Sumpah Gandum Sang Profesor Telo

Ketua Umum DPP Gerindra Suhardi.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Suatu hari, Suhardi dongkol bercampur geregetan. Ia merasa memiliki kuasa sebagai Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Perkebunan, tapi usulnya agar Pemerintah berhenti mengimpor pangan selalu kandas.

“Usul saya mentah begitu saja,” katanya, mengenang, saat ditemui VIVAnews di sela-sela Rapat Pimpinan Nasional Partai Gerakan Indonesia Raya di Jakarta, 14 Oktober 2008.

Berhasil Gagalkan Penyelundupan Sabu, 2 Prajurit Pulanggeni Kopasgat TNI AU Dapat Penghargaan

Ia merasa posisinya yang cukup mentereng di tahun 1999 itu tak dapat mengubah kebijakan, sebab keputusan tertinggi bukan di tangannya, melainkan pejabat di atasnya. “Saya merasa Dirjen pun ternyata sulit sekali memberikan keputusan. Yang memberikan keputusan di atas.”

Suhardi frustasi juga saat ia menjabat Ketua Dewan Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2002, saat yang sama dia diminta menjadi staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional Departemen Pertanian. Ia kesal melihat nasib petani selalu buntung akibat kebijakan impor pangan. Nasib sial itu adalah takdir dari stuktur ekonomi. Memperbaiki nasib petani harus didahului perubahan sistem ekonomi.

Sistem ekonomi selalu ditentukan kekuatan politik. Ringkas kata, politik adalah panglima, termasuk menentukan nasib petani.

Tinggalkan dunia PNS

Cegah Kecurangan dalam Seleksi ASN, Menpan-RB Siapkan Teknologi Face Recognition

Suhardi pun memutuskan terjun ke politik. Pemegang gelar master dan doktor di bidang fisiologi pohon dari University of the Philippines Los Baños itu membuat keputusan bulat untuk mengubah kebijakan melalui jalur politik. Tak ada jalan lain, katanya.

Awal tahun 2007, Suhardi mengumpulkan sejumlah rekannya di HKTI. Ia menyampaikan niat membentuk sebuah partai politik. Prabowo Subianto, Ketua Umum HKTI kala itu yang masih tercatat sebagai anggota Partai Golkar, pun diajak bergabung. Nama partainya adalah Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan. Sejumlah orang dekat Prabowo ikut bergabung, meski sang mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu secara formal tak ikut.

Tapi menjelang verifikasi partai di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Prabowo setuju membantu Suhardi dengan syarat nama partai harus diganti. Muncullah nama Partai Gerakan Indonesia Raya. Suhardi didaulat sebagai Ketua Umum. Gerindra lolos sebagai peserta Pemilihan Umum tahun 2009. Dunia pegawai negeri ia tinggalkan.

Suhardi mulai berkonsentrasi membesarkan Partai Gerindra demi mewujudkan mimpi besarnya: kemandirian pangan dan energi. Dengan kemandirian itu, kemakmuran rakyat meningkat. Ia meyakini bahwa hanya dengan kemandirian itu, tak ada alasan lagi untuk mengimpor pangan.

Mantan Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada itu tak mau setengah-setengah berpolitik, apalagi cita-citanya tidak sederhana. Di Pemilu tahun 2009, ia juga mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ia maju dari daerah Pemilihan Jawa Tengah V dengan nomor urut 1. Di daerah pemilihan itu, ia bersaing dengan Puan Maharani dan Hidayat Nur Wahid.

“Sumpah Gandum”

Suhardi tak pernah bosan mengampanyekan agar masyarakat Indonesia mengonsumsi pangan lokal, dan Pemerintah berhenti mengimpor pangan dari luar negeri. Ia menggaungkan semangat makan ketela dan umbi-umbian lainnya seperti ketela rambat, gerut, ganyong, dan gadung.

Hasil riset Suhardi tentang ketela menunjukkan bahwa kalsium umbi ini jauh melebihi beras yang sekarang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Dia meyakini, masyarakat Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang suka mengonsumsi ketela, cenderung berumur lebih panjang dengan punggung yang lebih kekar.

Karena kepakaran tentang ketela itu, Suhardi dijuliki “Profesor Telo”. Telo adalah bahasa Jawa yang berarti ketela. Kepakarannya diganjar penghargaaan Pelopor Pemanfaatan Ketela oleh Menteri Pariwisata pada tahun 1999. Kepakarannya di bidang ketela juga diakui dunia lewat SFRT SEARCA Award for Optimization of Casuarina Equisetifolia sp for Food Security yang dia dapatkan pada 2007.

Tapi bukan aneka penghargaan yang membuatnya kukuh berpendirian bahwa tak alasan mendasar untuk mengimpor pangan. Sebab dari tanah Indonesia telah melimpah bahan pangan dan justru lebih baik. Jauh sebelum itu, yakni tahun 1987, Suhardi mendeklarasikan “Sumpah Gandum”. Itu adalah merupakan ikrar pribadi untuk tidak memakan gandum dan produk turunannya. "Hingga masyarakat sejahtera, tak bergantung pada gandum," katanya.

Suhardi tak main-main dengan ikrarnya. Sejak ikrar itu diucapkan sampai akhir hayat, Suhardi tak pernah memakan makanan yang berbahan baku gandum. "Selama 26 tahun lebih, Profesor Suhardi tetap konsisten dengan sumpahnya itu untuk tidak mengonsumsi gandum,” kata Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pratikno, Jumat, 29 Agustus 2014.

Amien Rais, mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang juga rekan sejawat di Universitas Gadjah Mada, tidak ragu membuat penilaian atas keistikamahan Suhardi dalam melakoni sumpahnya demi memperjuangkan kemandirian pangan nasional. Katanya, sikap konsisten terhadap kedaulatan pangan itulah yang membuat Suhardi sejak muda sampai akhir hayat tidak pernah makan roti yang berbahan dasar gandum.

"Beliau sangat mendambakan kedaulatan pangan di Indonesia,” kata Amien Rais.

Hidup Sesederhana Sumpahnya

Sumpahnya sangat sederhana, sesederhana hidupnya. Saat masih mengajar di Universitas Gadjah Mada, ayah dari tiga anak itu sering bersepeda dari rumahnya di kawasan Depok, Sleman, menuju kampus. Kebiasaan yang jauh sebelum latah bike to work atau menuju tempat kerja dengan bersepeda muncul di tahun 2000-an.

"Beliau selalu naik sepeda ke kampus, tidak menggunakan AC (pendingin ruangan), dan tetap sederhana meski sudah menjadi Ketua Umum Partai," kata Rektor UGM Pratikno.

Meski telah menjadi politikus, Suhardi yang dilahirkan di Klaten, 13 Agustus 1952 itu tetap konsisten mengamalkan ilmu dan pengetahuannya yang mendalam tentang kehutanan dan pangan kepada masyarakat. Penamaan Cemara Udang di Pantai Samas, Bantul, adalah salah satu buah pemikirannya. Nama itu kemudian dipakai juga di Kebumen. “Ilmu yang beliau dapat semuanya untuk masyarakat,” katanya.

Suhardi, kata Pratikno, seorang akademisi yang sangat produktif. Banyak karya akademiknya yang telah dihasilkan terkait rehabilitasi hutan tropika, penghutanan lahan pasir, dan pengembangan tanaman pangan di kawasan hutan. Karya-karya tersebut telah dipublikasikan di berbagai jurnal nasional dan internasional.

Salah satu karya monumental Suhardi adalah karya ilmiah tentang pangan berjudul Mandiri Pangan Sejahterakan Rakyat pada tahun 2011. Buku itu berisi buah pikirannya tentang strategi negara dalam mengelola sumber pangan agar bermanfaat bagi masyarakat.

Buku itu, seperti diungkapkan Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, diberikan secara gratis kepada masyarakat sebagai bagian dari dukungan program Gerakan Sejuta Buku untuk Indonesia. Suhardi bahkan menolak mematenkan karya ilmiahnya karena saat sekolah dibiayai uang (pajak) rakyat.

Posisi Suhardi sebagai Ketua Umum Partai Gerindra maupun saat dahulu Direktur Jenderal, terbuka kesempatan untuk memperkaya diri. Tetapi, menurut Prabowo Subianto, itu tidak pernah dilakukan Suhardi. “Beliau mantan Dirjen Departemen Kehutanan. Mungkin kalau beliau memperkaya diri, bisa. Ketua partai enam tahun tapi hidupnya sangat-sangat sederhana.”

Prabowo mengenang rekam jejak Suhardi selama menjabat Ketua Umum Partai Gerindra. Ia berkisah, "Ke daerah-daerah diberi uang jalan. Kalau tidak dihabiskan uangnya, dia kembalikan ke Partai.”

“Ya, orangnya seperti itu, tidak pernah mengeluh. Orang yang dekat dengan rakyat. Dari 500 kabupaten yang ada di Indonesia, saya kira, dalam masa jabatan beliau, mungkin 400 di antaranya sudah beliau datangi," Prabowo menambahkan.

Kepak Sayap Gerindra

Pada Pemilu tahun 2009, Partai Gerindra masuk sembilan besar perolehan suara nasional, yakni 4,46 persen, dengan 30 kursi di Parlemen. Partai berlambang kepala burung Garuda itu bahkan mengungguli Partai Hanura, partai yang sedikit lebih senior.

Seperti diakui Prabowo, Suhardi adalah petinggi Partai Gerindra yang paling rajin mengunjungi kader di daerah. Bukan hanya karena sebagai Ketua Umum, melainkan juga lantaran ia telah memiliki jejaring luas di seluruh Tanah Air.

Di awal-awal pendirian Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan sebagai cikal bakal Partai Gerindra, Suhardi telah membawa sepuluh organisasi —dari HKTI sampai agroforestry network yang melibatkan 20 universitas— itu bahu-membahu bersama kader-kader Gerindra mengunjungi seluruh pelosok Tanah Air.

Dalam waktu singkat, kurang dari tiga bulan sejak deklarasi, Gerindra lolos verifikasi partai di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 4 April 2008. Tiga bulan setelah itu, Gerindra lolos verifikasi faktual Komisi Pemilihan Umum dan dinyatakan resmi sebagai partai politik peserta Pemilu tahun 2009.

Sebenarnya, ujar Suhardi, sebelum Gerindra berdiri, jejaring embrio partai sudah muncul meski tidak formal. “Sehingga ketika pluit ini ditiup, dibunyikan, semua komponen sudah siap,” kata Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Gerindra.

Pada acara peringatan setahun Partai Gerindra tahun 2009, anggota Partai, diklaim Suhardi, sudah mencapai 10 juta orang. Gerindra mengembangkan taktik menambah anggota melalui kartu anggota yang sekaligus menjadi kartu asuransi.

Gerindra mengembangkan sejumlah organisasi sayap partai, di antaranya, Tunas Indonesia Raya (Tidar), Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria), Perempuan Indonesia Raya (Pira), Kristen Indonesia Raya (Kira), Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira), dan lain-lain.

Di luar itu, terdapat sejumlah organisasi massa yang mendukung Gerindra atau Prabowo secara terang-terangan, misalnya, Gerakan Rakyat Dukung Prabowo (Gardu Prabowo) dan Prabowo Fans Club.

Diakui Suhardi bahwa di tahun-tahun pertama, Partai Gerindra memang belum dikenal luas masyarakat Indonesia. Itulah sebabnya Partai gencar beriklan. Sebagai awalan, benak masyarakat Indonesia disentakkan dengan trilogi iklan Prabowo. Iklan pertama, Prabowo selaku Ketua Umum HKTI, ditampilkan sedang berusaha mempopulerkan pengutamaan produksi petani. Iklan kedua Prabowo, sebagai Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional, mengajak masyarakat membeli produk dalam negeri. Barulah pada iklan ketiga, Prabowo mengenalkan visi dan misi Gerindra.

Hasilnya sepadan. Hanya dalam hitungan bulan, popularitas Prabowo dan Gerindra yang mencalonkannya sebagai presiden, membumbung. September 2008, Lembaga Survei Indonesia menemukan Prabowo merupakan tokoh keempat yang dipilih paling banyak sebagai presiden di bawah Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri dan Wiranto. Gerindra yang baru berumur enam bulan juga memiliki elektabilitas 3 persen.

Kehilangan Ilmuwan Sekaligus Politikus Bersahaja

Wafatnya Suhardi di Jakarta pada Kamis malam, 28 Agustus 2014, adalah kehilangan mendalam seluruh civitas akademika Universitas Gadjah Mada dan para akademisi atas sosok ilmuwan bersahaja dan teguh pendirian. Bagi civitas akademika Universitas Gadjah Mada, Suhardi adalah sosok ideal alumni dan juga sosok ideal dosen.

“Bukan semata memproduksi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang digunakan orang lain, ia juga mengaplikasikan inovasinya bagi kepentingan masyarakat,” kata Pratikno, dalam upacara penyemayaman jenazah Suhardi di Yogyakarta.

Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi mengaku sudah lama mengenal Suhardi, terutama sejak ia kuliah di Jurusan Kehutanan Universitas Gajah Mada. Saat itu, Suhardi adalah asisten dosen. “Dulu waktu saya kuliah, beliau masih asisten dosen.” Di mata Jokowi, Suhardi adalah seorang yang pekerja keras dan santun baik itu dalam bergaul maupun dalam berpolitik.

Kalangan politikus, tak hanya di Partai Gerindra tapi juga partai lain, pun merasa kehilangan sosok aktivis politik yang lurus dan bersih. Amien Rais menyebut Suhardi sebagai politikus yang “memegang teguh fatsun (etika politik), bahkan tidak pernah korupsi.”

Kesan mendalam tentu dirasakan Prabowo Subianto. Menurutnya, Suhardi adalah sosok yang langka dan menjadi panutan bagi para kader Gerindra. "Tradisi pemimpin yang bersih. Tradisi pemimpin yang jujur dan langka. Kita cari orang jujur di Indonesia seperti beliau, langka.”

Ia juga menilai Suhardi sebagai orang yang teguh. "Orangnya lurus tidak ada intrik-intrik. Tidak ada menca-mencle. Itulah hati beliau," katanya di kantor pusat Partai Gerindra, Jakarta, sesaat sebelum melepas jenazah untuk diterbangkan melalui Bandara Halim Perdanakusuma dan dimakamkan di TPU Gajah Mada, Yogyakarta.

Ucapan Ini yang Buat Galih Loss Ditangkap Polisi?

Selamat jalan, Profesor Telo. (aba)

Jeno NCT

Jeno NCT Ulang Tahun ke-24! Fakta Menarik Sang 'Kapten' NCT yang Jarang Diketahui

Jeno NCT kini tengah bahagia karena ia sedang berulang tahun tepat pada Selasa, 23 April 2024. Jeno yang memiliki nama panjang Lee Jeno ini sudah menginjak usia 24 tahun.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024