Satu Kecamatan di Gunungkidul Mengimpor Air dari Wonogiri

Warga yang mengantri mengambil air bersih
Sumber :
  • Dyah Ayu Pitaloka
VIVAnews
Bansos Sembako dan PKH Kembali Disalurkan, Pos Indonesia Wanti-wanti Ini
- Satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa mengimpor alias membeli air bersih dari Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Itu dilakukan setelah sumber mata air di kecamatan tersebut mengering selama beberapa bulan terakhir. Kalau pun ada, air sudah keruh dan tak layak konsumsi.

27 Korban Penipuan Investasi Rp52 Miliar Geruduk Rumah Orang Tua Pelaku di Tasikmalaya

Aparat Kecamatan Girusubo, yang kekeringan itu, memutuskan mengimpor air dari wilayah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat. Ada delapan desa di kecamatan itu yang mengalami kekeringan.
Volume Transaksi BRImo Capai Rp 1.251 Triliun di Kuartal I-2024


Pihak kecamatan menggilir tiap-tiap desa itu untuk dibantu air bersih yang dikirim dengan truk tangki air. Bantuan dikirim paling sedikit empat kali setiap hari yang dibagi untuk masing-masing desa.


Menurut Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Girisubo, Sunardi, memang dianggarkan dana Rp100 juta untuk pengadaan air bersih selama tahun 2014. Anggaran tersebut digunakan untuk membeli air, operasional tangki, dan membayar sopir serta kernet.


“Kita menggunakan sopir dan kernet dari luar pegawai karena keterbatasan orang,” ucap Sunardi di Gunungkidul, Selasa, 9 September 2014.


Meski merata di semua wilayah, dari delapan desa, paling parah ialah wilayah Jepitu, Balong, dan Jeruk Wudel. Selama ini masyarakat mengandalkan beberapa sumber mata air yang masih bisa digunakan atau membeli air dari tangki swasta.


Krisis air tiap tahun


Sunardi menjelaskan, sebenarnya wilayah Girisubo sudah ada pipanisasi sejak beberapa tahun lalu, namun sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Pipa yang sudah merata di hampir setiap desa itu hanya menjadi monumen.


“Kami sadah berkoordinasi dengan Dinas Sosial DIY, terkait masalah pipa yang sampai sekarang belum bisa digunakan,” katanya.


Menurut Kepala Desa Songbanyu, Junardi, wilayahnya setiap tahun memang mengalami kekeringan karena minim sumber air. Masyarakat membuat sumur bor tapi air yang keluar ialah air asin.


Untuk mencukupi kebutuhan setiap hari, warga hanya mengandalkan pasokan air dari PDAM setempat namun tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. “Jika tidak mencukupi, ya, kita membeli tangki swasta.”


Junardi menambahkan, ada dua dusun di wilayahnya yang paling parah terkena dampak kekeringan, yakni Dusun Song Bledek dan Dusun Paranggupito.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya