Kantor Partai Politik di Aceh Digranat Orang Tak Dikenal

Posko Partai Nasional Aceh (PNA) di Aceh Utara, dirusak orang tak dikenal.
Sumber :
  • VIVAnews/ Zulfikar Husein/ Aceh

VIVAnews - Belum selesai azan berkumandang, langit di Desa Alue Awe, Geureudong Pase, Aceh Utara, telah memerah merekah. Kobaran api yang besar menjadi momok yang menakutkan bagi sebuah kios yang dijadikan posko oleh para caleg Partai Nasdem. Posko itu dibakar oleh orang tak dikenal pagi itu, Rabu, 5 Maret 2014.

Belakangan diketahui, bahwa kios tersebut ternyata juga digunakan oleh caleg dari Partai Nasional Aceh (PNA) untuk berkumpul dan membahas strategi memenangkan Pemilu. Sebelumnya, posko partai ini di Matangkuli, Aceh Utara juga bedil oleh dua orang yang hingga saat ini masih buron. Dua orang yang berada didalamnya juga menjadi korban penganiayaan.

Selasa malam, sekitar pukul 20.15, Selasa 11 Maret 2014, Kantor Partai Aceh di Lueng Bata, Banda Aceh, juga digranat orang tidak di kenal. Kantor itu porak poranda.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal di Dunia

Kasus kekerasan meningkat di Aceh belakangan ini. Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan PNA Kuta Makmur, Juwaini, meregang nyawa setelah di aniaya dengan cara dipukul oleh sekelompok orang, pada awal Februari lalu. Nasib yang sama juga menimpa Faisal. Calon Legislatif dari partai besutan mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, itu menjadi korban keganasan sejumlah orang, ia tewas setelah setelah mobil pribadinya dihujani 42 butir peluru dari Minggu malam, 2 Maret 2014.

Hentikan kekejaman
Pengamat Politik sekaligus Akademisi di Aceh Teuku Kemal Fasya menilai, teror demi teror terus terjadi di Aceh, salah satunya disebabkan oleh belum berhasilnya pihak kepolisian mengungkap kasus-kasus yang telah terjadi. “Polisi harus bekerja maksimal dan mengungkap teror demi teror yang telah terjadi selama ini, jika tidak teror dan kasus kekerasan menjelang Pemilu ini akan terus terjadi,” ujar Kemal kepada VIVAnews.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh sejumlah elemen sipil di Aceh. Komunitas Demokrasi Aceh Utara (KDAU) meminta aparat kepolisian untuk memastikan bahwa polisi bisa mengungkap kasus-kasus yang terjadi. “Sudah tidak zaman Pemilu dilakukan dengan intimidasi. Biarkan rakyat memilih dengan hati nuraninya, jangan diintimidasi. Polisi juga harus mengungkap semua kasus agar rakyat tidak resah dan Pemilu bisa dijalankan sesuai dengan prsoses demokrasi yang diharapkan,” ujar Sekretaris KDAU, Bisma.

Untuk mengamakan Pemilu, 8.667 personel polisi disiagakan di Aceh. Mereka akan menjaga 10 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sementara itu, di Aceh Utara, lokasi yang selama ini kerap kali menjadi lokasi teror Pemilu, Polres Aceh Utara hanya menyiagakan 430 personelnya.

Laporan Zulfikar Husein, Aceh

Viral Penampakan Minimarket Warung Madura: Tutup Kalau Sudah Kiamat
Ilustrasi malas gerak (mager).

10 Negara Ini Dicap Paling Malas Gerak Sedunia, Kok Bisa?

Menjadi malas atau mager adalah perilaku yang tidak menguntungkan. Selain menghambat produktivitas, berikut adalah deretan negara malas gerak di dunia yang diteliti ini

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024