya pada Rabu, 17 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024