Agro Techno Park, Lahan Riset Pertanian di Sumsel

Agro Techno Park
Sumber :
  • Vivanews/AgusTH

VIVAnews – Indonesia dianugerahi alam yang melimpah dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Namun, terkadang masih ada petani yang membutuhkan pelatihan mengenai cocok tanam yang baik dan untuk selalu berinovasi.

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mencoba membuka lahan sebagai ajang pembelajaran, pelatihan, serta uji coba hasil penelitian dari para ilmuwan di Sumatera Selatan yang dikenal dengan Agro Techno Park (ATP).

"ATP tempat transfer teknologi. Sebelum disebarluaskan ke masyarakat, diuji dulu di sini. Nanti baru ke masyarakat. Kalau hanya uji di lab, itu hanya klaim-kaim saja tanpa ada langsung praktiknya di pertanian," ujar Munandar, Koordinator Kegiatan ATP, ditemui VIVAnews di Agro Techno Park, Sumatera Selatan, Selasa 16 September 2014.

Selain sebagai tempat penelitian, luas sekitar 100 hektare ini, kata Munandar, sebagai tempat pelatihan kepada para petani yang ingin belajar bercocok tanam yang baik dan benar. Petani itu, ucap Munandar, akan mengurusi lahan yang diberikan untuk bertani jenis buah-buahan dan sayuran.

Dia menambahkan, tidak hanya bertani, ATP ini juga tempat untuk beternak, seperti sapi, unggas, dan ikan.

Ketika ditanya soal bagi penghasilan, Munandar mengatakan pihaknya hanya menerima modal yang sudah diberikan kepada petani dan para petani tersebut yang menikmati hasilnya.

Persib Bandung Bagi-bagi Takjil Gratis, Maskot Ikut Turun ke Jalan

"Sekitar 80 persen untuk petani, 20 persen untuk ATP," kata dia.

Profit sharing ini nantinya akan diserahkan kepada negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). "Aset ATP hingga kini sudah mencapai Rp16,9 miliar dan pada 2013, total sumber daya manusianya sudah mencapai hingga 700 orang," kata Munandar.

Sebelum bercocok tanam, petani tersebut dilatih oleh ATP selama dua bulan sebelum terjun langsung menggarap lahan mereka yang disediakan ATP.

Ditemui di kesempatan yang sama, Prakoso selaku Asdep Iptek Pemerintahan Kementerian Ristek, mengatakan, ada dua jenis petani yang ada di ATP, yaitu petani yang dibina oleh ATP dan petani yang datang untuk belajar.

"Petani yang ada sekarang sekitar 50 orang. Nah, yang banyak itu petani yang datang untuk belajar. Jadi, mereka kami ajari untuk menyiasati tanaman untuk jangka panjang karena kami tahu mereka sangat bergantung pada hasil pertaniannya," jelasnya.

Berdasarkan pantauan VIVAnews, untuk memasuki daerah ATP ini membutuhkan perjuangan berat. ATP berada di pinggiran kota Palembang, tepatnya di Indralaya, Kabupaten Palembang, Sumatera Selatan. Butuh waktu dan perjuangan untuk memasuki kawasan ATP karena kondisi jalanan rusak dan belum diaspal.

Ketika berada di dalam ATP pun jalanannya masih demikian. Di sekelilingnya terhampar luas jenis pertanian dari jagung, kedelai, ketela, singkong, sayuran hingga peternakan. Tak jauh dari pertanian, ada beberapa rumah yang dihuni oleh para petani tersebut.

Prakoso mengungkapkan, pemilihan Indralaya, Kabupaten Palembang sebagai lokasi ATO karena lahan yang tersedia hanya ada di tempat tersebut. Ia tentu berkeinginan untuk membuka ATP lainnya selain di Sumatera Selatan.

"Kami ingin di Jawa, tapi untuk punya lahan sekitar 100 hektare di Jawa itu agak susah. Ke depannya kami ingin ada ATP di beberapa lokasi lainnya, dengan kerja sama pemilik tanah atau milik pemerintah daerah, yang bisa dikonversikan menjadi lahan seperti ATP ini," ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Prakoso, contoh pertanian terpadu ini tentu akan dilengkapi dengan unsur teknologi untuk selalu berinovasi memasarkan hasil pertaniannya.

"Unsur iptek yang paling penting, seperti pepaya California, itu hasil penelitian dari IPB. Ada pertanian yang diradiasi dari Batan, dan lainnya," kata dia. (art)

Gerhana Matahari.

Gerhana Matahari Bisa 'Mengocok' Emosi Manusia sampai Mewek

Menurut NASA, jangan heran jika Anda atau seseorang di sekitar akan menangis ketika menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT).

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024