Sepak Terjang Penjahat Seks Anak dan Masalah JIS

William James Vahey
Sumber :
  • (http://www.fbi.gov/wanted/seeking-info/willliam-james-vahey

VIVAnews - Kabar heboh muncul saat masyarakat dan penegak hukum di tanah air tengah menyoroti kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah elit Jakarta International School (JIS).

Momen Ketua MK Semprot Kuasa Hukum KPU yang Puji-puji Hasyim Asy'ari

Melalui kantor perwakilannya di Kota Houston, Badan Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI), Selasa waktu setempat, mengumumkan tengah menyelidiki kasus kejahatan seksual atas anak-anak oleh seorang warga Amerika bernama William James Vahey.

Orangnya sendiri sudah bunuh diri Maret lalu, setelah kejahatannya terbongkar dan tengah diusut FBI. Namun, walau tersangkanya sudah mati, tim penyelidik tidak begitu saja menutup kasus Vahey.

Kejahatan pria 64 tahun itu terbongkar setelah FBI memperoleh sejumlah foto para korban kejahatan Vahey mulai dari 2008. Jumlahnya korban berkisar 90 orang, yang terdiri dari anak laki-laki. 

Namun, FBI ingin menyelidiki lebih lanjut karena diyakini jumlah korbannya banyak dan terjadi di beberapa negara.

Kubu Ganjar-Mahfud Tidak Terima Gugatannya ke MK Disebut Salah Sasaran oleh KPU

"Saya khawatir, dia mungkin telah memangsa banyak murid lain sebelum 2008," kata Agen Khusus FBI di Houston, Patrick Fransen, seperti dikutip Huffington Post.

Dia pun mengaku belum pernah melihat kasus, di mana seseorang mungkin telah mencabuli banyak anak dalam periode yang lama. 

Apalagi dalam 40 tahun lebih, Vahey pernah mengajar di sembilan negara, termasuk Indonesia. Selama 1972 hingga 2014, ungkap FBI, Vahey melanglang buana sebagai guru di sekolah-sekolah internasional. Bahkan, dia pernah mengajar di Jakarta International School (JIS), Indonesia, selama 1992-2002.

Temuan FBI inilah yang akhirnya membuat kepolisian di Indonesia, yaitu Polda Metro Jaya, mulai pikir-pikir mengembangkan penyelidikan di JIS. Tidak lagi terfokus atas kasus kekerasan seksual yang dialami bocah berusia lima tahun berinisial AK, yang berlanjut pada penutupan program Pendidikan Usia Dini JIS, namun tidak tertutup kemungkinan penyelidikan melebar ke jenjang di atasnya.  

Polisi, kata Komisaris Besar Rikwanto sebagai juru bicara Polda Metro Jaya, akan terus mendalami lewat data-data kepolisian di tahun di mana Vahey berada di Indonesia.

Jokowi Ogah Komentari soal Sengketa Pemilu 2024 di MK

"Apakah ada kasus di JIS, sedang didalami. Berkaitan dengan ini akan dikaji, digali kembali apakan pernah ada laporan, sedang dicari data-datanya karena kan kasusnya sudah cukup lama, di era 90-an," kata Rikwanto.

Pemerintah, melalui pejabat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menilai kasus Vahey ini menandakan buruknya manajemen JIS. Apalagi, sekolah itu tidak pernah melaporkan rekrutmen guru-guru mereka ke Kemendikbud.

Di AS, untuk pengembangan penyelidikan, FBI pun meminta bantuan masyarakat untuk melapor kalau ada yang pernah menjadi korban kelakuan Vahey, yang dijuluki sebagai pemangsa (predator) anak-anak.

"Mereka  yang diduga sebagai korban adalah warga Amerika maupun pelajar internasional yang menempuh pendidikan di sekolah swasta di luar negeri di mana Vahey mengajar, mulai  dari 1972," demikian pengumuman FBI lewat laman resmi mereka.


Berpindah Negara
Vahey selalu bepergian dan bekerja sebagai guru dalam empat dekade terakhir. Dia mengajar di sekolah-sekolah internasional tingkat menengah dan atas di sembilan negara.

Selain Indonesia (1992-2002), dia juga mengajar di Nikaragua (2013 sampai Maret 2014), Inggris (2009-2013), Venezuela (2002-2009), Arab Saudi (1980-1992), Yunani (1978-1980), Iran (1972-1973 dan 1976-1978), Spanyol (1975-1976), dan Lebanon (1973-1975).

Vahey menguasai sejumlah mata pelajaran. Dia bisa mengajar sejarah, geografi, ilmu sosial. Dia juga pernah melatih tim basket murid laki-laki tempatnya mengajar.  Bahkan, ungkap FBI, Vahey biasa mendampingi para murid untuk pesiar luar sekolah.

Selama itu pulalah, Vahey diduga beraksi. Dalam sebuah penyimpan data USB milik Vahey, lanjut FBI, terungkap bahwa dia menyimpan sejumlah foto porno anak laki-laki, rata-rata berusia 12 hingga 14 tahun. Mereka tampak tertidur atau dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Di foto-foto itu tertulis tanggal dan lokasi pemotretan yang menunjukkan Vahey bepergian bersama-sama dengan murid-murid tempat dia mengajar. Saat dikonfrontir FBI, Vahey mengaku melecehkan anak-anak dan memberi mereka obat tidur sebelum beraksi.

Para agen FBI memeriksa foto-foto itu dari 2008. Dari foto-foto tersebut, terungkap sedikitnya ada 90 anak yang jadi korban kebiadaban Vahey. Itu sebabnya, kendati Vahey sudah bunuh diri, FBI tetap mengembangkan penyelidikan dengan berseru kepada masyarakat kalau ada yang merasa kerabat atau mereka sendiri yang pernah jadi korban. 

FBI menjamin laporan mereka diperlakukan secara rahasia atau tertutup. "Kalau Anda punya informasi mengenai penyelidikan terkait William James Vahey, atau yakin bahwa Anda mungkin pernah menjadi korban perbuatannya, mohon isi laporan tertulis atau surel ke HOvictimassistance@ic.fbi.gov. Anda juga bisa menghubungi kantor FBI maupun Kedutaan Besar atau Konsulat AS terdekat," demikian pengumuman FBI.

Vahey bunuh diri pada 21 Maret 2014, di tengah statusnya sebagai tersangka kejahatan seks internasional. Menurut harian The Star Phoenix, 22 April 2014, warga AS berusia 64 tahun itu bunuh diri di kota Luverne, negara bagian Minnesota, dua hari setelah tim FBI di Houston mengeluarkan surat perintah penggeledahan rumahnya.

Kasus Vahey itu terkuak setelah seorang pegawai di American Nicaraguan School, Managua, Nikaragua, menyerahkan penyimpan data komputer mini USB milik Vahey ke Kedutaan Besar AS di sana. Media ini ternyata menyimpan setidaknya 90 gambar porno bocah laki-laki. Dan, beberapa waktu sebelum bunuh diri, Vahey memang menjadi guru sejarah dan geografi di kelas 9 di American Nicaraguan School.

FBI juga mengungkapkan, bocah-bocah yang difoto itu berumur antara 12-14 tahun dan tampak tak sadarkan diri. FBI menduga, bocah-bocah malang itu dibius.

Saat ditemui di Houston, juru bicara FBI, Shauna Dunlap, mengatakan penyidik menduga kuat anak-anak itu merupakan murid-murid Vahey sejak tahun 2008. FBI juga menduga, Vahey sudah mencabuli semua bocah malang itu.

"Saat pengelola sekolah mengonfrontasi gambar yang ditemukan itu, Vahey mengaku bahwa dia sudah menjadi korban pencabulan saat kecil, dan ia menjadi pemangsa anak seumur hidupnya. Dia juga mengaku memberikan pil tidur pada korbannya sebelum dicabuli," kata Dunlap.

Foto-foto itu dikelompokkan berdasarkan tanggal dan lokasi study tour sejak 2008. "Saya khawatir, korban pencabulan dia lebih dari 90 anak," imbuhnya.

Sebab, FBI belum menghitung korban Vahey sebelum 2008. Vahey juga diketahui kerap memimpin berbagai study tour siswa selama karirnya sebagai guru.

Pimpinan American Nicaraguan School Gloria Doll mengatakan, Vahey terkenal sebagai guru yang selalu ingin memimpin study tour siswa. Sejauh yang dia tahu, kata Doll, belum ada siswanya yang menjadi korban kejahatan Vahey. "Dia mulai mengajar di sini sejak Agustus 2013, tetapi belum memimpin study tour apapun sebelum kasus ini mencuat," kata dia.

FBI pernah memenjarakan Vahey dalam kasus pencabulan anak pada 1969. Namun, pengelola American Nicaraguan School tidak menemukan catatan kriminal itu saat melacak latar belakang Vahey. "Kami mendapat rekomendasi bahwa dia guru paling baik," kata dia.


Tanggapan JIS
Pengungkapkan kejahatan Vahey oleh FBI ini menimbulkan kehebohan di Indonesia. Apalagi, pengungkapan itu muncul di tengah sorotan luas masyarakat soal kasus kejahatan seksual yang melibatkan seorang murid berusia lima tahun berinisial AK sebagai korban di Taman Kanak-kanak (Pendidikan Anak Usia Dini) yang dikelola JIS di Pondok Indah.

Pelakunya adalah orang lain, bukan Vahey. Namun, muncul kecurigaan bahwa bukan tidak mungkin ada kasus-kasus lain di sekolah JIS, apalagi setelah muncul data dari FBI bahwa Vahey pernah mengajar di sana selama sepuluh tahun.

Polda Metro Jaya pun, demi pengembangan penyelidikan, sudah meminta para orangtua murid untuk melapor bila anak mereka menunjukkan tanda-tanda telah menerima perilaku yang tidak menyenangkan di sekolah itu. 

Sementara itu, manajemen Jakarta International School membenarkan Vahey pernah mengajar di sekolah itu. Lewat surat elektronik yang dikirimkan ke VIVAnews, Rabu 23 April 2014, JIS menjelaskan mereka baru saja menerima informasi dari sekolah internasional yang berada di Caracas, Venezuela mengenai penyelidikan FBI itu.

JIS memastikan segera menghubungi FBI untuk melakukan verifikasi kebenaran kasus ini. "Bersama ini kami mengkonfirmasikan bahwa tersangka adalah mantan karyawan Jakarta International School yang berhenti pada 2002. Masalah tersebut, saat ini sedang berada di bawah penyelidikan pihak FBI. Kami akan bekerja sama sepenuhnya dengan mereka."

Tidak banyak informasi yang diberikan, lantaran JIS mengaku masih fokus dengan masalah yang tengah melanda mereka, yakni penutupan program Early Childhood atau Pendidikan Anak Usia Dini, yang populer disebut TK. Dengan alasan tidak berizin, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Selasa kemarin telah memerintahkan JIS untuk menutup program itu mulai Juni 2014.

Pemerintah pun bereaksi terkait sepak terjang Vahey. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUDNI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Lydia Freyani Hawadi, menilai pengawasan dalam penerimaan pegawai di JIS sangat lemah.

Lydia menjelaskan, selama ini untuk penerimaan guru, JIS tidak pernah melaporkan rekrutmen guru-gurunya ke Kemendikbud. "Ini menunjukkan buruknya pengelolaan sekolah oleh pihak JIS. Disamping itu juga, JIS merupakan satu dari tujuh sekolah internasional yang bandel," ujar Lydia saat dihubungi VIVAnews, Rabu 23 April 2014.

Berdasarkan informasi yang dia terima, JIS juga menyalahi aturan dari Kemendikbud dengan tidak memilki komite sekolah. Momentum kasus kekerasan seksual yang terjadi pada AK, lanjut Lydia, menjadi alasan bagi Kemendikbud untuk membuka investigasi terhadap kinerja JIS yang dianggap melakukan banyak pelanggaran, termasuk tidak memiliki izin berdiri atas TK mereka.

"Kami telah bentuk tim investigasi untuk selidiki ada permasalahan apa lagi yang ada di dalam JIS itu," ungkap Lydia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya