Defisit Perdagangan Jepang Naik Empat Kali Lipat

Uang kertas yuan yen dan dolar
Sumber :
  • REUTERS/Truth Leem/Files
VIVAnews
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial
- Jepang menderita defisit perdagangan terburuk pada Maret lalu saat ekspornya tidak bisa mendekati pesatnya laju impor. Ini bisa membuat ekonomi Jepang kehilangan momentum untuk segera bangkit.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Menurut statistik yang diumumkan Senin ini, seperti dikutip stasiun berita
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
BBC , defisit perdagangan Jepang Maret kemarin membengkak hingga 1,45 triliun yen (US$14 miliar). Jumlah ini empat kali lipat lebih besar dari nilai Maret 2013, yang sebesar 356,9 miliar yen.


Pesatnya laju impor energi dan lemahnya kurs yen, yang mendongkrak biaya impor, menjadi penyebab makin besarnya defisit perdagangan di Negeri Sakura. Naiknya impor energi dipicu oleh penutupan semua reaktor nuklir di Jepang setelah diguncang gempa dan terjangan tsunami pada Maret 2011.


Jepang pun harus membayar lebih mahal biaya impor setelah pemerintah menerapkan paket kebijakan yang secara agresif ingin mendongkrak pertumbuhan ekonomi, seperti memperbanyak pasokan dalam jumlah lebih besar. Pada akhirnya ini melemahkan nilai tukar yen secara tajam. Kurs yen atas dolar AS turun hampir 10 persen selama Maret 2013 hingga Maret 2014.


Jepang pun mengalami lemahnya tingkat ekspor. Lemahnya lajur perekonomian China, yang merupakan pasar besar bagi ekspor Jepang, turut jadi penyebab.


Situasi ini akhirnya membuat pusing pemerintah yang baru 1 April lalu menaikkan pajak penjualan dari 5 persen jadi 8 persen. Ini bakal memukul konsumen domestik dan mengurangi daya beli.


"Sulit untuk berharap pertumbuhan ekspor akan mengimbangi dampak naiknya pajak penjualan atas permintaan domestik. Ekonomi kemungkinan akan stagnan di pertengahan tahun," kata Takeshi Minami, pengamat dari Norinchukin Research Institute, seperti yang dikutip kantor berita
Reuters
.


Maka, kalangan pasar berharap Bank Sentral memberi stimulus tambahan Juli mendatang saat mengkaji situasi ekonomi Jepang.   (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya