Dubes UE Bicara CPO Sampai Presiden Baru Indonesia

Pameran IFFINA 2013
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Produk kayu dan CPO dari Indonesia kini sudah mulai banyak mendominasi pasar Uni Eropa. Namun, sayang produk yang diimpor tersebut masih dianggap produk yang tidak ramah lingkungan.

Hal tersebut karena untuk menghasilkan produk itu masih menimbulkan dampak lingkungan yang buruk dan membuat semakin banyak hutan yang gundul.

"Warga Uni Eropa sangat peduli dengan produk yang ramah lingkungan," kata  Dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Olof Skoog, disela-sela menghadiri The 3 rd Convention of Euopean Studies yang diinisiasi Prodi Hubungan Internasional Fisipol UGM, Rabu 21 Mei 2014.

Produk industri kayu dan kertas dari Indonesia menguasai sekitar 10 persen pangsa pasar di Uni Eropa. Bahkan produk CPO dan turunannya sebagai produk impor terbesar ketiga di Uni Eropa.

Namun begitu, sejak Uni Eropa dan Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian Kemitraan Sukarela tentang Penegakan Hukum, Ketatalaksanaan dan Perdagangan di bidang Kehutanan atau Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT), perhatian pada persoalan lingkungan menjadi lebih diutamakan.

Perjanjian ini pun sudah berlaku sejak 2013 lalu setelah tujuh tahun melalui proses perundingan yang alot.

“Indonesia merupakan negara Asia pertama yang menyelesaikan negosiasi VPA (Voluntary Partnership Agreement) dengan Uni Eropa,” jelasnya.

Seperti diketahui, Uni Eropa merupakan pasar utama bagi produksi hutan Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata US$1,2 miliar per tahun dari industri kayu dan kertas. Uni Eropa sendiri menyerap 33 persen dari ekspor kayu Indonesia, sisanya ke Amerika dan Jepang.

Meski untuk produk bidang kehutanan sudah dilakukan perjanjian kemitraan sukarela, tetapi untuk produk kelapa sawit, menurut Skoog, belum ada perjanjian.

Kendati begitu, dia berharap, pemerintah tetap mendorong para pengusaha untuk tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan.

“Saat ini Uni Eropa, Australia dan Amerika memberi perhatian sejauh mana Indonesia memperhatikan kepentingan generasi mendatang terkait proses pengelolaan kekayaan sumber daya alam," imbuhnya.

Wakil Dubes Uni Eropa, Colin Crooks, menuturkan untuk produk kelapa sawit dari Indonesia menguasai sekitar 48 persen pangsa pasar di Uni eropa.

Bahkan dalam kurun waktu lima tahunan terakhir, jumlah ekspor CPO RI naik dua kali lipat. Tetapi, Crooks tidak merinci persentase jumlah produk CPO yang berkategori tergolong bahan mentah atau barang yang sudah diolah. “Pokoknya ada produk bahan mentah dan ada yang sudah diolah,” katanya.

Tantangan Presiden Baru

Otto Hasibuan Sebut Gugatan Sengketa Pilpres Anies dan Ganjar Sebuah Kemunduran

Apa yang diinginkan oleh konsumen dari Uni Eropa terhadap produk kayu dan kelapa sawit dari Indonesia, menurut Skoog, seharusnya menjadi perhatian pemerintah RI mendatang.

Menurutnya, Presiden yang baru harus memperhatikan agar pengolahan kayu dan kelapa sawit jangan sampai merusak kelestarian hutan.

“Pemerintah harus memperhatikan proses pengolahannya dengan baik,” katanya.

Menjawab pertanyaan wartawan, Skoog mengaku, dia mengikuti perkembangan pesta pemilihan umum yang kini tengah berlangsung.

Dia berpendapat, Presiden RI mendatang setidaknya harus fokus pada pertumbuhan ekonomi, pembela hak asasi manusia, dan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan.

Dia juga berharap, presiden yang baru tetap terbuka bagi siapapun, menanamkan nilai-nilai demokrasi, norma sosial, membela hak buruh dan memperhatikan kemajuan infrastruktur dan pendudikan. “Uni Eropa siap membantu membangun kapasitas dan investasi,” terangnya.

MIND ID Pastikan Beri Manfaatan Bagi Daerah Wilayah Kerja, Begini Caranya
Gelandang Manchester City, Rodri

Declan Rice: Rodri Salah Satu Pemain Terbaik di Dunia

Declan Rice memberi pujian untuk Rodri jelang pertandingan antara Manchester City vs Arsenal di Etihad Stadium dalam lanjutan Premier League, Minggu malam WIB 31 Maret.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024