Investasi Tembus Rekor, Mampukah Topang Target Pertumbuhan Ekonomi?

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis realisasi investasi triwulan II-2014, mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah investasi dari 2010. Total investasi pada triwulan II mencapai Rp116,2 triliun.

Dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, peningkatannya sebesar 16 persen, atau Rp99,8 triliun. Bila dibanding triwulan I-2014, ada kenaikan sebesar sembilan persen, atau sebesar Rp106,6 triliun.

Investasi triwulan II itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp38,2 triliun (32,9 persen) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp78 triliun (67,1 persen).

Namun, di satu sisi, berdasarkan laporan utama perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Indonesia Economic Quarterly edisi Juli 2014, diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai sebesar 5,2 persen pada tahun ini. Proyeksi itu telah dikoreksi menurun dari sebelumnya 5,3 persen.

Berbagai tantangan dihadapi Indonesia, salah satunya, bagaimana investasi lebih diarahkan kepada sektor infrastruktur. Khususnya, yang menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Lengkapnya, buka .

Berdasarkan data BPKM, realisasi PMDN pada triwulan II 2014, sebesar Rp38,2 triliun diklasifikasikan berdasarkan lima sektor usaha antara lain, terbesar masuk di proyek listrik, gas, dan air Rp17,1 triliun, industri makanan Rp4,9 triliun, tanaman pangan dan perkebunan Rp4,2 triliun, konstruksi (infrastruktur) Rp2,6 triliun, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi Rp2,5 triliun, serta lainnya Rp6,8 triliun.

"Kontribusi industri sebesar Rp12,1 triliun, atau 31,7 persen dari total PMDN," ungkap Kepala BKPM, Mahendra Siregar, saat ditemui di kantornya, Kamis 24 Juli 2014.

Sementara itu, dari total PMA pada triwulan II sebesar Rp78 triliun diklasifikasikan berdasarkan enam sektor usaha antara lain, terbesar masuk di proyek transportasi, gedung dan telekomunikasi (konstruksi) US$1,4 miliar, industri makanan US$1,3 miliar, tambang US$1,1 miliar, tanaman pangan dan perkebunan US$0,6 miliar, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi US$0,5 miliar, dan lainnya sebesar US$2,6 miliar.  

Jadi, hingga triwulan kedua tahun ini rupanya investasi di sektor infrastruktur juga gencar dilakukan pemerintah.

Dibantu Persija Jakarta, Persib Bandung Pastikan Tiket ke Championship Series

Kunci Ada di Pemerintahan Baru

Namun, Mahendra menambahkan, kunci agar pertumbuhan ekonomi di atas prediksi bank dunia dan sesuai target pemerintah di 5,5-5,9 persen tahun ini ada pada pemerintahan baru nantinya. Apakah, Presiden yang terpilih mampu membentuk tim yang solid dan menyiapkan program-program yang produktif ke depannya.

Saat ini, menurutnya, dengan digelarnya pemilu yang aman dan terkendali, telah memberikan sentimen positif bagi iklim investasi. Sebab, investasi langsung, yang cenderung jangka panjang dan menengah sangat tergantung pada stabilitas fundamental ekonomi Indonesia.

"Jadi, apakah (Presiden terpilih) dapat  merepresentasikan tim yang kuat, program kerja yang solid dan bisa mendorong pertumbuhan lebih cepat, mendorong perkembangan infrastruktur, peningkatan SDM, efisiensi APBN, dan belanja lainnya," ujarnya.

Tidak hanya itu, kata Mahendra, komitmen pemerintahan baru dalam menjalankan programnya di pemerintahan akan menjadi catatan para investor. Kalau implementasinya dapat berjalan dengan baik, aman dan lancar, derasnya investasi yang masuk bukanlah hal yang mustahil.

"Sampai situ bukan sentimen lagi, sudah kinerja. Kita masih di tahap satu saat ini. Saya lihatnya dalam perspektif investasi langsung, ini aspek riilnya," tambahnya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, investasi asing langsung, saat ini tren pertumbuhannya secara tahunan terjaga. Meskipun, menurut Mahendra, saat ini pertumbuhan investasi dalam negeri lebih besar karena didorong beberapa hal antara lain konsumsi kelas menengah yang saat ini sedang tumbuh di Indonesia.

"Kalau ini terjaga, kami bisa jaga pertumbuhan dan momentum investasi pun bisa terjaga," tambahnya.

Pulau Jawa Mendominasi

Kisah Inspiratif Dhani, Dari Game Online Hingga Jadi Sensasi di TikTok

Sementara itu, dengan capaian investasi triwulan II yang mencapai rekor tertinggi tersebut, diperkirakan bahwa hingga semester I-2014, laju investasi akan mencapai Rp222,8 triliun.

Itu, terdiri dari PMDN sebesar Rp72,8 triliun dan PMA sebesar Rp150 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, peningkatannya sebesar 15,6 persen.

Sebaran investasi pada semester pertama tahun ini masih didominasi di Pulau Jawa sebesar Rp131,1 triliun (58,8 persen) dan di luar Jawa sebesar Rp91,7 triliun (41,2 persen).

Khsusus untuk realisasi di luar Jawa, terjadi peningkatan sebesar 10,1 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp83,3 triliun.

"Realisasi investasi baru jauh lebih tinggi dibanding perluasan. Investasi baru sebesar 69 persen dan investasi perluasan sebesar 31 persen," kata Mahendra.

Sedangkan dari total PMA pada triwulan II sebesar Rp78 triliun, didominasi oleh lima negara yaitu Singapura sebesar US$2,1miliar, Malaysia US$0,6 miliar,
Jepang sebesar US$0,6 miliar, Inggris 0,6 miliar, dan Amerika Serikat sebesar US$0,54 miliar. Untuk negara lainnya, tercatat US$3,1 miliar.

Menantu yang Sewa Pembunuh Bayaran Habisi Nyawa Mertua Terancam Hukuman Mati

Tak Maksimal

Sementara itu, meski triwulan II-2014, realisasi investasi mencetak rekor tertinggi, penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan dari laju investasi tersebut hanya sebanyak 350.803 pekerja baru.

Mahendra mengungkapkan bahwa dari total tersebut, PMDN mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 82.250 orang dan dari proyek-proyek investasi PMA sebanyak 268.553 orang.

Jika dibandingkan triwulan sebelumnya, terlihat terjadi kenaikan penyerapan tenaga kerja dari 260.156 orang menjadi 350.803 orang pada triwulan II. Namun, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah itu turun drastis, yakni sebanyak 626.376 orang.

Padahal, menurut Mahendra, realisasi investasinya jauh di atas, yaitu triwulan II-2013 sebesar Rp99,8 triliun, pada periode yang sama tahun ini sebesar Rp116,2 triliun.

"Ini memang, kami melihatnya iklim dan kondisi ketenagakerjaan kita belum membaik," kata Mahendra. (ren)

Salah satu kawasan belanja di Kota Perth Australia

Jelajahi Perth Tanpa Menguras Kantong: Panduan Liburan Hemat dan Penuh Keseruan

Perth, ibukota Australia, bisa kasih experience yang berbeda, terlebih kamu bisa liburan dengan budget yang ramah di kantong.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024