SOROT 286

Rumah Gila Caleg Stres

Dadang Hawari
Sumber :
  • rri.co.id
VIVAnews –
Statistik Mengerikan Harry Kane Lawan Arsenal
Siang baru menjelang zuhur. Sejumlah laki-laki setengah baya  terlihat berbaris. Mereka membawa panci, ember, dan sejumlah peralatan makan. Kepalanya plontos. Semuanya berseragam sama. Kemeja warna biru langit. Bercelana pendek.

Haru! Ayah Babe Cabita Ungkap Detik-detik Terakhir Sang Komedian Sebelum Meninggal

Mereka berjalan beriringan menuju dapur. Tak ada ekspresi di wajah mereka. Raut mereka kosong. Tapi mereka tetap tertib. Antre untuk mengambil jatah makan siang. Kebetulan hari itu, Rabu 2 Maret 2014, mereka ditugaskan untuk menjadi pengantar jatah makan siang untuk rekannya yang lain. Mereka adalah penghuni Rumah Sakit Khusus Jiwa Bengkulu.
Airlangga: Hari Kemenangan Tiba, Mari Saling Memaafkan dan Jaga Kerukunan Bangsa


Semua pasien di sini mengenakan seragam khusus. Bertulis "Pasien RSKJ" di belakang kemeja mereka. Setiap hari, 200 pasien rawat inap di rumah sakit ini mendapat jatah makan. Tiga kali sehari.

Petugas pengantar adalah pasien itu sendiri. Tapi yang sudah dianggap membaik. Biasanya terdiri dari 10 orang. Mereka berkeliling mendorong gerobak khusus yang berisi  nasi dan lauk pauk. Ada juga yang membawanya menggunakan tangan, karena alat dorong tak mampu berkeliling ke seluruh bangsal.

Di tengah rutinitas itu, rumah sakit jiwa Bengkulu hari-hari ini terlihat sibuk. Belajar dari pemilu sebelumnya, mereka tengah menyiapkan 100 kamar baru. Tujuannya satu: menyambut calon legislatif (caleg) yang terguncang jiwanya karena gagal menjadi anggota dewan.

Untuk menyambut “tamu istimewa” itu, manajemen rumah sakit menyulap ruangan biasa layaknya kamar hotel melati. Penyejuk udara, televisi, kulkas, kamar tidur empuk, juga kamar mandi dilengkapi shower. Fasilitas itu tertanam di dalam kamar. Siap dipakai calon anggota legislatif yang gila.

Mendebarkan

Pemilu 9 April 2014 memang mendebarkan. Pasalnya, lebih sedikit yang akan lolos sebagai caleg. Sementara sebagian besar –mencapai angka 180.000— sudah pasti gagal. Bila mereka tak siap, apalagi setelah habis-habisan mengeluarkan dana, jiwa mereka berpotensi terguncang.

Lihatlah data Kementerian Kesehatan lima tahun lalu. Pada pemilu 2009 lalu sedikitnya ada 7.736 caleg gagal mengalami gangguan jiwa. Rinciannya: caleg DPR sebanyak 49 orang, DPRD I sebanyak 496 orang, caleg DPD sebanyak 4 orang, dan caleg DPRD II sebanyak 6.827.

Melihat fenomena itu, sangat beralasan jika sejumlah rumah sakit jiwa di berbagai kota di Indonesia berbenah. Menambah kamar untuk merawat caleg yang stres. Fasilitas dan tenaga perawat untuk menangani “tamu istimewa” ini juga ditambah.


Seperti diketahui, pemilu legislatif ada tiga tingkatan, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD RI. Jumlah daerah pemilihan (dapil) DPR RI ada 77 dapil dengan 560 kursi. DPD RI terdiri dari 33 dapil dengan jumlah kursi yang diperebutkan 132 kursi. DPRD Provinsi ada 259 dapil dengan 2.112 kursi. Sedangkan DPRD Kabupaten/Kota ada 2.102 dapil dengan 16.895 kursi (lihat ).


Artinya, kursi yang diperebutkan secara nasional cuma 19.699 kursi di 2.471 dapil. Sementara itu, jumlah caleg yang terdaftar di Pemilu 2014 ada 200.000 orang. Jumlah yang tak sedikit. Itu artinya sudah pasti 180 ribu caleg bakal gagal. Mereka inilah yang berpotensi mengalami gangguan jiwa.


Gangguan Jiwa Berat


Ketika caleg stres, maka rumah sakit jiwa di seantero nusantara pun membuka pintu. Mereka kini tengah bersiap menyambut tamu-tamu baru yakni para caleg gagal yang terguncang kepribadiannya.


Salah satunya di rumah sakit jiwa Bengkulu itu. Rumah sakit ini adalah satu-satunya rumah sakit yang melayani penderita gangguan jiwa di Bengkulu. Dibangun sejak 1989 dan didirikan di atas lahan seluas 110.676 meter persegi. Keberadaannya yang jauh dari pusat kota, memberikan nuansa kenyamanan tersendiri. Jauh dari kebisingan.


Meski di sejumlah bangunan dindingnya tampak pudar, namun rumah sakit ini terasa nyaman. Banyak taman. Sepi pengunjung. Berbeda dengan rumah sakit pada umumnya, tidak ada hiruk pikuk keluarga pasien. Semuanya lengang sekalipun ramai terlihat pasien duduk-duduk di pinggir taman.


Bangunan rumah sakit ini terlihat kokoh. Ruangannya dihubungkan dengan koridor. Ada ruang Instalasi Gawat Darurat, aula pertemuan, ruang rawat inap. Musala hingga lapangan sepakbola dan voli pun tersedia.


Sadar akan banyak pasien caleg stres, manajemen rumah sakit menambah ruangan. Cukup beralasan rumah sakit ini berbenah. Berkaca dari pengalaman Pemilu 2009, RSKJ Bengkulu kedatangan puluhan caleg stres, 15 caleg di antaranya mengalami gangguan jiwa berat dan harus dirawat.


"Angka 15 itu yang hanya tercatat di kami. Caleg-caleg itu terpaksa dirawat inap karena didiagnosa mengalami gangguan jiwa berat," ujar Direktur RSKJ Soeprapto Bengkulu, Dr. Bina Ampera Bukit saat berbincang dengan VIVAnews.


Sekarang saja, kata Bina, sudah terlihat peningkatan itu. Rata-rata per bulan pasien yang diinapkan untuk tahun 2014 mencapai 160 hingga 200 pasien.  “Karena itu, menjelang pemilu kami siapkan 100 kamar baru. Jadi total kamar di sini ada 300 kamar, khusus untuk pasien rawat inap," kata Bina.


Dengan biaya Rp270 ribu, pasien bisa menikmati fasilitas kamar VIP. Di rumah sakit jiwa ini, kamar VIP tersedia delapan kamar. Kelas I 40 kamar, kelas II 15 kamar dan kelas III 237 kamar.


Untuk kamar VIP, pasien akan diberikan fasilitas berupa springbed dilengkapi bedcover dan selimut. Ruangan ber-AC. Televisi 21 inci, lemari pakaian tiga pintu lengkap dengan meja dan kursi. Kamar mandi dilengkapi fasilitas air bersih dan wastafel.


Pasien juga akan mendapatkan asupan gizi khusus. Ditambah dengan beberapa psikolog yang disiapkan untuk menangani caleg stres.


Ditambah lagi layanan gratis bagi caleg yang terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). "Intinya apapun jenis pembiayaannya kami siap layani. Prinsipnya kami berupaya mempersiapkan semaksimal mungkin. Kami juga tidak berharap banyak caleg yang stres untuk dilayani di RSKJ. Semoga saja pemilu tetap berlangsung aman dan lancar," ujar Bina.


Shower


Begitu juga di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Mereka sudah siap menampung caleg stres. Rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini diperuntukkan bagi siapapun. Tapi, untuk mengantisipasi caleg stres, rumah sakit ini tetap menyiapkan kamar.


Kamar perawatan bagi caleg stres berada di Paviliun Anggrek. Seorang petugas bagian administrasi RSJ Menur, Siti, mengantarkan VIVAnews menuju blok itu.


Masuk ke kamar VIP I, tampak ruangan yang luas, sekitar 6x6 meter. Ada dua tempat tidur di kamar itu. Satu untuk pasien, satu lagi untuk keluarga yang menemani. Kamar dilengkapi penyejuk udara. Kamar mandi bersih, lengkap dengan shower.


Satu set kursi dan meja berdiri di dalam kamar. Televisi, kulkas, meja kecil berukuran 1x2 melengkapi fasilitas di kamar VIP itu. Ruangan tampak bersih dan rapi. Pasien dipastikan mendapat kenyamanan dan aman selama menjalani perawatan.


Di balik fasilitas yang tersedia, harga sudah pasti berbeda. Untuk kamar VIP I harganya Rp570 ribu per malam.


Kamar VIP II tarifnya Rp435 ribu. Fasilitas yang didapat yakni, satu tempat tidur pasien, kulkas kecil, televisi, penyejuk ruangan, dan satu kamar mandi tanpa shower.


Kelas Utama 1 dibanderol Rp305 ribu. Fasilitasnya tidak jauh beda dengan VIP II. Hanya tidak ada kulkas.


Kelas Utama 2 bertarif Rp215 ribu. Fasilitas, satu kamar tidur pasien, kipas angin elektrik, dan kamar mandi di luar. Adapun Kelas Utama 3 bertarif Rp180 ribu dengan fasilitas dua tempat tidur pasien, kipas angin, dan kamar mandi luar.


"Jadi tidak ada ruang khusus di rumah sakit ini. Tapi kalau ada caleg yang dirawat akan dimasukkan di ruang Puri Anggrek ini," kata Kepala Ruangan Paviliun Anggrek, Abdul Habib.


Kesiapan menyambut caleg stres juga terlihat di rumah sakit jiwa Jakarta, Yogyakarta dan Palembang (lihat bagian 3: ).


Bunuh Diri


Caleg memang rentan mengalami stres, depresi, atau bahkan gangguan jiwa berat alias gila. Penyebabnya, posisi terhormat sebagai wakil rakyat gagal didapat. Padahal banyak waktu dan biaya yang sudah dihabiskan. Karena itu, para caleg yang stres karena kalah, perlu penanganan khusus.


Psikiater Profesor Dokter Dadang Hawari mengatakan, caleg yang mengalami gangguan jiwa disebabkan karena tidak siap mental untuk menerima kekalahan. Tidak siap untuk kembali menjadi warga biasa.


Frustasi karena harus kembali menghadapi kehidupan sebelumnya, bukan lagi sebagai caleg. Mereka merasa kehilangan harga diri dan malu mengalami kegagalan. Sehingga tidak siap untuk berhadapan dengan lingkungan sekitar.


Orang yang mengalami kegagalan itu, kata Dadang, akibatnya bermacam-macam. Bisa mengalami stres, kecemasan, atau depresi. Jika dibiarkan berlarut-larut, tidak ditangani, kondisi paling berat bisa menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.


“Ada yang sampai berubah pikirannya, berubah akal sehatnya. Sehingga menjadi sakit jiwa. Harapan dan kenyataan berbeda, lalu kecewa, dan reaksinya macam-macam. Ada yang stres, cemas, depresi, bunuh diri dan gangguan jiwa,” kata Profesor Dadang.


Fungsional yang juga mantan Wakil Direktur RSKJ Bengkulu dr. Sugiharto Djaja mengatakan ada beberapa perilaku yang bisa membuat seseorang dikategorikan mengalami gangguan jiwa. Kecemasan berlebihan, depresi, susah tidur hingga gangguan menjalankan fungsi tubuh dan aktivitas keseharian. Tinggal pengkategoriannya lagi, masuk dalam kadar ringan atau berat.


Untuk kategori ringan, biasanya ditandai dengan perilaku cemas, khawatir berlebihan dan sedih. Namun pada kategori ini masih menyadari bahwa dia perlu bantuan. Umumnya, pasien kategori ini hanya menjalani rawat jalan dan konsultasi.


Sementara untuk kategori berat, biasanya ada kecenderungan untuk melukai orang lain, menyakiti diri sendiri, hingga ke perilaku tidak merasa sakit. Kategori ini yang terkadang harus diputuskan untuk mendapatkan rawat inap.


Menurut Sugiharto, fenomena gangguan jiwa yang dialami caleg umumnya disebabkan ketidaksiapan mental. Ketika mental tidak siap menghadapi perubahan, kenyataan atau tak sesuai dengan yang diharapkan, caleg itu akan mengalami perubahan kebiasaan.


"Dari yang biasanya rajin jadi malas. Atau dari yang biasanya suka bekerja mulai malas bekerja. Termasuk mulai melamun, saat ditanya sakit justru merasa tak sakit. Inilah tanda-tanda awal gangguan jiwa," ujar Sugiharto.


Kartu Miskin


Sugiharto terlibat langsung menangani caleg stres di Bengkulu pada 2009 lalu. Sugiharto kemudian menceritakan kebiasaan caleg stres yang ditangani ketika itu. Biasanya, caleg-caleg itu sering melamun, marah-marah sendiri.


"Secara detail saya tidak begitu hafal dari partai mana saja mereka. Tapi waktu itu seingat saya, hampir semua caleg itu tak mampu lagi dirawat di VIP, mereka malah menggunakan kartu miskin, sehingga harus menjalani pengobatan di kelas III dan II,” kata dia.


Selain itu, caleg yang ditanganinya selalu menolak jika diberikan obat. Si caleg beralasan, kondisinya sehat. Sehingga tidak perlu obat. ”Mereka selalu menganggap dirinya sehat, sementara perilakunya tidak menunjukkan kondisi kejiwaannya sehat,” kata Sugiharto.


“Tapi syukurnya, sekitar dua atau tiga bulan kemudian, semuanya sudah berangsur pulih dan telah diperbolehkan pulang," Sugiharto menambahkan.


Sugiharto memprediksi, dengan kondisi persaingan politik pada pemilu tahun ini, caleg yang mengalami gangguan jiwa akan meningkat. "Potensinya itu 1 banding 5. Artinya dari lima caleg pasti ada satu yang mengalami gangguan jiwa. Terlepas kategori ringan atau berat. Yang jelas potensinya sangat mungkin sekali. Minimal gangguan jiwa ringan seperti depresi atau susah tidur," kata dia.


Profesor Dadang juga mengaku pernah menangani beberapa caleg gagal yang stres pada 2009 lalu. Namun kondisi kejiwaan pasien yang ditangani dia tidak masuk kategori berat. Sehingga, ketika itu, caleg stres hanya melakukan konsultasi dan bimbingan.


“Kalau berat harus dirawat. Tapi yang saya tangani belum ada yang begitu, baru sebatas takut, cemas, dan suka berhalusinasi. Seperti mendengar suara bisikan dan macam-macam,” kata Dadang.


Kepada Dadang, pasiennya itu mengaku sudah habis-habisan dalam pemilu 2009. Mereka sudah keluarkan banyak uang. Ada yang menjual sawah, menjual kerbau, mobil. Bahkan terlilit utang yang cukup besar.


Dengan penanganan dan pengobatan yang benar, pasien yang ditangani Dadang kembali pulih beberapa bulan kemudian.


Kepada para caleg, Dadang memberi tipsnya. Salah satunya  mereka harus bisa menerima jika nanti kalah. Harus siap menang dan siap kalah. “Jadi berdoa, kalau dikabulkan menang alhamdulillah. Kalau gagal, ya alhamdulillah juga, berarti belum waktunya. Jadi, agama diperkuat supaya tahan jika gagal,” tuturnya. (eh)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya