Implikasi Referendum Skotlandia bagi Dunia

Pendukung Skotlandia merdeka bernyanyi di depan gedung parlemen
Sumber :
  • REUTERS/Russell Cheyne

VIVAnews - Referendum Skotlandia akan ditentukan hasilnya, Jumat 19 September 2014. Namun, hasil hitung cepat menunjukkan hampir 54 persen menolak lepas dari Kerajaan Inggris.

Salah Mengira Kuil sebagai Masjid, Diplomat Inggris Dikecam

Hasil sementara menunjukkan dua daerah lokal dengan suara "tidak" unggul. (Baca: )

Sekalipun hampir seimbang, namun hasil itu cukup untuk membuat politisi Inggris dan Uni Eropa (UE), juga kalangan pengusaha dan perbankan menghirup napas lega.

Bagi UE, Skotlandia merupakan kunci stabilitas. Sebab, Inggris berencana menggelar referendum tentang nasib keanggotaannya di Uni Eropa, pada 2017.

Tanpa pemilih Skotlandia yang pro Eropa, maka peluang Inggris keluar dari UE akan lebih terbuka lebar, menjadi guncangan besar bagi stabilitas politik dan ekonomi Eropa.

Terutama merujuk krisis ekonomi yang dialami sejumlah negara anggota UE dalam satu dekade terakhir. Keluarnya Inggris yang merupakan negara ekonomi keenam terbesar dunia, akan semakin menjatuhkan kepercayaan dunia terhadap UE.

Referendum telah digelar dan Skotlandia diprediksi tetap bersatu dengan Inggris. Pertanyaan selanjutnya, apakah hasil itu akan meniadakan implikasi lanjutan seperti yang dikhawatirkan?

Realitas yang ada sekarang memperlihatkan bahwa keinginan untuk merdeka bukan hanya hadir di Skotlandia. Inggris sementara dapat menenangkan diri, karena dukungan untuk kemerdekaan Wales belum mencapai suara yang signifikan.

"Saat ini, dalam berbagai jajak pendapat, dukungan untuk kemerdekaan Wales hanya sekitar 10 persen dan belum meningkat sama sekali dalam 15 tahun terakhir," kata Roger Scully, profesor ilmu politik Universitas Cardiff.

Partai Buruh mendominasi politik di Wales sejak 1920 dan selalu menjadi partai terbesar di Majelis Nasional sejak berdiri. Kondisi itu berbeda dengan Skotlandia.

Partai Nasional Skotlandia yang mengusulkan referendum kemerdekaan, berhasil memenangkan suara mayoritas dalam pemilu Skotlandia, pada 2011. Pemerintah Skotlandia, 10 Januari 2012 mengumumkan rencana menggelar referendum pada akhir 2014.

Leanne Wood, pemimpin Plaid Cymru yang merupakan partai nasionalis Wales, menyebut referendum Skotlandia bisa menjadi titik balik. Wood menegaskan bahwa kemerdekaan Skotlandia bakal menjadi pendorong meningkatnya keinginan Wales untuk merdeka.

Bahkan, saat ini Plaid Cymru telah menyewa psikologis politik yang digunakan oleh para pemimpin Partai Nasional Skotlandia, serta meminta bantuan Menteri Utama Skotlandia Alex Salmon untuk membantu gerakan kemerdekaan Wales.


Referendum Catalunya

Runtuhnya Yugoslavia dan Uni Soviet tidak menimbulkan implikasi yang sangat berpengaruh bagi dunia, tapi terpecahnya Inggris yang selama ini dilihat sebagai satu entitas yang terdiri atas satu kepentingan, bisa dianggap sebagai runtuhnya kepastian.

Bahkan sekalipun referendum Skotlandia tidak menghasilkan kemerdekaan, keberhasilan Skotlandia menggelar referendum itu tetap dapat menjadi pendorong bagi gerakan serupa di berbagai negara lain.

Rakyat Catalunya di Spanyol dipastikan sedang mengawasi proses referendum Skotlandia. Catalunya sebagai wilayah yang makmur, diketahui sejak lama ingin memisahkan diri dari Spanyol.

Krisis ekonomi yang belakangan melanda Spanyol, semakin mendorong keinginan itu. Isu Catalunya sangat sensitif bagi Spanyol yang menolak untuk mengakui referendum Catalunya.

Pada 12 Desember 2013, Pemerintah Catalunya mengumumkan bakal menggelar referendum pada 9 November 2014. Setelah pada 23 Januari 2013, Parlemen Catalunya mengadopsi Deklarasi Kedaulatan dan Hak untuk Menentukan Nasib Rakyat Catalunya.

Namun, pada 25 Maret 2014, Mahkamah Konstitusi Spanyol membatalkan deklarasi karena dianggap tidak konstitusional, sehingga melarang referendum digelar di Catalunya.

Sekalipun begitu, pemerintah Catalunya menegaskan bahwa putusan itu tidak akan berdampak pada proses pelaksanaan referendum yang telah dijadwalkan.

Nonton Konser, Cara Ratu Elizabeth II Rayakan Ultah ke-92

Berbagai demonstrasi yang diikuti ratusan ribu rakyat Catalunya terus digelar sebagai protes pada Pemerintah Spanyol. Berbagai hasil jajak pendapat menunjukkan lebih dari 50 persen rakyat Catalunya ingin melepaskan diri dari Spanyol.

Hal itu merupakan puncak dari persoalan yang dikeluhkan sebagai kebijakan tidak adil pemerintah Spanyol, seperti pajak berlebihan dan isu budaya dengan larangan penggunaan bahasa lokal Catalunya.

Apakah referendum Skotlandia akan mendorong mulusnya referendum di Catalunya, banyak pihak meragukannya. Doktrin mengenai hak untuk menentukan nasib sendiri yang menjadi dasar, kerap digunakan UE dalam menyelesaikan gejolak di sejumlah negara yang akhirnya terpecah.

Tapi, untuk doktrin itu, UE dan Amerika Serikat memang memiliki dualisme sikap. Seperti dalam kasus Kosovo yang melepaskan diri dari Serbia.

EU mendukung penuh keanggotaan Kosovo di PBB, sedangkan untuk kasus Skotlandia EU telah mengancam akan menjegal Skotlandia untuk memperoleh keanggotan EU jika merdeka dari Inggris.

Untuk itu, upaya rakyat Catalunya guna mencari hak menentukan nasib sendiri, diyakini tidak bakal memperoleh dukungan dari negara-negara Eropa lainnya.

Dokter Barton.

Pensiunan Dokter Diduga Tewaskan Ratusan Pasien

Ia dikabarkan memberi dosis morfin berlebih sepanjang 1998-2000.

img_title
VIVA.co.id
18 Juni 2018