Langgar Perizinan, Dinkes DKI Tutup Klinik Metropole

Foto ilustrasi.
Sumber :
  • healthcarecompliance.us
VIVAnews - Dunia kesehatan kembali dinodai kegiatan praktik ilegal yang menyebabkan masyarakat menjadi korban. Sejumlah korban malpraktik kemudian mengangkat cerita pengalaman pahit ditipu sebuah klinik di kawasan Jakarta Barat ke media sosial. 
Siap Bersaing, Jakarta Livin Mandiri Umumkan Daftar Pemain Tim Putri di Proliga 2024

Cerita tersebut kemudian langsung dengan cepat menjadi topik terkemuka di media sosial dan dibicarakan oleh banyak orang. Berawal dari satu pengakuan, kini sejumlah korban juga mulai terbuka berbagi pengalaman yang sama. Bahkan, di antara mereka sudah melaporkan klinik tersebut ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Puslabfor Polri Selidiki Kasus Kebakaran Maut Toko Frame Mampang

Klinik Metropole, yang disebut-disebut dalam sebuah postingan di media sosial itu ternyata sudah sejak satu bulan lalu ditutup oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, karena penyalahgunaan izin.
Mangkir dari Pemeriksaan, KPK Bakal Panggil Lagi Gus Muhdlor Pekan Depan

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati mengatakan, terhitung sejak akhir Agustus 2014 seharusnya klinik tersebut sudah tidak boleh praktik lagi.

"Pada bulan Juni, pihak klinik minta izin praktik sebagai Klinik Pratama ke Sudin Kesehatan Jakarta Barat. Namun, seiring perjalanannya, malah melanggar perizinan dan keluar dari kesepakatan," kata Dien kepada VIVAnews, Rabu 17 September 2014.

Dien menjelaskan, izin klinik pratama hanya boleh ada praktik dokter umum dan dokter gigi umum, tidak boleh ada praktik dokter spesialis, apalagi ada aktivitas operasi. 

"Namun dinperjalanannya, mereka merekrut dokter tenaga asing yang tidak punya izin dan tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris. Lalu klinik itu juga melakukan rawat inap bagi pasien dan juga operasi. Atas alasan itu kemudian kami beri teguran keras sebanyak dua kali," paparnya.

Setelah dikomunikasikan, kata Dien, pemilik sepakat menutup Klinik Metropole karena telah melanggar izin. Operasional pun harus resmi ditutup sejak Agustus 2014.

"Harusnya sudah tidak boleh praktik. Saya juga sudah bicarakan masalah ini dengan pak wagub, saya minta kalau masih praktik tolong terjunkan Satpol PP saja ke sana, karena itu sudah kriminal, saya juga terima banyak keluhan," ujar dia.

Mencuatnya kabar praktik ilegal Klinik Metropole berawal dari cerita yang diposting seseorang dengan akun singlebreath di sebuah laman media sosial. Postingan yang diunggal padaa 18 Juli 2014 menceritakan pengalamannya ditipu Klinik Metropole yang beroperasi di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Barat, sehingga dia harus mengeluarkan sejumlah uang dalam jumlah yang tidak sedikit.

Berikut beberapa potongan cerita dari sang pemilik akun.

"..ane diperiksa sama Dokter Sung (perempuan), katanya ngaku dari Singapura. Disini dokternya ga bisa bahasa inggris atau bahasa indonesia, dia ngomong pake bahasa cina, jadi dia didampingi penerjemah yang pake baju suster (dari logatnya sepertinya orang jawa). Setelah cerita tentang kondisi ane, ane diperiksa kolposkopi yg ada kameranya, cek cairan keputihan sama cek darah dan usg kemudian disuruh bayar ke kasir (idr 320.000 yang menurut ane sangat murah karena tesnya banyak).."

"..Disana dijelasin ternyata ane kena kista, trus radang, dan ada cairan pelvis di rahim ane, sambil nunjukkin hasil tes tadi. Syok banget ane dengernya gan. Berdasarkan vonis itu, ane disuruh untuk terapi disitu sebanyak 10x, tapi berhubung mau lebaran ane ga bisa, dikorting jadi 7x. Lalu ane setuju, soalnya ane udah takut karena ditakut-takuti kalo ga diobatin bakal jadi mandul atau malah kanker. Disitu ane ga dikasih tau harganya berapa, ane langsung diboyong ke kasir dan disuruh bayar hampir 5juta untuk terapi.."

"..Selesai terapi itu, ane dibawa lagi ke ruang dokter, trus dokter bilang harus operasi hari itu juga gan! Ane kaget dong, masa tiba2 harus operasi sekarang. Ane udah nolak abis2an, dan dokter juga penerjemahnya maksa pol-polan dengan dalih alasan medis, kalo ga sekarang bisa inilah itu lah. Ane sebenernya udah nolak banget mau diskusi dulu dan mau cari 2nd opinion, tapi yg namanya maksa kebangetan sampe ane bilang ga punya duit juga dia periksa atm ane di mesin gesek kasir. Akhirnya ane bilang cuman ada uang hampir 1juta doang, dan lagi-lagi disuruh bayar buat dp. Ane disitu bingung banget gan, secara udah bayar hampir 5juta buat terapi sayang banget kalo ga ditotalin, kepaksa ane bayar pake sisa duit ane buat dp operasi. Dari maksanya mereka, kecurigaan ane mulai muncul.."
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya